LAUGH OR CRY? SAD OR SMILE? (⌣́_⌣̀) ~ (◦ˆ⌣ˆ◦)
“Siapa
ini?”. Namun, tiba-tiba ia mengeluarkan evil
smilenya.
“Aww…”
rintih cowok itu. ia spontan melepaskan tangannya.
“Hahaha…
ternyata kamu datang juga, Fakhri”
Fakhri
tersenyum,”Tentu saja! Bukankah aku sudah janji”
“Masa’,
sih?” tanya Alin ragu. Kemudian mereka tertawa bersama.
~~~~~~~~
Devi
sesekali membuka matanya secara diam-diam. Ia hanya ingin memastikan apakah
Bagas masih ada bersamanya atau tidak. Bisa ia lihat Bagas sedang sibuk
merawatnya. Padahal, ia hanya pura-pura pingsan. Rasanya ia ingin berteriak
saat itu juga saat Alin menyuruh Bagas untuk merawatnya.
“Hei,
kamu!” Alin menunjuk ke arah Bagas.
Devi
membuka matanya sedikit. Bisa ia lihat kalau Alin menyuruh Bagas, bukan Reza.
Itu membuatnya cukup senang dengan pemikiran Alin.
“Aku?”
tanyanya tak percaya. Alin mengangguk cepat. Devi sedikit geram.
“Tolong bawa dia ke UKS, ya! Aku benar-benar
minta tolong” pinta Alin dengan nada memohon. Ia mengangguk cepat, membuat Devi
cepat-cepat mentup matanya dan pura-pura pingsan. Kemudian, Bagas
menggendongnya hingga ke UKS.
“Ah,
apa kakak sudah sadar?” tanyanya dengan nada khawatir. Ternyata, tanpa sadar ia
membuka matanya. Padahal, ia masih ingin disini bersama Bagas.
“I…
iya…”
“Baguslah
kalau begitu” kata Bagas lega. Devi tersenyum canggung.
Devi
segera bangkit dari ranjang, namun ia kembali terbaring.
“Uhukkk…
uhuukkk…” Devi terbatuk, membuat Bagas menjadi khawatir.
“Kakak
baik-baik saja?” ia segera memeriksa dahi Devi, membuat rasa pusing di
kepalanya hilang begitu saja.
Devi
mengangguk pelan,“Agak panas, sih! Tapi…”
“Devi,
kamu baik-baik saja?” tanya Rahma dengan nada khawatir.
Wajah
Devi langsung berubah cemberut. “YA!!!” jawabnya ketus.
Rahma
tampak sedang menahan tawanya melihat tingkah Devi. Namun, Vivi, Riri, Cika dan
Dessy tidak mengetahuinya.
“Mmm…
mungkin lebih baik aku keluar saja” kata Bagas tiba-tiba. Vivi, Riri, Cika dan
Dessy yang tadi tidak menyadari keberadaan Bagas sedikit terkejut.
“Iya!
Terima kasih sudah mau menjaga Devi” ucap Cika.
“Sama-sama,
kak” balas Bagas sambil berjalan keluar dari ruang UKS.
“Apa
tadi kami mengganggu?” tanya Vivi ragu. Devi menggeleng cepat.
“Tentu
saja tidak. Oh ya, apakah pengumuman lombanya sudah di umumkam?” Devi segera
mengalihkan topik. Ia tidak mau teman-temannya itu curiga.
Dessy
menepik dahinya pelan,“Hampir saja lupa! Ayo, cepat! Sebentar lagi pengumuman
lomba”.
Yang
lain mengangguk sambil berjalan keluar dari UKS.
~~~~~~~~
Devi,
Vivi, Rahma, Dessy, Cika dan Riri baru saja tiba di panggung menyanyi, dimana
berbagai macam lomba malam ini di umumkan.
“Bagaimana?
Apakah kita menang?” tanya Riri to the
point.
“Tentu
saja! Lomba baca puisi juara 1, drama juara 2, dance juara 2, menyanyi solo juara 3. Tinggal 1 lagi yang kita
belum, yaitu lomba band” ujar Sasha.
“Nah,
saat-saat yang paling ditunggu sudah tiba. Ini saatnya kita mengumumkan
pemenang lomaba terkhir, yaitu band…” ujar pembawa acara itu dengan semangat.
Orang-orang
bertepuk tangan, menambah panas suasanan acara.
“Baiklah,
berhubung malam semakin larut, para tamu mungkin sudah ada yang mengantuk, kita
akan langsung pada intinya. Baiklah, kita akan mengumumkan dari juara ke-3”
Alin
menggenggam tangan Devi erat. Jantungnya berdetak tak menentu. Begitu juga
dengan Aldi dan Reza. Devi juga jadi ikutan deg-degan.
“Juara
ketiga… dimenangkan oleh… XI… F”
Bisa
dilihat ekspresi wajah dari kelas XI A kecewa.
“Tenang
saja. Masih ada juara 2 dan 1” hibur Satria, membuat yang lain menaruh sedikit
harapan.
“Juara
kedua… di menangkan oleh… XI… C”.
Kelas
XI A kembali menampakan wajah kecewa. Mereka menjadi tidak yakin kalau mereka
menjadi pemenang.
“Dan
kelas yang menjadi pemenang malam ini dalam lomba band adalah… XI… XI apa
kira-kira…”.
“XI
B…”
“XI
A…”
“XI
D…”
“XI
E…”
“Hohoho…
malam yang semakin dingin ini ternyata berubah menjadi semakin panas. Baiklah,
daripada kalian menunggu terlalu lama, lebih baik kita umumkan saja para juara
kita. Juara pertama lomba band, diraih oleh… XI… B”
Semua
murid dari kelas XI B berteriak senang. Sedangkan, kelas XI A menampakkan wajah
kecewa.
“Ini
semua gara-gara aku. Kalian kan tahu kalau suaraku jelek” ujar Alin kecewa.
“Enggak,
kok! Siapa bilang suaramu jelek. Justru suaramu bagus, kok! Tapi, agak, sih!”
hibur Fakhri.
“Iya…
iya… suaramu agak bagus. Walaupun awalnya terdengar sangat fals” puji Aldi,
walaupun terdengar seperti sindiran.
Namun,
seorang juri mengahampiri pembawa acara sambil memberikan selembar kertas pada
pembawa acara.
“Sorry, guys! Ternyata tadi terjadi kesalahan
teknis” kata pembawa acara itu saat juri tadi sudah pergi. “Oke, kita
lanjutkan, ya! Sorry banget buat si juara 2 dan 3. Karena ada kesalahan dalam
menghitung hasil akhir tadi, ada 1 kelas yang masuk jadi juara dan 1 kelas
harus tersingkir dari posisi juara. Untuk juara pertama, tetap kelas XI B. Dan
untuk juara kedua, dimenangkan oleh… XI F”
Kelas
XI B dan F bersorak gembira karena menjadi pemenang.
“Dan
untuk juara ketiga… dari kelas yang tidak di duga-duga, yaitu… XI… A”
“Yeeaahhh”
semua murid kelas XI A dan juga Fakhri meloncat dengan gembira. Walaupun mereka
juara 3, yang penting kerja keras mereka membuahkan hasil.
“Selamat,
ya, untuk para pemenang lomba-lomba. Dan bagi yang tidak mendapat juara, jangan
berkecil hati. Mungkin ini langkah kalian untuk menjadi yang lebih baik.
Baiklah kalau begitu, sekarang nikmati lagu penutup dari band ‘Ungu’. Semoga
kalian terhibur dari yang dibawa mereka. Selamat malam, dan sampai jumpa”.
Lagu
Ungu yang berjudul ‘Percaya Padaku’ mulai mengalun indah. Alin tampak heran
melihat Devi tertawa sendiri dari tadi.
“Ada
apa, Dev? Apa terjadi sesuatu?” tanya Alin.
Devi
mengangguk cepat,”Ya! Terjadi sesuatu yang sangat mendebarkan”
“Apa
itu?” tanya Alin penasaran. Devi hanya mengarahkan pandangannya ke arah XI B,
membuat Alin ikut melihat ke arah XI B.
“Si
Vina, mana? Perasaan tadi dia ada, deh!” kata Alin bingung. Namun, Alin
terpekik,”Hah? Jangan bilang kalau Vina pergi sama Reza! Atau… Hah? Benarkah?”
Devi
mengangguk cepat.
“Kalau
begitu, ayo! Jangan sampai kita ketinggalan adegan-adegan yang seru” kata Alin
sambil menarik Devi pergi ke suatu tempat.
~~~~~~~~
Reza
menarik tangan Vina hingga mereka berada di tempat yang sepi dan tidak banyak
orang yang berlalu lalang. Vina tampak sedang berusaha melepas tangannya dari
cengkraman Reza.
“Lepasin!!!”perintah
Vina dengan nada membentak. Reza pun melepaskan tangan Vina dengan kasar.
“Ada
apa, sih?”tanya Vina to the point.
Reza
mendesah,”Sudah berapa kali aku bilang, jangan pernah mengganggu mereka. Mereka
tidak bersalah sedikit pun”jelas Reza.
Alin
dan Devi yang tampak asyik melihat mereka sambil membawa popcorn terkejut
mendengar perkataan Reza.
“Benarkah
apa yang dikatakan Reza tadi?” tanya Alin setengah tidak percaya. Ia juga tidak
sadar kalau Devi sudah banyak mengambil jatah popcornnya.
“Siapa
yang gangguin mereka?”ucap Vina dengan nada sewot.
Ingin
rasanya Devi kesana, kemudian menjambak-jambak rambutnya. Namun, Alin segera
mencegahnya. Mereka sedang mengintip. Kalau ketahuan, bisa gawat nantinya.
Ujung-ujungnya, mereka juga yang bakal dihajar kelompok Vina cs.
“Tadi
aku lihat sendiri, kok, kalau Voni sengaja membuat Devi tersandung dan kamu
dengan sengaja mendorongnya jatuh kekolam renang. Kamu juga tahu, kan, kalau
Devi tidak bisa berenang”ujar Reza panjang lebar tanpa berhenti.
Alin
dan Devi ternganga mendengarnya. Apalagi Vina.
“Damn!!!”
kesabaran Devi sudah mencapai puncaknya. Antara terkejut, panik dan takut, Alin
tetap berusaha menenangkan Devi.
“Sabar,
Dev!”hibur Alin.
Vina
tertunduk membisu. Sepertinya apa yang dikatakan Reza tadi benar.
“Maaf…”kata
Reza memecah kesunyian.”Untuk saat ini kita break
dulu” Reza berlalu meninggalkan Vina sendiri.
Tawa
Devi memecah. Terdengar seperti tawa kuntilanak, membuat Vina merinding
mendengarnya.
“Ada
orang tidak?”tanya Vina takut-takut. Devi benar-benar tidak bisa lagi menahan
tawanya. Namun, dengan cepat Alin membekap mulut Devi.
Vina
melangkah perlahan-lahan meninggalkan tempat itu, kemudian berlari sekuat
tenaga sambil berteriak ketakutan.
“Hahahaha….”tawa
Devi dan Alin bersamaan. Sepertinya, malam ini adalah malam yang indah buat
mereka.
~~~~~~~~
Sekolah
Garuda Internasional berubah menjadi sepi dan dingin. Semua orang sudah banyak
yang pulang kerumah. Aldi jalan sempoyongan menuju mobil Reza.
“Alin,
Devi, kalian duduk di depan, ya! Gue mau tidur di belakang” Aldi membuka pintu
mobil, kemudian menutupnya.
“Mmm…
kalian pulang duluan, ya! Aku pulang bareng Fakhri”ujar Alin.
“Yaaa….”Devi
kecewa. Ini seperti sudah di rencanakan. Tapi, mau bagaimana lagi. Semua orang
sudah pada pulang. Hanya ada dirinya, Alin, Fakhri, Aldi dan Reza. Tidak
mungkin ia menyuruh mama atau kakaknya yang menjemput. Bisa-bisa ia bakalan di
amuk sejalan-jalan.
Devi
segera masuk kedalam mobil Reza. Begitu juga dengan Reza. Selama di perjalanan,
mereka berdua hanya diam. Tiba-tiba, Devi teringat wajah Vina yang kecewa dan
ketakutan tadi. Spontan ia tertawa, membuat Reza yang mendengarnya menyerngit
bingung.
“Kenapa
loe ketawa sendiri? Kerasukan hantu di kolam tadi, ya?”kata Reza asal.
Devi
menghentikan tawanya mendengar komentar Reza.
“Yeee…
enak aja kalau ngomong. Gue ketawa karena ada sebabnya”
“Ah,
masa’?”tanya Reza tak percaya. Reza menyentuh dahi Devi membuat Devi terkejut
saat merasakan dinginnya tangan Reza.
“Tuh
kan… panas! Sakit kali loe?”
Devi
terdiam. Tidak ingin berkomentar apa-apa. Saat mengantar Aldi pulang pun mereka
tetap diam.
Sesampainya
di rumah Devi, ia menyuruh Reza turun. Walaupun bingung, tapi Reza tetap
melakukannya. Ia turun dari mobil, kemudian sesuatu melayang kearahnya membuat
Reza sedikit terkejut.
“Pakai
tuh, jas! Walaupun gak bagus-bagus amat, setidaknya masih layak pakai” cerocos
Devi. Reza bengong sebentar.
“Makasih,
ya”ucap Reza tulus, namun dibalas tatapan dingin dari Devi.
“Jangan
salah paham! Itu sebagai balas budi karena tadi kamu nolongin aku. Daripada
kamu sakit dengan alasan menolongku, mending aku buat kamu menjadi tidak sakit.
Aku terlalu malas untuk mendengar alasan-alasan yang tidak penting karena
aku”jelas Devi panjang lebar. Kemudian, ia segera melangkah masuk kedalam
rumah. “Pulang sana! Udah malam” usir Devi. Ia pun menutup pintu rumahnya,
tidak peduli bagaimana reaksi-reaksi Reza selanjutnya. Yang penting ia mau
tidur.
“Terima
kasih”ucap Reza tulus walaupun ia tidak yakin Devi mendengarnya.
~~~~~~~~
Pagi-pagi,
seperti biasanya, Dessy datang sekolah. Baru saja ia melangkah masuk kedalam
kelas, ia sudah di kejutkan oleh tampang menyeramkan Rahma.
“Ada
apa, Rahma? Kenapa pagi-pagi udah buat orang takut, sih?”
Rahma
menggeleng pelan. Matanya sembap. Masih ada sisa-sisa air mata di sekitar
matanya.
Tak
lama, Alin datang dengan wajah muram. Dessy menggelengkan kepalanya. Pagi-pagi
ia sudah harus melihat wajah-wajah suram teman-temannya. Bagaikan mereka tak
punya masa depan yang bagus.
“Ada
apa, Des?”tanya Devi mengejutkan Dessy. Dessy mengelus-elus dadanya.
“Dasar,
bikin kaget orang aja. Jangan tiba-tiba, dong!”protes Dessy.
“Maaf,
maaf, gak bermaksud bikin kaget. Tapi, niat sih ada”cengir Devi disambut sebuah
pukulan dari Dessy.
“Udah,
deh! Jangan iseng pagi-pagi. Mending tanya saja sendiri ama mereka berdua.
Jangan pasang muka muram. Seram, tau!”ujar Dessy.
Devi
menggelengkan kepalanya. Pusing, gara-gara tercebur kedalam kolam renang
kemarin malam. Pusing, melihat teman-temannya pada sedih.
“Rahma,
Alin, ada apa? Apa yang terjadi pada kalian?”tanya Devi pelan. Mereka berdua
menggeleng kompak. “Ck, jangan geleng-geleng, aja! Udah, deh, kasih tahu aja
masalah kalian. Siapa tau kami bisa membantu”ujar Devi geram.
Alin
dan Rahma saling berpandangan. Kemudian, mereka mengangguk kompak.
“Coba
baca” Rahma memberikan hp-nya pada Devi. Dessy dan Alin tampak penasaran dan
ikut membaca. Mata mereka membulat setelah mereka selesai membaca sms itu.
“Rahma,
ini bohongkan?”tanya Dessy tidak percaya. Rahma mengangguk.
“Rahma,
apa benar pacarmu kecelakaan semalam dan dia sedang sekarat?” Alin terlihat
tidak percaya.
Air
mata Alin sudah menunpuk disudut matanya. Rahma kembali mengangguk. Alin segera
berlari memeluk Rahma dan menangis dipelukannya.
“Yang
sabar ya, Rahma. Mungkin ada hikmak dibalik semua ini”hibur Dessy.
“Iya”balas
Rahma singkat.
“Lalu,
apa masalahmu?” tanya Dessy pada Alin, membuat Alin terbungkam.
“Akan
kuceritakan nanti”
~~~~~~~~
Mereka
bertujuh, Alin, Dessy, Devi, Cika, Vivi, Riri dan Rahma, sedang asyik
jalan-jalan di mall. Mereka sedang asyik memilih dan melihat berbagai barang
mulai dari baju, sepatu, tas, kacamata, aksesoris, dan juga makanan-makanan
mulai dari yang ringan hingga yang berat.
Tujuan
mereka shoping hari ini untuk menghilangkan rasa stress. Rahma dan Alin sedang
sedih hari ini. Makanya, Cika berinisiatif mengajak mereka shoping.
“Eh,
lihat nih! Lucu, kan?” komentar Devi pada sebuah kalung yang bertuliskan huruf
inisial namanya. Alin tertawa pelan.
“Alaa…
aku tau kok kamu tuh just look, doang! Hahaha…”ujar Alin
disambut sebuah jitakan dari Devi.
“Nanti
aku beli, kok! Kalau ada uangnya, sih”kata Devi malu-malu. Ia meletakkan
kembali barang yang ia lihat tadi ketempatnya. Mereka kemudian beranjak dari
toko aksesoris ke tempat permainan.
“Des,
kesitu, yuk!” Alin menunjuk ketempat permainan basket yang berada di sudut
ruangan itu.
“Ayo”
Dessy segera menarik tangan Alin dan Cika ketempat situ.
“Kita
kesana aja, yuk!” ajak Devi pada Rahma. Kemudian ia menarik Rahma ketempat
permainan balap-balapan.
“Eh,
habis main ini, kita kesana juga, ya”pinta Dessy. Alin dan Cika mengangguk
senang. Kemudian mereka berlima berlari mengelilingi seluruh ruangan, mencoba
satu-persatu permainan disana. Vivi dan Riri hanya menggelengkan kepala mereka
melihat tingkah teman-teman mereka itu.
“Riri
tidak ikut?”tanya Vivi. Riri menggeleng pelan. Vivi mengangguk tanda mengerti.
Ia tahu bagaimana sifat Riri. Pendiam, berbicara saat perlu pada orang lain.
Tidak terlalu suka keramaian. Tapi, kadang dia orangnya asyik diajak bercanda.
Kadang, ia sering kebanyakan bicara. Intinya, Riri orangnya susah ditebak.
“Kamu
sendiri?”Riri menanya balik.
“Hehe…
lagi malas aja” jawab Vivi. Kemudian ia melihat teman-temannya menghampiri
mereka berdua.
“Udah
selesai mainnya?”tanya Riri.
“Belum
puas, sih! Tapi udah capek. Lapar, lagi! Kita makan, yuk!”ajak Alin dengan
manjanya. Yang lain mengangguk tanda setuju. Tampak sekali diwajah mereka kalau
mereka sudah lelah.Kebetulan sekali, mereka juga belum makan dari tadi siang.
Sesampai
di ‘Dream High Caffe’, yang sekarang menjadi tempat nongkrong mereka, Alin
langsung memesan 2 porsi mie ayam~waduh, rakus amat~.
“Lapar
banget, cuy!”komentarnya. yang lain hanya menggelengkan kepala mereka melihat
tingkah teman mereka yang satu ini.
Saat
makanan yang mereka pesan datang, mereka langsung melahap makanan mereka
masing-masing dengan rakusnya.
Alin
telah menghabiskan semua makanannya dengan cepat. Padahal, teman-temannya yang
lain baru memakan setengahnya. Vivi yang melihat itu hanya bisa menggelengkan
kepalanya. Kemudian, ia mengalihkan pandangannya dari Alin kepintu masuk ke kafe.
Ada sepasang kekasih yang baru masuk kedalam kafe itu, membuat Vivi membulatkan
matanya.
“Tomy?”gumam
Vivi pelan. Namun tidak untuk Alin. Alin yang tampak penasaran melihat kearah
yang Vivi maksud. Kemudian ia mengangguk-angguk tidak jelas.
“Teman-teman,
aku ke toilet dulu, ya”kata Alin kemudian berjalan kearah toilet. Namun, ia sedikit
menyimpang. Ia berjalan kearah sepasang kekasih. Kebetulan sekali ada seorang
pelayan di dekatnya. Diam-diam ia memasang kakinya, membuat pelayan itu
terjatuh. Makanan dan minuman yang ia bawa tadi tepat mengenai sepasang kekasih
itu. Alin tertawa pelan. Seluruh pengunjung yang datang menoleh kearah mereka. Dengan
cepat Alin membantu pelayan itu berdiri. Kemudian membersihkan pakaian cewek
itu yang sedang memarahi pelayan itu.
“Hei,
mengapa kamu membuat pakaianku semakin kotor, HAH!!!”bentak cewek itu pada
Alin, membuat jantung Alin hampir copot mendengarnya.
“Maaf,
tapi aku hanya ingin membantumu”ujar Alin dengan wajah polosnya.
Cewek
tadi berusaha menjambak rambut Alin, namun dicegah oleh cowok yang pergi
bersamanya. Kemudian, cowok itu mengedarkan pandangannya keseluruh isi kafe. Mata
cowok itu bertemu pandang dengan Vivi yang sedang menatapnya tajam.
“Sayang,
ayo kita segera pergi dari sini” ajak cowok itu. Namun terlambat. Vivi sudah
berada di depan mereka.
“Sayang,
siapa perempuan ganjen yang ada di sampingmu itu?”Vivi memamerkan senyum palsunya.
Terlihat sekali cowok itu salah tingkah.
“Sayang,
kamu kenal dia? Mengapa dia memanggilmu dengan sebutan sayang?” tanya cewek itu
penasaran. Sepertinya semakin seru saja.
“Mmm…”
sepertinya Tomy~Alin menebak cowok itulah Tomy yang dimaksudkan Vivi
tadi~terlihat panik.
“Apakah
kamu pacarnya?”tanya Vivi pada cewek ganjen itu.
“Tentu”jawab
cewek itu penuh percaya diri.
‘Plak’
satu tamparan mendarat bebas di pipi kiri Tomy. Semua orang terpana melihatnya,
termasuk Alin. Belum puas dengan tamparan tadi, Alin mengambil gelas berisi
kopi yang ada di meja yang paling dekatnya padanya, kemudian mengguyurnya
dengan kopi itu. kemudian kembali menampar di pipi kanannya.
“Mulai
sekarang kita ‘PUTUS’” kata Vivi dengan menekankan kata putus. Kemudian Vivi
kembali ketempat duduknya diikuti dengan Alin.
Sepertinya
kesialan Tomy tidak berhenti sampai disitu. Cewek yang bersamanya pun kini
menampar keduan pipi Tomy sekuat tenaga. Kemudian mengguyurnya dengan air, melemparnya
dengan sisa-sisa makanan, dan meninggalkannya sendirian disitu. Tomy hanya
bengong. Tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, ia mengejar cewek ganjen itu.
“Huh,
dramatis sekali ceritanya”komentar Devi.
“Aahh…
kamu gak bilang kalau mau menamparnya. Kalau kamu bilang, aku pasti akan
membantumu”tambah Rahma, namun disambut pelototan dari Cika.
“Jangan
ditahan, Vi! Kalau kamu ingin menangis, menangislah. Tak ada yang melarangmu”ucap
Alin saat melihat mata Vivi sudah berkaca-kaca.
Mendengar
itu, Air mata Vivi langsung jatuh tanpa bisa terbendung lagi. Dessy segera
memeluk Vivi sambil berusaha menghiburnya.
“Yang
sabar, Vi! Mungkin dibalik semua ini ada hikmah yang tersembunyi”hibur Dessy.
Kemudian, Dessy menatap Alin yang duduk tepat di depannya. “Buat kamu,
terimakasih ya, sudah membuat kekacauan di kafe ini”
“Hehe…
sama-sama”ucap Alin malu-malu sambil cengar-cengir.
~~~~~~~~
Seperti
biasa, kicau burung bernyanyi menyambut datangnya sang mentari. Alin melangkah
masuk kedalam kelasnya. Setelah kejadian kemarin, Vivi menjadi pendiam. Dessy
dan yang lain pun menjadi pendiam. Tak ada yang menegurnya saat ia masuk ke
kelas. Bukan hanya teman-temannya, tapi semua orang yang ada di kelasnya
benar-benar tidak peduli dengan kehadirannya.
Sampai
jam pulang sekolah pun tak ada yang menegurnya. Kalau Alin mencoba mendekati
mereka, mereka semua menjauh. Terlihat sekali diwajah Alin kalau ia begitu
sedih, namun ia mencoba untuk tersenyum.
“Alin”panggil
Bintang, membuat Alin kaget mendengarnya. Bintang adalah orang pertama yang
mengajaknya berbicara hari ini.
“Ada
apa?”tanya Alin, berusaha menahan rasa gembiranya.
“Mmm…
ada sesuatu. Kamu harus ikut sekarang” kata Bintang.
“Kemana?”
firast buruk menghampirinya.
“Ke…
ke rumah… sakit”
~~~~~~~~