Selasa, 24 April 2012

GUARDIAN ANGEL (12)


HAVE A MIRACLE?

Dessy hampir saja putus asa. Namun, ia merasakan seseorang menyentuh bahunya. Dessy berbalik dan terkejut melihat orang itu. “A… Alin…”
Alin menatap Dessy sedih. Ia tidak tahu harus berkata apa. “Maaf, Des”
Dessy menggeleng cepat. “I’m fine! No problem” ucapnya cepat.
Alin pun memeluk Dessy. “Jangan khawatir, Des!” bisik Alin pelan.
Adakah keajaiban untukku?, batin Dessy

~~~~~~~~
Alin masuk ke dalam kelasnya dengan riang. Sesekali ia bersenandung ria.
“Kamu kenapa, Lin? Sakitmu kambuh lagi, ya?” tanya Vivi sambil meletakkan tangannya di dahi Alin. “Ah, sepertinya penyakitmu kambuh lagi. Badanmu panas sekali” tambah Vivi.
Alin hanya menyerngit bingung. dia pun memeriksa dahinya. “Gak panas-panas amat, kok! Hei, kamu mengejekku, ya!” kata Alin. Vivi langsung berlari keluar kelas.
“Teet…teettt…” terdengar bunyi bel masuk. Semua murid kelas XI A segera masuk dan duduk di bangku mereka masing-masing. Bukannya apa, tapi pelajaran pertama mereka adalah fisika, pelajaran yang ditakuti kebanyakan orang. Ditambah lagi yang mengajarnya adalah Pak Joko, guru killer yang paling ditakuti. 5 menit setelah bel masuk berbunyi, Pak Joko datang bersama seorang anak laki-laki. Sepertinya dia adalah murid baru.
“Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru” kata Pak Joko.
“Yah, murid baru lagi” celetuk Aldi pelan.
Alin hanya menggelengkan kepalanya tak peduli. Lalu, ia menoleh ke belakang. “Des, kenapa murung? Senyum, dong! Jangan lesu gitu” kata Alin berusaha menyemangati Dessy. Dessy menggangguk pelan sambil tersenyum pada Alin.
“Baiklah, kepada murid baru silahkan perkenalkan diri anda di depan kelas” perintah Pak Joko pada cowok itu. Dia yang dari tadi berdiri di belakang Pak Joko sekarang maju ke depan kelas sambil mengangkat kepalanya yang dari tadi menunduk. Vivi, Riri, Devi, Rahma, Cika dan Aldi tercengang melihatnya.
“Des, coba lihat ke depan” Cika menyikut siku Dessy tiba-tiba.
Dessy mengarahkan pandangannya ke arah murid baru itu dan tersentak melihatnya. Murid baru itu sendiri tersenyum padanya. “Apa benar itu dia? Atau aku hanya mimpi” bisik Dessy pelan. Ia mengucek-ngucek matanya seolah-olah ia salah lihat. Cika menggelengkan kepalanya melihat tingkah Dessy.
“Enggak, Des! Kamu bukan mimpi. This is real” balas Cika lebih pelan.
“Perkenalkan, nama saya Bintang  Legiansyah. Saya pindahan dari Palembang. Terima kasih”
“Baiklah. Kalau begitu, silahkan duduk di sana” Pak Joko menunjuk ke arah kursi kosong yang ada di sebelah Rahma. Bintang mengangguk dan segera duduk di kursi yang di tunjuk Pak Joko. Alin kembali menoleh ke arah Dessy dan memberi sebuah kertas. Dessy dan Cika segera membaca surat itu. Isinya “Maafin aku, yaJ”.
“Kali ini dimaafin. Tapi, lain waktu, NO!” bisik Dessy pelan.
“Baiklah kalau begitu kita mulai masuk ke materi baru tentang ‘Usaha dan Energi’. Silahkan buka buku kalian” kata Pak Joko. Kemudian mereka semua mulai menulis rumus-rumus  di papan tulis.

~~~~~~~~
Reza dan Aldi terlihat sedang bingung dengan angka-angka yang tertera di buku Alin. Sesekali mereka melihat sekeliling isi rumah itu mencari sosok Alin yang tak kunjung datang.
“Tuh anak kemana, sih? Cuma ngambil minuman di dapur hampir setengah jam” gerutu Aldi. Reza hanya mengangkat bahunya.
“Aarrgghh” teriak Reza frustasi. Aldi yang duduk disampingnya terlonjak kaget mendengar teriakkan Reza.
“Loe kenapa, Za? Gak ngerti juga gimana caranya?” tanya Aldi.
Tak lama, Alin datang ke ruang keluarga dimana Reza dan Aldi berada sambil membawa 4 gelas air putih.
“Maaf, ya, nunggunya kelamaan. Soalnya aku tadi masih nelpon Devi dulu buat nyuruh dia datangnya agak cepatan dikit” kata Alin dengan nada bersalah. Ia meletakkan gelas-gelas itu diatas meja. Lalu, duduk di depan Reza.
“Yang mana kalian tidak mengerti?” tanya Alin. Ia tahu mereka berdua masih belum mengerti soal matematika itu.
“Yang ini” Reza menunjuk soal nomor 2. “Koq bisa sin 750 = ¼  ( 1+ ) ?”
“Oh, itu mudah. Caranya kan sudah ada di buku, nih!  Sin 75diubah menjadi sin 300 . cos 450 + cos 300 . sin 450 . Lalu, bla..bla..bla... Nanti, kalau udah selesai, pasti dapat deh hasilnya ¼  ( 1+ )” jelas Alin panjang-lebar-tinggi. Reza mengangguk-angguk, sedangkan Aldi hanya asyik main game di PSP-nya. Ia malas sekali kalau sudah mendengar Alin berceloteh.
“Ting…tong…” bel rumahnya berbunyi. Sepertinya Devi sudah datang. Alin segera lari keruang depan dan membuka pintu. Dan benar, Devi sudah datang kerumahnya dengan nafas tersengal-sengal. Alin menyerngit bingung.
“Kenapa, Dev? Jangan bilang kamu habis di kejar anjing, ya?” tebak Alin.
Devi mengangguk cepat sambil cepat-cepat masuk kedalam rumah. “Sekarang, itu tidak penting lagi. Yang penting, kamu antar aku ke toilet, dong! Aku udah kebelet, nih!” kata Devi cepat. Alin hanya mengangguk dan segera mengantar Devi ke toilet.

~~~~~~~~
Riri, Cika, dan Vivi terlihat sedang asyik mencari gerakan-gerakan dance yang bagus. Mereka bergerak-gerak ala para girlband Indonesia dan korea yang akhir-akhir ini terkenal. Sedangkan, Dessy, Sasha, dan Rahma sedang asyik mencari lagu yang akan mereka nyanyikan di internet. Sesekali mereka berselisih pendapat dapat memilih gerakan maupun lagu.
“Sepakat, ya! Kita pakai lagu ini aja” kata Dessy dan disusul anggukan Sasha dan Rahma. “Kalo kalian bagaimana?” tanya Dessy. Riri, Cika, dan Vivi mengangkat jempol mereka tanda semuanya sudah selesai.
“Baiklah, kalau begitu, kita mulai latihan, ya!” kata Sasha. Mereka pun mulai mengambil posisi mereka masing-masing.

~~~~~~~~
Devi dan Alin kembali keruangan keluarga. Disitu, hanya ada Reza sendirian yang sedang menyalin pr matematika.
“Aldi mana, Za?” tanya Alin walaupun dia tampak malas menanyakannya.
“Tadi dia pulang. Katanya ada yang ketinggalan” jawab Reza tanpa melepaskan pandangannya dari buku itu. 
Alin mengangkat bahunya malas, kemudian duduk di sofa sambil membaca komik yang ia tinggalkan di sofa saat Reza dan Aldi datang. Devi juga ikut duduk di sofa sambil mengambil minuman yang ada di meja dan meneguknya hingga setengahnya. Reza berhenti menulis dan melihat gelas yang sedang di pegang Devi.
“Stop! Jangan minum air itu!” kata Reza cepat.
Devi menghentikan gerakannya dan melirik Reza sebentar. “Apa?” tanyanya singkat. Kemudian, ia lanjutkan minumnya.
“Jangan diminum! Air itu… air itu bekas cucian tanganku” ujar Reza.
Devi yang mendengarnya langsung memuncratkan minumannya ke wajah Reza yang duduk persis di depannya. Untung saja Alin duduk agak menjauh dari .
“Aissh…. Loe apa-apaan, sih, Dev! Main muncrat-muncrat aja. Jorok banget jadi cewek!” gerutu Reza sambil membersihkan wajahnya yang terkena air dengan tisu.
Devi terbatuk,”Uhuk…uhuk… jelas-jelas loe yang jorok. Lagian salah loe sendiri kenapa loe cuci tangan di dalam gelas ini… hoeekk” Devi berusaha memuntahkan air yang tadi ia minum ke lantai.
“BERISIK!!! Kalian berdua sama-sama jorok. Devi, jangan muntah disitu. Mending ke toilet saja”kata Alin cepat. Devi segera berlari ke toilet. Alin berbalik kearah Reza. “Dan kamu Reza, lain kali jangan cuci tangan di gelas”. Aldi pun datang sambil melihat Alin yang kini menatapnya tajam Devi kembali lagi dari toilet.
“Loe kenapa, Dev?” tanya Aldi.
Devi menunjuk kearah Reza. “Dia tuh jorok. Masa’ cuci tangan di gelas”. Aldi hanya ber-“o” saja. Sedangkan, Reza hanya cekikikan saja di tempat duduknya.
“Udah-udah! Mending kita langsung latihan. Waktu kita nggak banyak. Cuma ada 3 hari lagi untuk persiapan lombanya” kata Alin mengalihkan topik. Kalau tidak, di rumahnya bakalan terjadi perang dunia ke-3.
Devi terbelalak mendengar Alin,”Hah? Lomba? Jadi, itu lomba, ya?”
Aldi mengangguk cepat. “Emangnya loe gak tau, ya?”. Devi menggeleng.
“Ya udah! Mending kita latihan sekarang. Yuk, ke gudang tempat kita latihan sekarang” kata Alin sambil berjalan menuju gudang yang ada di samping garasi rumahnya.

~~~~~~~~
Cika sedang asyik duduk di bangku Alin saat Robby datang menghampirinya. Kemudian duduk di samping Cika dan menunjukkan beberapa lembar kertas kepada Cika.Vivi menyenggol siku Riri yang duduk di sampingnya sambil mengarahkan pandangannya ke Cika. Mereka menoleh kebelakang sambil bisik-bisik tidak jelas. Cika sempat memelototi mereka berdua yang dari tadi kasak-kusuk di depannya.
“Bagaimana?” tanya Robby tiba-tiba. Cika segera mengalihkan pandangannya dari Vivi dan Riri. Lalu, melihat tulisan-tulisan yang ada di kertas.
“Sepertinya karya tulis kita sudah bagus. Tinggal lengkapi lagi  kesimpulannya dan tambahkan sedikit saran lagi” komentar Cika sambil memberikan kertas itu kepada Robby yang dari tadi melihat Cika. Melihat Robby terus menatapnya seperti itu, Cika menjadi malu dan risih. “Apakah kamu mendengar apa yang kukatakan tadi?” tanya Cika dengan nada suaranya sedikit dinaikkan. Ia tadi sempat menangkap wajah tidak suka dari Elda melihat kedekatan mereka berdua.
“Iya, aku dengar! Hanya saja aku ingin…”
“Sudahlah, mending kamu urus pacarmu tuh yang dari tadi nungguin kamu” potong Cika cepat.
Robby melirik Elda malas sambil berangkat dari tempat duduknya. “Ya sudah! Kalau masih ada yang kurang, aku akan pergi kerumahmu”.
“Tidak usah! Sepertinya, akhir-akhir ini aku sibuk. Jadi, tanyakan saja pada Jefri” kata Cika cepat, lalu berangkat dari tempat duduknya sambil menarik tangan Riri.
“Kita mau kemana?” tanya Riri pelan.
“Toilet” jawab Cika padat-jelas-singkat.

~~~~~~~~
Di sore hari, SMA Garuda Internasional tampak sepi. Paling hanya ada beberapa murid yang sedang mengikuti ekskul di sekolah. Riri berlari menuju kelasnya dengan tergesa-gesa. Ia khawatir pintu kelasnya sudah terkunci.
“Stop…stop… jangan dikunci pintunya” kata Riri cepat. Ia berhenti sebentar di depan pintu kelas untuk mengatur nafasnya sebentar, lalu masuk kedalam kelas. Penjaga sekolah yang mau mengunci kelas itu pun bingung melihat tingkah Riri. Tak lama, Riri kembali dengan membawa tas jinjing yang berisi banyak buku. “Terima kasih, ya, pak!” ucapnya sambil tersenyum manis pada penjaga sekolah itu.
“Lain kali, jangan meninggalkan barang-barang disekolah, ya!” ujar penjaga sekolah. Riri mengangguk malu. Ia pun segera pamit, kemudian pergi meninggalkan kelasnya. Riri berjalan menuju dapur sekolah. Iya tidak tau mengapa dia harus kesana, tetapi, kakinya ingin sekali berjalan ke dapur sekolah.
“Mmm, harumnya” kata Riri sambil berusaha mencari aroma yang menggodamya itu. ia terus berjalan sampai ia tiba di depan pintu dapur. “Sepertinya, bau tadi berasal dari sini, deh!”. Riri membuka pintu dapur itu perlahan dan terbelalak melihat suasana di dalamnya.

~~~~~~~~
Jalan raya tampak ramai dengan lalu lalang kendaraan. Di bawah pancaran matahari sore itu, Devi terpaksa mendorong motornya yang tadi tiba-tiba mogok saat ia sedang menuju rumah Alin. Ia melihat jalanan di sekelilingnya.
“Tak adakah orang yang berniat membantuku yang sedang kesulitan ini?” tanyanya sambil menatap sedih dirinya. Beberapa meter kemudian, ia berhenti.
“DAMN!” makinya pada motor itu sambil menendang ban motor kuat. Tapi, ia meringis kesakitan karena ia menendangnya terlalu kuat. Ia mengambil hp di dalam sakunya. Kemudian, ia berteriak frustasi. “Aarrrghh, mana pulsa habis. Lagipula, bengkel dimana, sih? Masa’ udah berjalan bermeter-meter gak ketemu juga?” kata Devi sedih. Ia kembali menatap hp-nya dan berniat untuk membuangnya. Baru saja ia ingin melempar hp itu, seseorang menelponnya.
“HALO” teriak Devi senang.

~~~~~~~~
Alin mondar-mandir di depan rumahnya menunggu Devi yang tak kunjung datang-datang juga. Padahal ia sudah menunggu hampir 1 jam.
“Dia kan sudah terbiasa seperti itu. terbiasa membuat orang lain menunggu lama” sindir Reza.
Alin berhenti sambil menatap Reza tajam. Lalu menghela nafasnya pelan, “Iya, sih! Tapi, entah mengapa perasaanku tidak enak”.
“Telpon aja dia” usul Aldi yang sedang duduk santai di sofa ruang depan sambil membaca majalah.
“Benar juga” kata Alin. Ia segera berlari keruang tamu menghampiri Aldi, lalu merebut hp-nya.
“Hey” Aldi berusaha merebut hp-nya. Tetapi, Alin sudah berlari jauh ke teras depan.
“HALO” teriak Devi dari ujung telpon. Saking besarnya ia teriak, Alin terpaksa menjauhkan hp Aldi dari telinganya.
“Hey, kamu dimana, sih? Ditungguin dari tadi gak datang-datang. Ada masalah?” tanya Alin.
“Iya… motorku tiba-tiba mogok. Mau ke bengkel, eh bengkelnya gak ketemu-ketemu. Mau nelpon, gak punya pulsa” ujar Devi sedih.
“Ckckck… kasihan, ya, kamu!” kata Alin sambil menggelengkan kepalanya.
“Tak ada waktu untuk itu. yang penting kamu tolongin aku sekarang”
“Oke, oke! Sekarang, kamu dimana?..... ya, nanti aku kirim bantuan padamu… Iya, jangan hilang, ya! Bye….” Alin menutup telponnya, lalu kembali masuk kedalam.
“Mmm… Reza, tolong jemput Devi, dong! Please…” kata Alin dengan nada memohon. Reza tampak terlihat ragu. “Ayolah, aku benar-benar minta tolong sama kamu, Za! Tolong, ya!” bujuknya lagi. Reza tampak berpikir sebentar, lalu mengangguk.

~~~~~~~~
Riri terlihat ragu saat ia berjalan masuk kedalam. Ada banyak siswi-siswi kelas 10 di dapur itu. Hanya Ferdi yang ia kenal disitu.
“Masuklah, jangan malu” kata Ferdi sambil tersenyum pada Riri.
Riri membalas senyuman sambil mengangguk, kemudian melangkah masuk.
“Nah, adik-adik! Sore ini kakak akan mengajari kalian cara membuat kue brownies. Pertama-tama, kalian harus menyiapkan alat dan bahan-bahan apa saja yang akan kita gunakan… bla…bla…” Ferdi terus berceloteh tentang apa saja alat dan bahan. Sesekali Riri tersenyum kecut melihat Ferdi. Ia merasa kehadirannya disitu tidak di harapkan.
“Riri, kamu mau kemana?” tanya Ferdi saat Riri baru saja ingin melangkah keluar dapur. Riri menghentikan langkahnya, lalu menoleh kearah Ferdi.
“Maaf, aku pikir kehadiranku tidak diharapkan disini. Makanya, aku bermaksud untuk pergi saja dari sini” jawab Riri jujur.
Ferdi tertawa  pelan, “Siapa bilang? Justru aku berharap untuk datang kesini. Kedatanganmu disini bagaikan sebuah keajaiban bagiku”.
“Oh, ya?” tanya Riri ragu. Ferdi mengangguk cepat. “Baguslah! Kalau begitu, ada yang bisa aku bantu?” tanya Riri lagi. Ferdi kembali mengangguk.

~~~~~~~~
Devi duduk di bengkel tak jauh dari tempat ia berhenti waktu Alin menelponnya. Ia menunggu bala bantuan yang akan menjemputnya.
“Neng lagi nungguin siapa?” tanya si tukang bengkel itu iseng.
“Lagi nungguin teman, om, eh, bang!” jawab Devi.
“Teman atau pacar?” goda si tukang bengkel.
“Teman kok, om!” kata Devi cepat.
“Terus yang itu siapa?” si tukang bengkel menunjuk kearah seorang cowok yang tampak kebingungan diseberang jalan. Devi tercengang melihatnya.
“Reza!” gumamnya pelan. Devi berbalik kearah si tukang bengkel. “Makasih om udah ngasih tau” kata Devi cepat kemudian berjalan menghampiri Reza.
“Kemana aja, sih, loe? Gue udah nunggu dari tadi, tau!” omel Reza saat Devi sudah ada di dekatnya.
“Siapa suruh loe nunggu!”. Hanya jawaban itulah yang terbesit di otaknya.
Reza menatapnya tajam,”Loe, syukur-syukur gue udah mau jemput. Kalau gak, ngesot aja sana kerumah Alin atau kerumah loe. Atau, loe mau nunggu motor loe sampai besok pagi di situ” omel Reza lagi.
Devi mendengus,”Lagian, gue kan gak nyuruh loe jemput gue”
“Loe memang nggak, tapi Alin yang mohon-mohon sama gue” balas Reza tak mau kalah. Devi kembali mendengus.
“Alin, lihat aja kamu nanti! Tunggu pembalasan dari gue” kata Devi dalam hati.
“Ngelamun lagi! Cepat naik! Kasihan Aldi sama Alin. Nanti mereka kelamaan nunggu si putri lelet” ujar Reza. Walaupun masih kesal, Devi akhirnya mengikuti perintah Reza dengan sangat terpaksa. TERPAKSA!!!

~~~~~~~~
Alin pergi ke ruang gudang yang sekarang sudah di ubah menjadi ruang musik disusun dengan Aldi. Alin menoleh kebelakang menghadap Aldi.
“Kenapa loe ngikutin gue?” tanya Alin dengan penuh selidik.
“Siapa yang ngikutin loe? Iih, ge-er banget!”jawab Aldi.
Alin mengangkat bahunya tak peduli, lalu duduk di kursi piano. Kemudian, jari-jarinya mulai bermain diatas tuts piano. Aldi tercengang mendengarnya.
“Lagu ini…”

~~~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar