Rabu, 30 Mei 2012

GUARDIAN ANGEL (15)


LAUGH OR CRY? SAD OR SMILE? (́_̀) ~ (◦ˆˆ◦)


 Alin melompat turun dari panggung dan menyeruak ke dalam keramaian. Saat ia sudah berada di tengah-tengah keramaian, sepasang tangan tiba-tiba menutup kedua matanya, membuat Alin penasaran.
“Siapa ini?”. Namun, tiba-tiba ia mengeluarkan evil smilenya.
“Aww…” rintih cowok itu. ia spontan melepaskan tangannya.
“Hahaha… ternyata kamu datang juga, Fakhri”
Fakhri tersenyum,”Tentu saja! Bukankah aku sudah janji”
“Masa’, sih?” tanya Alin ragu. Kemudian mereka tertawa bersama.

~~~~~~~~
Devi sesekali membuka matanya secara diam-diam. Ia hanya ingin memastikan apakah Bagas masih ada bersamanya atau tidak. Bisa ia lihat Bagas sedang sibuk merawatnya. Padahal, ia hanya pura-pura pingsan. Rasanya ia ingin berteriak saat itu juga saat Alin menyuruh Bagas untuk merawatnya.
“Hei, kamu!” Alin menunjuk ke arah Bagas.
Devi membuka matanya sedikit. Bisa ia lihat kalau Alin menyuruh Bagas, bukan Reza. Itu membuatnya cukup senang dengan pemikiran Alin.
“Aku?” tanyanya tak percaya. Alin mengangguk cepat. Devi sedikit geram.
 “Tolong bawa dia ke UKS, ya! Aku benar-benar minta tolong” pinta Alin dengan nada memohon. Ia mengangguk cepat, membuat Devi cepat-cepat mentup matanya dan pura-pura pingsan. Kemudian, Bagas menggendongnya hingga ke UKS.

“Ah, apa kakak sudah sadar?” tanyanya dengan nada khawatir. Ternyata, tanpa sadar ia membuka matanya. Padahal, ia masih ingin disini bersama Bagas.
“I… iya…”
“Baguslah kalau begitu” kata Bagas lega. Devi tersenyum canggung.
Devi segera bangkit dari ranjang, namun ia kembali terbaring.
“Uhukkk… uhuukkk…” Devi terbatuk, membuat Bagas menjadi khawatir.
“Kakak baik-baik saja?” ia segera memeriksa dahi Devi, membuat rasa pusing di kepalanya hilang begitu saja.
Devi mengangguk pelan,“Agak panas, sih! Tapi…”
“Devi, kamu baik-baik saja?” tanya Rahma dengan nada khawatir.
Wajah Devi langsung berubah cemberut. “YA!!!” jawabnya ketus.
Rahma tampak sedang menahan tawanya melihat tingkah Devi. Namun, Vivi, Riri, Cika dan Dessy tidak mengetahuinya.
“Mmm… mungkin lebih baik aku keluar saja” kata Bagas tiba-tiba. Vivi, Riri, Cika dan Dessy yang tadi tidak menyadari keberadaan Bagas sedikit terkejut.
“Iya! Terima kasih sudah mau menjaga Devi” ucap Cika.
“Sama-sama, kak” balas Bagas sambil berjalan keluar dari ruang UKS.
“Apa tadi kami mengganggu?” tanya Vivi ragu. Devi menggeleng cepat.
“Tentu saja tidak. Oh ya, apakah pengumuman lombanya sudah di umumkam?” Devi segera mengalihkan topik. Ia tidak mau teman-temannya itu curiga.
Dessy menepik dahinya pelan,“Hampir saja lupa! Ayo, cepat! Sebentar lagi pengumuman lomba”.
Yang lain mengangguk sambil berjalan keluar dari UKS.

~~~~~~~~
Devi, Vivi, Rahma, Dessy, Cika dan Riri baru saja tiba di panggung menyanyi, dimana berbagai macam lomba malam ini di umumkan.
“Bagaimana? Apakah kita menang?” tanya Riri to the point.
“Tentu saja! Lomba baca puisi juara 1, drama juara 2, dance juara 2, menyanyi solo juara 3. Tinggal 1 lagi yang kita belum, yaitu lomba band” ujar Sasha.
“Nah, saat-saat yang paling ditunggu sudah tiba. Ini saatnya kita mengumumkan pemenang lomaba terkhir, yaitu band…” ujar pembawa acara itu dengan semangat.
Orang-orang bertepuk tangan, menambah panas suasanan acara.
“Baiklah, berhubung malam semakin larut, para tamu mungkin sudah ada yang mengantuk, kita akan langsung pada intinya. Baiklah, kita akan mengumumkan dari juara ke-3”
Alin menggenggam tangan Devi erat. Jantungnya berdetak tak menentu. Begitu juga dengan Aldi dan Reza. Devi juga jadi ikutan deg-degan.
“Juara ketiga… dimenangkan oleh… XI… F”
Bisa dilihat ekspresi wajah dari kelas XI A kecewa.
“Tenang saja. Masih ada juara 2 dan 1” hibur Satria, membuat yang lain menaruh sedikit harapan.
“Juara kedua… di menangkan oleh… XI… C”.
Kelas XI A kembali menampakan wajah kecewa. Mereka menjadi tidak yakin kalau mereka menjadi pemenang.
“Dan kelas yang menjadi pemenang malam ini dalam lomba band adalah… XI… XI apa kira-kira…”.
“XI B…”
“XI A…”
“XI D…”
“XI E…”
“Hohoho… malam yang semakin dingin ini ternyata berubah menjadi semakin panas. Baiklah, daripada kalian menunggu terlalu lama, lebih baik kita umumkan saja para juara kita. Juara pertama lomba band, diraih oleh… XI… B”
Semua murid dari kelas XI B berteriak senang. Sedangkan, kelas XI A menampakkan wajah kecewa.
“Ini semua gara-gara aku. Kalian kan tahu kalau suaraku jelek” ujar Alin kecewa.
“Enggak, kok! Siapa bilang suaramu jelek. Justru suaramu bagus, kok! Tapi, agak, sih!” hibur Fakhri.
“Iya… iya… suaramu agak bagus. Walaupun awalnya terdengar sangat fals” puji Aldi, walaupun terdengar seperti sindiran.
Namun, seorang juri mengahampiri pembawa acara sambil memberikan selembar kertas pada pembawa acara.
“Sorry, guys! Ternyata tadi terjadi kesalahan teknis” kata pembawa acara itu saat juri tadi sudah pergi. “Oke, kita lanjutkan, ya! Sorry banget buat si juara 2 dan 3. Karena ada kesalahan dalam menghitung hasil akhir tadi, ada 1 kelas yang masuk jadi juara dan 1 kelas harus tersingkir dari posisi juara. Untuk juara pertama, tetap kelas XI B. Dan untuk juara kedua, dimenangkan oleh… XI F”
Kelas XI B dan F bersorak gembira karena menjadi pemenang.
“Dan untuk juara ketiga… dari kelas yang tidak di duga-duga, yaitu… XI… A”
“Yeeaahhh” semua murid kelas XI A dan juga Fakhri meloncat dengan gembira. Walaupun mereka juara 3, yang penting kerja keras mereka membuahkan hasil.
“Selamat, ya, untuk para pemenang lomba-lomba. Dan bagi yang tidak mendapat juara, jangan berkecil hati. Mungkin ini langkah kalian untuk menjadi yang lebih baik. Baiklah kalau begitu, sekarang nikmati lagu penutup dari band ‘Ungu’. Semoga kalian terhibur dari yang dibawa mereka. Selamat malam, dan sampai jumpa”.
Lagu Ungu yang berjudul ‘Percaya Padaku’ mulai mengalun indah. Alin tampak heran melihat Devi tertawa sendiri dari tadi.
“Ada apa, Dev? Apa terjadi sesuatu?” tanya Alin.
Devi mengangguk cepat,”Ya! Terjadi sesuatu yang sangat mendebarkan”
“Apa itu?” tanya Alin penasaran. Devi hanya mengarahkan pandangannya ke arah XI B, membuat Alin ikut melihat ke arah XI B.
“Si Vina, mana? Perasaan tadi dia ada, deh!” kata Alin bingung. Namun, Alin terpekik,”Hah? Jangan bilang kalau Vina pergi sama Reza! Atau… Hah? Benarkah?”
Devi mengangguk cepat.
“Kalau begitu, ayo! Jangan sampai kita ketinggalan adegan-adegan yang seru” kata Alin sambil menarik Devi pergi ke suatu tempat.

~~~~~~~~
Reza menarik tangan Vina hingga mereka berada di tempat yang sepi dan tidak banyak orang yang berlalu lalang. Vina tampak sedang berusaha melepas tangannya dari cengkraman Reza.
“Lepasin!!!”perintah Vina dengan nada membentak. Reza pun melepaskan tangan Vina dengan kasar.
“Ada apa, sih?”tanya Vina to the point.
Reza mendesah,”Sudah berapa kali aku bilang, jangan pernah mengganggu mereka. Mereka tidak bersalah sedikit pun”jelas Reza.
Alin dan Devi yang tampak asyik melihat mereka sambil membawa popcorn terkejut mendengar perkataan Reza.
“Benarkah apa yang dikatakan Reza tadi?” tanya Alin setengah tidak percaya. Ia juga tidak sadar kalau Devi sudah banyak mengambil jatah popcornnya.
“Siapa yang gangguin mereka?”ucap Vina dengan nada sewot.
Ingin rasanya Devi kesana, kemudian menjambak-jambak rambutnya. Namun, Alin segera mencegahnya. Mereka sedang mengintip. Kalau ketahuan, bisa gawat nantinya. Ujung-ujungnya, mereka juga yang bakal dihajar kelompok Vina cs.
“Tadi aku lihat sendiri, kok, kalau Voni sengaja membuat Devi tersandung dan kamu dengan sengaja mendorongnya jatuh kekolam renang. Kamu juga tahu, kan, kalau Devi tidak bisa berenang”ujar Reza panjang lebar tanpa berhenti.
Alin dan Devi ternganga mendengarnya. Apalagi Vina.
“Damn!!!” kesabaran Devi sudah mencapai puncaknya. Antara terkejut, panik dan takut, Alin tetap berusaha menenangkan Devi.
“Sabar, Dev!”hibur Alin.
Vina tertunduk membisu. Sepertinya apa yang dikatakan Reza tadi benar.
“Maaf…”kata Reza memecah kesunyian.”Untuk saat ini kita break dulu” Reza berlalu meninggalkan Vina sendiri.
Tawa Devi memecah. Terdengar seperti tawa kuntilanak, membuat Vina merinding mendengarnya.
“Ada orang tidak?”tanya Vina takut-takut. Devi benar-benar tidak bisa lagi menahan tawanya. Namun, dengan cepat Alin membekap mulut Devi.
Vina melangkah perlahan-lahan meninggalkan tempat itu, kemudian berlari sekuat tenaga sambil berteriak ketakutan.
“Hahahaha….”tawa Devi dan Alin bersamaan. Sepertinya, malam ini adalah malam yang indah buat mereka.

~~~~~~~~
Sekolah Garuda Internasional berubah menjadi sepi dan dingin. Semua orang sudah banyak yang pulang kerumah. Aldi jalan sempoyongan menuju mobil Reza.
“Alin, Devi, kalian duduk di depan, ya! Gue mau tidur di belakang” Aldi membuka pintu mobil, kemudian menutupnya.
“Mmm… kalian pulang duluan, ya! Aku pulang bareng Fakhri”ujar Alin.
“Yaaa….”Devi kecewa. Ini seperti sudah di rencanakan. Tapi, mau bagaimana lagi. Semua orang sudah pada pulang. Hanya ada dirinya, Alin, Fakhri, Aldi dan Reza. Tidak mungkin ia menyuruh mama atau kakaknya yang menjemput. Bisa-bisa ia bakalan di amuk sejalan-jalan.
Devi segera masuk kedalam mobil Reza. Begitu juga dengan Reza. Selama di perjalanan, mereka berdua hanya diam. Tiba-tiba, Devi teringat wajah Vina yang kecewa dan ketakutan tadi. Spontan ia tertawa, membuat Reza yang mendengarnya menyerngit bingung.
“Kenapa loe ketawa sendiri? Kerasukan hantu di kolam tadi, ya?”kata Reza asal.
Devi menghentikan tawanya mendengar komentar Reza.
“Yeee… enak aja kalau ngomong. Gue ketawa karena ada sebabnya”
“Ah, masa’?”tanya Reza tak percaya. Reza menyentuh dahi Devi membuat Devi terkejut saat merasakan dinginnya tangan Reza.
“Tuh kan… panas! Sakit kali loe?”
Devi terdiam. Tidak ingin berkomentar apa-apa. Saat mengantar Aldi pulang pun mereka tetap diam.
Sesampainya di rumah Devi, ia menyuruh Reza turun. Walaupun bingung, tapi Reza tetap melakukannya. Ia turun dari mobil, kemudian sesuatu melayang kearahnya membuat Reza sedikit terkejut.
“Pakai tuh, jas! Walaupun gak bagus-bagus amat, setidaknya masih layak pakai” cerocos Devi. Reza bengong sebentar.
“Makasih, ya”ucap Reza tulus, namun dibalas tatapan dingin dari Devi.
“Jangan salah paham! Itu sebagai balas budi karena tadi kamu nolongin aku. Daripada kamu sakit dengan alasan menolongku, mending aku buat kamu menjadi tidak sakit. Aku terlalu malas untuk mendengar alasan-alasan yang tidak penting karena aku”jelas Devi panjang lebar. Kemudian, ia segera melangkah masuk kedalam rumah. “Pulang sana! Udah malam” usir Devi. Ia pun menutup pintu rumahnya, tidak peduli bagaimana reaksi-reaksi Reza selanjutnya. Yang penting ia mau tidur.
“Terima kasih”ucap Reza tulus walaupun ia tidak yakin Devi mendengarnya.

~~~~~~~~
Pagi-pagi, seperti biasanya, Dessy datang sekolah. Baru saja ia melangkah masuk kedalam kelas, ia sudah di kejutkan oleh tampang menyeramkan Rahma.
“Ada apa, Rahma? Kenapa pagi-pagi udah buat orang takut, sih?”
Rahma menggeleng pelan. Matanya sembap. Masih ada sisa-sisa air mata di sekitar matanya.
Tak lama, Alin datang dengan wajah muram. Dessy menggelengkan kepalanya. Pagi-pagi ia sudah harus melihat wajah-wajah suram teman-temannya. Bagaikan mereka tak punya masa depan yang bagus.
“Ada apa, Des?”tanya Devi mengejutkan Dessy. Dessy mengelus-elus dadanya.
“Dasar, bikin kaget orang aja. Jangan tiba-tiba, dong!”protes Dessy.
“Maaf, maaf, gak bermaksud bikin kaget. Tapi, niat sih ada”cengir Devi disambut sebuah pukulan dari Dessy.
“Udah, deh! Jangan iseng pagi-pagi. Mending tanya saja sendiri ama mereka berdua. Jangan pasang muka muram. Seram, tau!”ujar Dessy.
Devi menggelengkan kepalanya. Pusing, gara-gara tercebur kedalam kolam renang kemarin malam. Pusing, melihat teman-temannya pada sedih.
“Rahma, Alin, ada apa? Apa yang terjadi pada kalian?”tanya Devi pelan. Mereka berdua menggeleng kompak. “Ck, jangan geleng-geleng, aja! Udah, deh, kasih tahu aja masalah kalian. Siapa tau kami bisa membantu”ujar Devi geram.
Alin dan Rahma saling berpandangan. Kemudian, mereka mengangguk kompak.
“Coba baca” Rahma memberikan hp-nya pada Devi. Dessy dan Alin tampak penasaran dan ikut membaca. Mata mereka membulat setelah mereka selesai membaca sms itu.
“Rahma, ini bohongkan?”tanya Dessy tidak percaya. Rahma mengangguk.
“Rahma, apa benar pacarmu kecelakaan semalam dan dia sedang sekarat?” Alin terlihat tidak percaya.
Air mata Alin sudah menunpuk disudut matanya. Rahma kembali mengangguk. Alin segera berlari memeluk Rahma dan menangis dipelukannya.
“Yang sabar ya, Rahma. Mungkin ada hikmak dibalik semua ini”hibur  Dessy.
“Iya”balas Rahma singkat.
“Lalu, apa masalahmu?” tanya Dessy pada Alin, membuat Alin terbungkam.
“Akan kuceritakan nanti”

~~~~~~~~
Mereka bertujuh, Alin, Dessy, Devi, Cika, Vivi, Riri dan Rahma, sedang asyik jalan-jalan di mall. Mereka sedang asyik memilih dan melihat berbagai barang mulai dari baju, sepatu, tas, kacamata, aksesoris, dan juga makanan-makanan mulai dari yang ringan hingga yang berat.
Tujuan mereka shoping hari ini untuk menghilangkan rasa stress. Rahma dan Alin sedang sedih hari ini. Makanya, Cika berinisiatif mengajak mereka shoping.
“Eh, lihat nih! Lucu, kan?” komentar Devi pada sebuah kalung yang bertuliskan huruf inisial namanya. Alin tertawa pelan.
“Alaa… aku tau kok kamu tuh  just look, doang! Hahaha…”ujar Alin disambut sebuah jitakan dari Devi.
“Nanti aku beli, kok! Kalau ada uangnya, sih”kata Devi malu-malu. Ia meletakkan kembali barang yang ia lihat tadi ketempatnya. Mereka kemudian beranjak dari toko aksesoris ke tempat permainan.
“Des, kesitu, yuk!” Alin menunjuk ketempat permainan basket yang berada di sudut ruangan itu.
“Ayo” Dessy segera menarik tangan Alin dan Cika ketempat situ.
“Kita kesana aja, yuk!” ajak Devi pada Rahma. Kemudian ia menarik Rahma ketempat permainan balap-balapan.
“Eh, habis main ini, kita kesana juga, ya”pinta Dessy. Alin dan Cika mengangguk senang. Kemudian mereka berlima berlari mengelilingi seluruh ruangan, mencoba satu-persatu permainan disana. Vivi dan Riri hanya menggelengkan kepala mereka melihat tingkah teman-teman mereka itu.
“Riri tidak ikut?”tanya Vivi. Riri menggeleng pelan. Vivi mengangguk tanda mengerti. Ia tahu bagaimana sifat Riri. Pendiam, berbicara saat perlu pada orang lain. Tidak terlalu suka keramaian. Tapi, kadang dia orangnya asyik diajak bercanda. Kadang, ia sering kebanyakan bicara. Intinya, Riri orangnya susah ditebak.
“Kamu sendiri?”Riri menanya balik.
“Hehe… lagi malas aja” jawab Vivi. Kemudian ia melihat teman-temannya menghampiri mereka berdua.
“Udah selesai mainnya?”tanya Riri.
“Belum puas, sih! Tapi udah capek. Lapar, lagi! Kita makan, yuk!”ajak Alin dengan manjanya. Yang lain mengangguk tanda setuju. Tampak sekali diwajah mereka kalau mereka sudah lelah.Kebetulan sekali, mereka juga belum makan dari tadi siang.
Sesampai di ‘Dream High Caffe’, yang sekarang menjadi tempat nongkrong mereka, Alin langsung memesan 2 porsi mie ayam~waduh, rakus amat~.
“Lapar banget, cuy!”komentarnya. yang lain hanya menggelengkan kepala mereka melihat tingkah teman mereka yang satu ini.
Saat makanan yang mereka pesan datang, mereka langsung melahap makanan mereka masing-masing dengan rakusnya.
Alin telah menghabiskan semua makanannya dengan cepat. Padahal, teman-temannya yang lain baru memakan setengahnya. Vivi yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kemudian, ia mengalihkan pandangannya dari Alin kepintu masuk ke kafe. Ada sepasang kekasih yang baru masuk kedalam kafe itu, membuat Vivi membulatkan matanya.
“Tomy?”gumam Vivi pelan. Namun tidak untuk Alin. Alin yang tampak penasaran melihat kearah yang Vivi maksud. Kemudian ia mengangguk-angguk tidak jelas.
“Teman-teman, aku ke toilet dulu, ya”kata Alin kemudian berjalan kearah toilet. Namun, ia sedikit menyimpang. Ia berjalan kearah sepasang kekasih. Kebetulan sekali ada seorang pelayan di dekatnya. Diam-diam ia memasang kakinya, membuat pelayan itu terjatuh. Makanan dan minuman yang ia bawa tadi tepat mengenai sepasang kekasih itu. Alin tertawa pelan. Seluruh pengunjung yang datang menoleh kearah mereka. Dengan cepat Alin membantu pelayan itu berdiri. Kemudian membersihkan pakaian cewek itu yang sedang memarahi pelayan itu.
“Hei, mengapa kamu membuat pakaianku semakin kotor, HAH!!!”bentak cewek itu pada Alin, membuat jantung Alin hampir copot mendengarnya.
“Maaf, tapi aku hanya ingin membantumu”ujar Alin dengan wajah polosnya.
Cewek tadi berusaha menjambak rambut Alin, namun dicegah oleh cowok yang pergi bersamanya. Kemudian, cowok itu mengedarkan pandangannya keseluruh isi kafe. Mata cowok itu bertemu pandang dengan Vivi yang sedang menatapnya tajam.
“Sayang, ayo kita segera pergi dari sini” ajak cowok itu. Namun terlambat. Vivi sudah berada di depan mereka.
“Sayang, siapa perempuan ganjen yang ada di sampingmu itu?”Vivi memamerkan senyum palsunya. Terlihat sekali cowok itu salah tingkah.
“Sayang, kamu kenal dia? Mengapa dia memanggilmu dengan sebutan sayang?” tanya cewek itu penasaran. Sepertinya semakin seru saja.
“Mmm…” sepertinya Tomy~Alin menebak cowok itulah Tomy yang dimaksudkan Vivi tadi~terlihat panik.
“Apakah kamu pacarnya?”tanya Vivi pada cewek ganjen itu.
“Tentu”jawab cewek itu penuh percaya diri.
‘Plak’ satu tamparan mendarat bebas di pipi kiri Tomy. Semua orang terpana melihatnya, termasuk Alin. Belum puas dengan tamparan tadi, Alin mengambil gelas berisi kopi yang ada di meja yang paling dekatnya padanya, kemudian mengguyurnya dengan kopi itu. kemudian kembali menampar di pipi kanannya.
“Mulai sekarang kita ‘PUTUS’” kata Vivi dengan menekankan kata putus. Kemudian Vivi kembali ketempat duduknya diikuti dengan Alin.
Sepertinya kesialan Tomy tidak berhenti sampai disitu. Cewek yang bersamanya pun kini menampar keduan pipi Tomy sekuat tenaga. Kemudian mengguyurnya dengan air, melemparnya dengan sisa-sisa makanan, dan meninggalkannya sendirian disitu. Tomy hanya bengong. Tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, ia mengejar cewek ganjen itu.
“Huh, dramatis sekali ceritanya”komentar Devi.
“Aahh… kamu gak bilang kalau mau menamparnya. Kalau kamu bilang, aku pasti akan membantumu”tambah Rahma, namun disambut pelototan dari Cika.  
“Jangan ditahan, Vi! Kalau kamu ingin menangis, menangislah. Tak ada yang melarangmu”ucap Alin saat melihat mata Vivi sudah berkaca-kaca.
Mendengar itu, Air mata Vivi langsung jatuh tanpa bisa terbendung lagi. Dessy segera memeluk Vivi sambil berusaha menghiburnya.
“Yang sabar, Vi! Mungkin dibalik semua ini ada hikmah yang tersembunyi”hibur Dessy. Kemudian, Dessy menatap Alin yang duduk tepat di depannya. “Buat kamu, terimakasih ya, sudah membuat kekacauan di kafe ini”
“Hehe… sama-sama”ucap Alin malu-malu sambil cengar-cengir.

~~~~~~~~
Seperti biasa, kicau burung bernyanyi menyambut datangnya sang mentari. Alin melangkah masuk kedalam kelasnya. Setelah kejadian kemarin, Vivi menjadi pendiam. Dessy dan yang lain pun menjadi pendiam. Tak ada yang menegurnya saat ia masuk ke kelas. Bukan hanya teman-temannya, tapi semua orang yang ada di kelasnya benar-benar tidak peduli dengan kehadirannya.
Sampai jam pulang sekolah pun tak ada yang menegurnya. Kalau Alin mencoba mendekati mereka, mereka semua menjauh. Terlihat sekali diwajah Alin kalau ia begitu sedih, namun ia mencoba untuk tersenyum.
“Alin”panggil Bintang, membuat Alin kaget mendengarnya. Bintang adalah orang pertama yang mengajaknya berbicara hari ini.
“Ada apa?”tanya Alin, berusaha menahan rasa gembiranya.
“Mmm… ada sesuatu. Kamu harus ikut sekarang” kata Bintang.
“Kemana?” firast buruk menghampirinya.
“Ke… ke rumah… sakit”

~~~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar