Minggu, 07 Oktober 2012

GUARDIAN ANGEL (22)

DO YOU KNOW? ξ\(ˇˇ)/ξ  (22)



Reihan menahan tangannya sebelum cika sempat keluar.
“Cika… ada yang ingin kukatakan padamu”kata Reihan tiba-tiba. Cika terlihat gugup. “Mungkin, waktunya tidak tepat. Tapi, aku tidak bisa menyimpannya lebih lama lagi…”. Reihan mengambil nafas panjang, kemudian mengeluarkannya. Cika tampak tak sabar menunggu. “Sebenarnya…. Aku suka padamu”
Cika diam membisu. Ia tidak yakin dengan apa yang didengarnya.
“Aku suka padamu”ulang Reihan. “Maukah kamu menerimaku?”
Cika tetap diam. Ia tampak serius berpikir.
“Sebenarnya…. Aku juga…. Suka padamu”kata Cika. Tapi, ekspresi wajahnya terlihat ragu. “Hanya sebagai teman”tambah Cika cepat sebelum Reihan salah paham.
“Teman?”Reihan sepertinya tidak menerima jawaban Cika.
Cika mengangguk,”Iya, teman. Soalnya, aku mau fokus pada pelajaranku dulu. Kalau sekarang, aku masih belum bisa berpacaran dengan siapapun”jelas Cika.”Tidak apa, kan?”
Reihan mengangguk. Ia tidak terima dengan jawaban Cika. Tapi, ia pun tidak bisa memaksa perasaan orang lain untuk menuruti semua kemauannya.
Reihan pergi meninggalkan Cika sendirian di UKS. Melihat kepergian Reihan, Cika tampak sangat kesepian.
“Apa yang sedang kupikirkan?”tanya Cika. Ia pun keluar dari UKS.

~~~~~~~~
Hujan deras mewarnai hari ini. Devi yang sedang berjalan di koridor kelas tampak lesu. Ia seperti belum sarapan-padahal, biasanya dia memang tidak pernah sarapan-. Cika dan Dessy yang melihatnya hanya tampak bingung.
“Devi, kamu lagi sakit?”tanya Dessy.
Devi menggeleng lemah.
“Kok Devi kelihatan lesu pagi ini?”tanya Cika penasaran.
Devi kembali menggeleng. Ia malah keluar kelas.
“Alin, Devi kenapa?”tanya Dessy saat Alin baru saja duduk dikursinya.
Alin hanya mengangkat bahunya.
“Btw, kemarin gimana?”tanya Cika penasaran.
“Gimana apanya?”Alin mengernyit bingung.
“Itu, gimana perasaanmu direcokin dia habis-habisan gara-gara kamu ngerjain dia”bisik Riri yang entah sejak kapan sudah ada disitu.
Alin berbalik dan hampir berteriak kaget saat mengetahui Riri sudah nangkring bareng mereka. Riri lebih mirip hantu karena datang dengan tiba-tiba.
“Riri, aku ingatkan, ya lain kali, jangan datang secara tiba-tiba. Jantungku hampir copot tau”oceh Alin sambil mengurut-urut dadanya. Yang lain hanya tertawa melihat tingkah Riri dan Alin.
“Ayo, dong, Lin… kamu kemarin diapain aja sama Devi? Kamu bawa-bawa nama kita, gak?”desak Dessy yang sepertinya paling penasaran.
Alin tampak berpikir,”Oooo…… yang kemarin itu. Hehehe, tenang aja, kok! Aku gak diapain sama dia. Cuma, dipukul-pukuli. Gara-gara…”
“Gara apa?”serga Dessy.
Alin memberi tanda untuk mendekat. Riri, Cika dan Dessy menurutinya.
“Gara-gara dia terlalu senang disuruh BAGAS nontonin dia. Tapi…”
“Tapi apaan, sih? Buruan, jangan setengah-setengah”oceh Cika.
“Tapi… acaranya udah lama selesai”bisik Alin pelan.
Semua terdiam. Namun, beberapa detik kemudian, mereka tertawa.
“Huahaha… Kok bisa?”tanya Dessy yang belum bisa menghentikan tawanya.
“Ya iyalah, wong acaranya habis jam 1, eh, kami datangnya jam 3. Mana ada oranglah”gerutu Alin.
Semua hanya ber”O” saja. tapi, masih belum bisa menghentikan tawanya.

~~~~~~~~
Ruang basket indoor masih terlihat sepi. Tak ada seorang pun disana. Padahal, Devi berharap saat ia datang kesini, ada Bagas disini yang sedang menunggui dirinya (Hahaha…. Khayalan tingkat tinggi).
Karena sudah 10 menit ia menunggu, dan tak ada tanda-tanda klau Bagas bakalan datang, ia pun berniat pergi. Baru saja ia ingin melangkah keluar ruangan, ia mendengar ada suara orang yang sepertinya tidak ia kenal. Tapi, ia yakin kalau itu adalah cowok-cowok pemain basket dari SMA ini juga.
“Ya ampun, kok bisa ketinggalan sih, Ndre?”kata cowok yang berbadan paling subur diantara yang lain.
“Yeee… ini kan bukan salah gue juga, kali! Salahin aja tuh Bagas yang seenaknya saja meninggalkan baju tanding gua disini”gerutu cowok yang Devi tebak namanya Andre.
Devi terus memperhatikan dua cowok itu tanpa memperhatikan sekitarnya. Bisa ia lihat dua cowok jalan kearah tempat dia bersembunyi. Devi melangkah mundur secara perlahan agar tidak membuat suara. Ia terus berjalan mundur saat seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya.
Devi berbalik dan berteiak kaget. Namun, dengan cepat orang itu mebekap mulut Devi. Namun, teriakan Devi tadi cukup keras, membuat dua cowok tadi curiga.
“Bro, loe denger orang teriak gak tadi?”tanya Andre.
Orang itu mengangguk, lalu menggeleng.
“Loe gimana sih, Ton! Denger atau kagak?”kata Andre sebal.
“Gua sih kayak denger suara. Tapi, disini tidak ada orang. Atau, jangan-jangan disini ada………..” si Ton memperhatikan isi seluruh ruangan sambil memegang tengkuknya,”Jangan-jangan disini ada hantu”
Mereka berdua sambil bertatapan sampai akhirnya mereka berlari sambil berteiak ketakutan.
Orang tadi melepas bekapan Devi. Beberapa menit yang lalu, Devi menahan nafasnya dan baru sekarang ia bisa bernafas. Bukan karena apa, ia menahan nafasnya karena shock melihat orang yang membekapnya tadi.
“Ba… Bagas?”kata Devi memecah kesunyian. Ia berharap, Bagas tidak bisa mendengar suara detak jantungnya yang berdetak tidak karuan itu. “Sedang apa disini?”
Bagas tersenyum kaku. Ia tampak salting.
“Kakak sendiri?”tanyanya balik.
Giliran Devi yang salting. Ia mencoba berpikir untuk mencari alasan yang tepat. Tiba-tiba saja ia teringat sesuatu.
“Aku sedang mencari gantungan hp yang ada bentuk bintangnya”
Bagas merogoh saku celananya dan mengeluarkan sesuatu yang berbentuk seperti yang Devi maksud.
“Ini”
“Iya”kata Devi senang. Ia mengambil gantungan itu dari tangan Bagas. Ia berlari keluar dari ruangan dengan senang. Namun, beberapa detik kemudian, dia kembali. “Thank you”katanya sambil berlalu.
Bagas hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Devi. Ia tampak lucu sekali saat itu.
“Disini loe ternyata”suara Andre mengagetkan Bagas.
Bagas berbalik sambil senyam-senyum. Tandanya, ia dalam masalah besar.
“Loe cari gak baju gue, atau gue aduin ke pelatih biar loe di keluarin”ancam Andre.
“Oke, oke, gue cari. Ganggu acara gue aja lu”gerutu Bagas.
“Apa?”tanya Andre.
“Gak pa-pa”jawab Bagas singkat.

~~~~~~~~
“Devi”panggil Rahma.
Devi yang tampak senang memandangi gantungan kunci pemberian Rahma menoleh kearahnya dengan pandangan tidak percaya.
“Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu”kata Rahma.
“Duduk dulu”Devi menepuk-nepuk kursi di sebelahnya-yang sebenarnya kursi Alin-menyuruhnya duduk.
“Yang kemarin itu, maaf, ya! Aku sadar aku egois”
Devi menggeleng,”Tak apa, Rahma. Yang berlalu, biarlah berlalu. Saatnya sambut hari yang baru”
Rahma menyerngit bingung. “Maksudnya?”
“Maksudnya, yang kemarin-kemarin itu lupakan saja. Saatnya kita jalani hari ini. Biarlah kemarin itu jadi pelajaran buat kita untuk kedepannya lagi”jelas Devi.
Rahma mengangguk mengerti. “Tapi, kenapa Devi tiba-tiba jadi puitis begini,ya? Sepertinya lagi senang banget. Cerita, dong!”bujuk Rahma.
“Iya, cerita, dong!”kata Alin tiba-tiba. Entah sejak kapan dia sudah ada disitu.
Wajah Devi berubah merah. Ia menutupi wajahnya malu.
“Waduh, sepertinya sudah terjadi sesuatu pada Devi. Cerita”kata Alin.
“Iya, Dev! Cerita, dong!”desak Rahma.
“Oke, aku bakal cerita. Tapi nanti, ya! Kalau sekarang, aku malu”
Alin dan Rahma mengangguk senang. Mereka tertawa bersama, menandakan hari ini adalah hari yang baik dan menyenangkan.
“Senang melihat mereka berbaikan”suara Bintang mengagetkan Heri.
Heri menoleh dan mendapati Bintang juga sedang berdiri di pintu kelas sambil melihat mereka.
“Apa?”tanya Heri pura-pura tidak mengerti.
“Alaaa… PPTT lagi alias ‘Pura-pura tidak tahu’. Terlihat jelas kali di matamu tertulis kata-kata yang aku bilang tadi”goda Bintang.
“Berisik, ah!”kata Heri sambil berlalu.

~~~~~~~~
Soal-soal kimia dipapan tulis terlihat seperti mantra-mantra sihir yang tertulis dalam huruf latin. Begitu membingungkan. Beberapa murid dikelas XI A tertidur saking capeknya menulis soal kimia yang penuh dengan nama unsur-unsur.
“Oke, selesai”kata Bu Yusri dengan suara khasnya yang lembut, membuat orang yang tertidur semakin pulas mendengarkannya. Tapi, itu seperti sengatan listrik bagi mereka jika mereka tidak terbangun dari tidurnya.
“Kalian semua diam, ya”Bu Yusri berjalan mendekati bangku Devi.
Semua orang yang duduk di dekat sana terdiam menahan napas. Ada juga yang menahan tawa. Bagaimana tidak, disaat pelajaran kimia, Beni yang duduk di depan Devi malah asyik-asyiknya tidur-sampai ngiler lagi-.
“Beni, bangun!”perintah Bu Yusri sambil menarik telinga Beni kuat. Tapi, Beni bergeming. “Beni, bangun!”ulang Bu Yusri.
“Aduh, berisik amat lu! Bentar lagi selesai”igau Beni.
Yang menahan tawa mereka mendengarnya. Jangan sampai tawa mereka membangunkan Beni.
‘Buukkkkk’Bu Yusri memukul meja Beni dengan kerasnya membuat semua murid yang ada di dalam kelas terkejut, termasuk Beni-gila, tuh ibu makan apa, sih!-.
Beni menatap Bu Yusri sambil cengar-cengir, bahkan ia masih sempat menghapus ilernya.
“Kamu ini, yang lain sibuk menulis, eh kamu malah asyik-asyik tidur. Kamu bagaimana, sih? Kalau begitu, kalian semua ibu kasih tugas tambahan”kata Bu Yusri.
“Yaaa…. Jangan, bu!”kata mereka sekelas kompak.
“Siapa yang tidak mau, maju kede[an. Nanti, ibu tambah tugasnya 2x lipat. Mau?”ancam Bu Yusri dengan suara lembutnya, namun tegas.
Semua menggeleng.
“Kalau begitu, kerjakan tugas halaman 212-216 bagian pilihan ganda dan essai. Ibu kasih keringanan. Kerjakan di Microsoft Word dengan teman sebangkumu. Awas, jangan ada yang copy-paste. Kalau ada, ibu tambah lagi tugasnya. Dan buat kamu Beni, pulang ini kamu harus bersihkan toilet dulu, baru boleh pulang. Mengerti?”
“Mengerti, bu!”kata mereka kompak.
“Oke, kalau begitu, silahkan beres-beres buat pulang. Tapi, selesaikan soal dipapan tulis ini dulu, baru pulang. Maaf ya, nak! Ibu pulang duluan, ibu mau keluar ngurusin pekerjaan ibu yang lain dulu. Gak apa-apa, kan?”ujar Bu Yusri.
“Gak apa-apa, bu!”kata mereka senang.
“Kalau begitu, ibu permisi dulu. Assalamualaikum”kata Bu Yusri sambil berlalu.
Semua murid yang ada di kelas mulai bergemuruh, kecuali Alin. Ia hanya duduk dibangkunya sambil menatap kursi disebelahnya yang kosong. Devi sudah kembali ke bangkunya dan sudah mau sedikit berdamai dengan Reza. Tapi, Alin tampak kesepian. Sudah 2 hari Aldi tidak masuk.

“Aldi”panggil Alin.
Aldi menoleh,”Apa?”
“Aku ingin tanya, kenapa kamu tiba-tiba baik denganku?”tanya Alin penasaran.
“Itu… itu karena…”
“Karena aku mirip dengan adik angkatmu”kata Alin cepat.
“Tahu darimana?”tanya Aldi bingung.
Alin membuka kotak dari Fakhri dan mengambil salah satu foto didalamnya.
“Ini, Fakhi yang bilang”Alin menunjuk tulisan yang ditulis Fakhri sendiri.
Aldi mendesah,”Lupakan”. Ia membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Alin sendiri yang masih berdiri diam terpaku.

“Alin… Alin… halo…”Vivi melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Alin.
Alin tersentak,”Vivi? Sejak kapan kamu duduk disini?”
“Udah dari tadi kali. Makanya, jangan ngelamun mulu. Emangnya lagi ngelamunin apa, sih? Lagi ngelamunin Aldi, ya”goda Vivi.
Alin menggeleng cepat. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya yang malu.
“Tapi, muka Alin kok jadi merah, ya?”goda Vivi lagi.
Alin memegangi wajahnya sambil menggeleng. “Enggak, kok! Vivi ada-ada aja”
“Cieee….”kata Devi ikut-ikutan.
“Apaan sih kalian! Jangan ikut-ikutan, deh!”kata Alin.
“Cieeee…. Alin…. Alin kenapa, Vi?”tanya Devi.
Alin menarik nafas lega karena Devi belum tahu apapun. Tapi, ia khawatir kalau Vivi mau memberitahunya. Ia malah memelototi Vivi, mengancamnya supaya tidak memberitahu Devi.
“Hahaha… gak pa-pa, kok! Mending siap-siap, bentar lagi pulang nih”
Benar kata Vivi, tak lama bel pulang berbunyi. Devi kembali ketempat duduknya dengan wajah cemberut sambil memberesi buku-bukunya yang ada dimeja.
“Nanti aku cerita”bisik Alin pelan.
“Beneran?”tanya Devi tidak percaya.
Alin mengangguk dan wajah Devi kembali ceria. Ia berlari menyusul Alin yang sudah berada diluar kelas.

~~~~~~~~
Koridor yang di lewati Riri dan Cika selalu sepi. Walaupun jam sekolah, koridor ini selalu jarang dilewati oleh orang, kecuali jika ada yang ikut ekskul memasak. Tapi, semenjak ulang tahun sekolah waktu itu selesai, tak pernah Riri melihat ada orang di dapur sekolah.
“Ri, ada apa? Kok dari tadi ngelirik dapur sekolah terus?”tanya Cika penasaran.
Riri menggeleng. Ekspresi wajahnya datar, sampai-sampai Cika tidak tahu apakah Riri berbohong atau tidak. Apakah dia menyimpan sesuatu atau tidak. Yang pasti, air mukanya tidak menunjukkan apa-apa sama sekali.
“Ya udah, kalau gitu, buruan kita antar barang-barang ini kedapur sekolah. Kalau tidak, aku bakal ditinggal jemputan”kata Cika.
Riri mengangguk. Namun, tiba-tiba ia berubah pikiran.
“Kalau gitu, aku saja yang antar. Cika pulang aja duluan”usul Riri.
“Serius?”tanya Cika tidak percaya.
Riri kembali mengangguk.
“Kalau gitu, aku duluan, ya! Bye, Ri”seru Cika sambil berlalu.
Riri mengambil kunci dapur di kantong seragamnya dan membukanya. Namun, Riri merasa aneh. Dapur itu ternyata tidak dikunci sama sekali.
‘Krriieekkk’ bunyi engsel pintu dapur sama sekali belum berubah. Terdengar sangat miris sekali. Riri melangkah masuk dan segera meletakkan barang-barang bawaanya ke dalam lemari terdekat. Setelah itu, ia keluar.
Sebelum ia sempat melangkahkan kakinya keluar, Riri mendengar sesuatu sedang dipotong. Ia kembali melangkah masuk dan mencari darimana sumber suara itu berasal. Seorang laki-laki sedang memotong wortel di bagian dapur yang lainnya. Riri terpana melihatnya. Dia adalah orang yang ia cari selama ini.
“Hai”suara Riri mengangetkan Ferdi. Saking kagetnya, tangan Ferdi sampai teriris.
“Aww…”rintih Ferdi. Darahnya mulai mengucur keluar.
“Ya ampun, sorry, sorry! Aku mengagetkanmu”kata Riri dengan rasa bersalah. Ferdi hanya merintih, tidak menghiraukan Riri.
Riri tidak menyadari hal itu. ia hanya berlari mengambil kotak P3K di dalam lemari disamping ia meletakkan barang-barang tadi dan segera mengobati Ferdi.
“Aku bisa sendiri”kata Ferdi dingin.
Riri hanya terdiam. Sedangkan, Ferdi mengambil obat merah dan plester dari tangan Riri, lalu mengobatinya sendiri.
“Aneh”celetuk Riri.
Ferdi hanya meliriknya sebentar, lalu kembali mengobati tangannya.
“Loe aneh!”kata Riri lebih keras. Ia bukan termasuk orang yang sabar.
“Aneh kenapa?”kata Ferdi tak terima.
“Loe jelas aneh! Tiba-tiba loe cuekin gue kayak gitu. Apa bukan kalau namanya aneh”ujar Riri. Ia berjalan keluar tanpa menunggu penjelasan dari Ferdi lagi. Sepertinya, tak ada gunanya ia berlama-lama disitu jika Ferdi juga tidak mengharapkan kedatangaannya disitu.
Ferdi menatap kepergian Riri dengan rasa bersalah.
“Seandainya kamu tahu, Ri. Kamulah yang kelihatan aneh akhir-akhir ini”

~~~~~~~~
‘Ting tong… ting tong… ting tong… ting tong’
Suara bel dirumah Aldi membuat Aldi terbangun. Itu sangat mengganggu baginya. Lagipula, siapa tau itu adalah tamu penting.
‘Ting tong...’bel rumahnya kembali berbunyi.
“Iya, iya, tunggu bentar’teriaknya. Ia berjalan menuju ruang depan dan segera membukakan pintu.
“Alin”serunya saat melihat Alin berdiri di depan pintu dengan membawa beberapa buku, laptop dan peralatan tulis.
“Hai”sapa Alin riang. Ia melangkah masuk. Namun, pintu itu keburu tertutup. Alhasil, kepalanya menumbur pintu itu dan menghasilkan benjol di jidatnya.
“Aww…”rintih Alin sambil mengelus-elus kepalanya yang sakit. “Rese’ amat siih tuh  orang”serunya sebal. Ia kembali memencet bel rumah Aldi berkali-kali sampai Aldi sendiri bosan mendengarnya.
“Ada perlu apa, sih?”kata Aldi kesal.
Alin hanya memberikan barang bawaanya pada Aldi dan masuk kedalam rumah. Ini baru pertama kalinya ia masuk kedalam rumah Aldi. walaupun rumah mereka saling berhadapan, ia tidak pernah sekalipun datang kerumah Aldi, kecuali saat ia mencari kucingnya yang hilang waktu itu(baca Guardian Angel Part 2 - Love Cat).
“Ada perlu apa, sih, loe kesini?”
Alin menatap malas wajah Aldi yang selalu uring-uringan itu. padahal, ia tidak ada maksud jahat, selain mengerjakan tugas. Lagipula, tugas ini harus dikumpulkan lusa. Mana sempat kalau mereka mengerjakan besok. Mana harus diperiksa lagi. Ditambah lagi, soalnya itu tidak sedikit.
“Buku-buku ini mau diapain?”tanya Aldi.
‘Gubraaakkk’ Alin menepuk dahinya pelan. Tapi, kembali mengelusnya karena ia menepuk pas kena bagian benjolnya.
“Ya buat ngerjain tugaslah. Masa’ mau dipelototin aja. Kalau begitu, buat apa aku berat-berat bawa barang-barang itu kesini”jelas Alin.
Aldi mengangguk.
“Trus, mau dikerjain sekarang?’tanya Aldi lagi.
Alin kembali menepuk dahinya. Nih orang ternyata LOLA BANGET alias Loadingnya Lama Banget.
“Ya iyalah! Masa’ besok?”kata Alin tak tahan lagi.
Aldi hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil sambil tersenyum menahan tawanya.
Kalau Alin lagi kesal, ternyata lucu juga, ya!, batin Aldi.

~~~~~~~~
Hari ini, café ‘Dream High’ sedang tutup. Tidak biasa-biasanya kafé milik Dessy-maksudnya punya ortunya-ini tutup. Biasanya selalu buka setiap hari, termasuk hari minggu, atau baru tutup saat hari libur besar. Nah, sekarang kan hari  selasa, lagi gak ada acara hari libur besar dikalender, kok bisa tutup, ya?
“Mas, kok kafenya gak buka?”tanya Bintang pada lelaki paruh baya yang kebetulan sedang lewat.
“Oh Pak Wawan sama Bu Fitri, mereka baru aja pergi. Katanya, mereka mau pergi ke Bandung”jawabnya.
Bintang mengangguk,”Kalau begitu, terima kasih, pak”
“Sama-sama”sahut orsng itu sambil berlalu.
Bintang berdiri di depan pintu masuk kafe. Ia terlihat ragu. Setelah lama ia berdiri disitu, ia memutuskan untuk pergi.

“BINTANG”Dessy berlari mengejar Bintang yang sudah pergi jauh. Ia tadi melihat Bintang baru saja pergi dengan motornya. Tapi, saat ia ingin menghampirinya, Bintang sudah pergi jauh. Seperti bintang dilangit yang semakin tinggi hingga tak mungkin bisa menggapainya(llleebbbbbbbbbbbayyyyy).
“Bintang kenapa kesini, ya?”tanya Cika yang ada dibelakang Dessy.
Dessy menggeleng. Ia sendiri kelihatan bingung.
“Tadi, ngapain Dessy ngejer Bintang, ya?”
Dessy terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Yang pasti, wajah Dessy langsung berubah malu.
“Jangan-jangan, Dessy naksir Bintang, ya?”goda Cika.
Dessy menggeleng cepat. “NO!!!”

~~~~~~~~