*•.¸¸ NUANSA MALAM ¸¸.•* (20)
Suasana di pasar malam cukup ramai,
membuat Devi kebingungan mencari Alin di sela-sela keramaian pengunjung pasar
malam. Tadi sore, saat mereka berdua pulang dari pemakaman, Alin memanggilnya
dan mengajaknya ke tempat ini. Awalnya Devi ragu karena tak mudah mendapatkan
izin keluar malam dari mamanya. Tapi, sepertinya hari ini adalah Devi’s lucky day.
“Semoga saja begitu”batin Devi.
Devi berusaha mengedarkan seluruh
pandangannya kesegala arah. Tapi, makhluk yang namanya Alin belum ketemu juga.
“Arrrrghhh… andai saja pulsaku masih banyak,
aku sudah meneleponnya dari tadi. Sepertinya hari ini aku tidak
beruntung-beruntung amat”gerutu Devi.
Devi menendang kaleng minuman yang ada
di depannya dengan kesal dan tepat mengenai kepala seseorang.
“Aww…”rintih laki-laki itu sambil
memegangi kepalanya yang terkena kaleng.
“Sorry”seru Devi dari kejauhan.
Laki-laki itu menoleh sebal kearah
Devi, membuat Devi terkejut melihatnya.
“Elo, Za! Kalau tau loe tadi, gue
bakal tendang yang lebih banyak lagi, plusssss gak pake kata sorry buat
loe”cerocos Devi kayak kereta api.
“Berisik loe, black! Andai aja gue
bisa liat loe nendang tadi, gue gak bakal kena. Untung aja sekarang
malam”sindir Reza, membuat Devi semakin panas.
“Rese’ loe” Devi memungut batu yang
ada di dekatnya dan di lempar ke Reza.
‘Tuuk’ kena. Devi bersorak girang.
Reza membalasnya dengan melemparnya kaleng yang tadi mengenai kepalanya. Tapi,
Devi keburu berlari jauh sehingga kaleng itu mengenai orang lain.
“Awww… Rese’ amat, sih! Siapa yang
malam-malam begini main lempar kaleng?”omel perempuan itu yang sebenarnya
adalah Alin.
Reza langsung membalikkan badannya dan
pergi meninggalkan tempat itu sebelum Alin tahu kalau ia lah yang tadi melempar
kaleng itu.
~~~~~~~~
Malam yang dingin itu mulai berubah
hangat saat Dessy, Cika dan Riri sampai di kafe Dessy. Tadi sore, Alin
tiba-tiba menelepon mereka bertiga dan Rahma untuk datang ke kafe Dessy. Tadi,
mereka sudah bertemu Alin dan membicarakan alasan Alin mengundang mereka datang
malam ini. Dan sepertinya, mereka bertiga tertarik dengan rencana Alin.
Mungkin, mereka juga menganggap kalau ini sebagai hiburan sebelum mereka
menghadapi UKK.
“Eh, itu Devi kan? Telepon Alin cepat.
Kasih tau kalau kita udah ngedapatin Devi”seru Riri.
Dessy mengangguk mengerti. Tanpa
ba-bi-bu ia langsung merogoh kantong jeans untuk mengambil handphonenya. Setelah selesai melapor, mereka pergi mengikuti Devi.
Tentu saja mereka menyamar supaya Devi tidak mengenali mereka.
“Nggak nyangka, Alin ternyata punya
ide devil, ya?”ujar Cika.
~~~~~~~~
Alin menutup teleponnya. Ia segera
pergi menuju tempat yang di bilang Dessy tadi. Tidak sia-sia ia mengajak mereka
untuk mengerjai Devi malam ini.
“Devi”panggil Alin saat ia melihat
Devi tampak kebingungan di antara para pengunjung.
“Alin”balas Devi saat ia berhasil
menemukan Alin. “Kamu kemana aja, sih? Aku tuh udah keliling nyariin kamu, tau.
Sampai-sampai…”Devi terdiam. Malas sekali rasanya kalau ia mengungkit-ungkit
masalahnya dengan Reza tadi.
“Yee… kamu tuh yang kelamaan datang.
Liat nih, aku udah hampir jamuran nungguin kamu”seru Alin tak mau kalah. Ia
tidak mempedulikan kata-kata Devi yang masih menggantung tadi. Sepertinya, Alin
bisa menebak kata-kata selanjutnya.
“Ya udah, mending kita jalan-jalan
aja, ya”kata Devi akhirnya.
Devi berjalan lebih dulu di depan
Alin. Namun, baru beberapa langkah Devi berjalan, ia berhenti mendadak dan
spontanitas membalikkan badannya.
“Why, Dev?”tanya Alin bingung melihat
perubahan Devi.
Devi terdiam. Namun, beberapa saat
kemudian, Alin mengetahui jawabannya. Aldi dan Reza datang dari arah berlawanan.
Alin hanya menahan tawanya melihat tingkah Devi. Ternyata, ia tidak mau bertemu
Reza, toh!
“Hai”sapa Alin pada Aldi dan Reza.
Devi melotot tajam ke arah Alin.
Namun, Alin terlihat tak peduli.
“Hmm… Dev, boleh pinjam Alin bentar
gak?”tanya Aldi ragu.
Devi membalikkan badannya. Sebisa
mungkin ia menganggap Reza tak ada.
“Berapa lama?”tanya Devi to the point. Ia tak mau berlama-lama di
dekat Reza.
Aldi mengangkat bahunya. Tanpa
menunggu persetujuan Devi lagi, Aldi menarik Alin pergi langsung dari tempat
itu. Devi dan Reza hanya berdiri membisu. Beberapa detik kemudian, mereka
berdua tersadar dan langsung mengejar Aldi dan Alin yang hilang entah kemana.
~~~~~~~~
“Bruukk…”seseorang, eh, dua orang
tanpa sengaja menabrak Vivi yang sedang menikmati es krimnya. Untung saja es
krimnya tidak jatuh. Hanya saja, ada beberapa noda bekas es krim di bajunya.
“Kamu tidak apa, Vi?”tanya Randi
dengan nada khawatir.
Vivi menggelengkan kepalanya kuat.
“Tidak apa-apa kok, kak”
Namun, dua orang lagi berlari dan
tanpa sengaja menabraknya. Kini, es krimnya jatuh di pakaian Randi. Vivi jadi
merasa bersalah.
“WOI, KALAU JALAN LIHAT-LIHAT, DONG”teriak
Vivi pada orang-orang yang telah menabraknya, walaupun kedua orang itu sudah
berlari jauh.
“Ya udah… gak perlu teriak-teriak
gitu. Mungkin, sebaiknya kita pulang saja. Lain kali aja kita nge-datenya”Hibur Randi.
Vivi mengangguk patuh, walau
sebenarnya ia tidak ingin semuanya berakhir sampai disini.
“Lihat aja, kalau aku bertemu keempay
orang itu, akan kukasih pelajaran mereka karena telah menghancurkan acara
kencanku”Batin Vivi kesal.
~~~~~~~~
“Sepertinya aku mengenal suara
teriakan orang tadi”kata Reza.
Devi diam tak ingin menanggapi omongan
Reza. Ia juga merasa kalau suara orang tadi tidak asing. Ia menoleh kebelakang
untuk memastikan walaupun ia sendiri tidak yakin apakah ia bisa melihat orang
itu.
“Vivi?”gumam Devi. Ia menghentikan
larinya.
“Apa?”Reza juga ikut berhenti.
“Bukan apa-apa”kata Devi datar. Ia
melihat sekelilingnya. Tak ada lagi jejak-jejak Alin dan Aldi.”Reza, loe
ngapain aja sih? Malah bengong lagi. Bukannya bantu nyariin Alin”omel Devi.
“Yeee… loe sendiri, kenapa
berhenti?”cibir Reza.
“Rese amat, sih! Yang terserah gue!
kenapa loe ikut-ikutan?”tanya Devi balik.
“Ya terserah gue, dong! kenapa loe
yang sewot”balas Reza tak mau kalah.
“Oh iya ya… tapi, biarin, dong. Loe
tuh yang sewot. Weee…”balas Devi menjulurkan lidahnya.
Reza tak lagi membalas. Ia sangat
malas untuk menanggapinya.
“Gue pergi dulu, deh”kata Reza sambil
berlalu pergi.
Setelah Reza berjalan agak jauh, Devi
pun berbalik untuk kembali mencari Alin. Namun, terdengar langkah mendekatinya.
Devi berbalik dan mendapati Reza sudah ada di depannya.
“Ngapain loe balik?”tanya Devi ketus.
“Sorry, deh, sebelumnya. Cuma gue
butuh pinjam sesuatu sama loe”ujar Reza berusaha menahan malunya.
“Memangnya mau pinjam apa?”tanya Devi
lagi.
“Ummm…. Uang”
~~~~~~~~
“Aduh, ngilang kemana sih mereka? Kok
cepat amat larinya?”gerutu Riri kesal.l
Dessy hanya geleng-geleng mendengar
gerutuan Riri.
“Mending kita berpencar aja. Kan jadi
lebih mudah nyariinya”usuk Cika.
Riri mengangguk setuju.
“Tapi, kayaknya gak perlu deh. Tuh,
lihat! Target sudah ada di depan mata. Yuk buruan. Nanti kita kehilangan jejak
lagi”ujar Dessy sambil berjalan mendekati Devi dan Reza diam-diam.
~~~~~~~~
Aldi dan Alin berhenti di depan
bianglala sambil mengatur nafas mereka yang sudah senin-minggu.
“Ayo ikut”kata Alin sambil menarik
Aldi masuk kedalam bianglala.
“Seru juga ya ternyata. Hahahaha…”seru
Aldi.
“Mana?”tanya Alin sambil mengulurkan
tangannya.
“Apa?”tanya Aldi bingung.
“Dompet sama hp Reza”kata Alin to the point.
Reza merengut. Ia berikan dompet dan
hp Reza dengan tidak rela.
“Loe jahil amat, sih! Gue sebenarnya
kasihan sama Reza dan Devi. Tapi, demi loe, gue TERPAKSA ngelakuin”ujar Aldi.
Alin hanya mengangkat bahunya tak
peduli.
“Loe mau ngomong apa sama gue?”tanya
Alin mengalihkan topik.
Aldi tidak menjawab. Ia malah
memberikan kotak berukuran sedang yang sebenarnya sudah lama ia pegang dari
tadi.
“Apa ini?”tanya Alin. Ia meneliti
kotak bagian luarnya.
“Lihat aja isi dalamnya. Jangan liatin
luarnya”
Alin membuka kotak itu. di dalamnya,
ada banyak foto dirinya. Foto saat dia smp, foto saat ia bekerja di kafe Lidya,
foto saat ia berantem dengan Aldi di depan sekolah…
“Kamu yang foto?”tanya Alin penasaran.
Aldi menyerngit,”Yang bener aja.
Kurang kerjaan banget gue foto-foto loe. Kayak gak ada objek lain aja”cerocos
Aldi.
“Iya iya, santai aja kali. Trus
siapa?”
“Fakhri”jawab Aldi singkat.
Alin diam mematung sambil memandangi
foto-foto dirinya.
“Benarkah Fakhri yang melakukan ini
semua?”tanya Alin dalam hati.
”Loe gak percaya kalo Fakhri yang
melakukannya? Gue juga. Ngapain dia repot-repot ngelakuin itu semua buat orang yang…
gak berhuna kayak loe”
“Eh, kalo ngomong hati-hati deh!
Emangnya loe mau mulut loe yang rese itu gue tampar lebih kuat lagi”bentak
Alin.
Aldi memandang takut Alin. Tidak
pernah ia Alin marah. Ia juga tidak tahu kalau Alin bakal semarah ini padanya.
Padahal, ia hanya bercanda. Ia menoleh
ke arah Alin takut-takut. Dilihatnya Alin sedang memandangnya dengan tawa yang
ditahan.
“Loe kenapa? Santai aja kali! Gue tadi
cuma akting doang, gak serius kok!”kata Alin dengan nada bercanda.
Aldi tertawa garing.”Akting yang
bagus, Lin!”
~~~~~~~~
“Uang? Loe gak bawa uang?”tanya Devi
tak percaya.
Reza mengangguk ragu. Ia merasa kalau
ia tadi sudah membawa dompet dan uang. Andai saja Reza tahu, kalau Aldilah yang
tadi mengambilnya secara diam-diam.
“Tunggu bentar”seru Devi. Ia merogoh
isi tasnya. Wajahnya tiba-tiba berubah.
“Kenapa? Loe juga gak bawa?”tebak
Reza.
“Enak aja! Gue bawa kok. Cuma, gue
tadi mikir kalo loe harus ngelakuin sesuatu buat gue”balas Devi.
“Oke! Kalo gitu kita harus melakukan
sesuatu”kata Reza sambil menarik tangan Devi.
Devi memandang Reza ngeri. “Loe
apa-apaan sih! Maksud gue bukan itu…”
“Habis, loe bilang gue harus melakukan
sesuatu”kata Reza dengan wajah tanpa dosa.
“Ya ampun”Devi menepuk dahinya pelan.
Cowok satu ini ternyata oon juga.
“Terus, gue harus ngelakuin apa?
Jangan yang susah-susah, ya”
Devi mengetuk-ngetuk dahinya
berpura-pura mikir. Ia melihat sekelilingnya. Ada 2 badut yang melewati mereka.
Devi tiba-tiba menjetikkan jarinya.
“Gimana kalo loe nyamar jadi badut?
Mau gak?”tawar Devi.
Reza terlihat sangat ragu. Namun,
kemudian ia mengangguk setuju.
~~~~~~~~
“Ya ampun… Devi jahat banget sih!
Masa’ nyuruh Reza jadi badut”kata Dessy.
Cika dan Riri mengangguk setuju.
Mereka terus berjalan membuntuti Devi dan Reza yang sedang membagi-bagikan
balon kepada anak-anak kecil yang sedang sibuk mengerubutinya. Sedangkan, Devi
hanya bisa menahan tawanya melihat dandanan Reza yang mirip badut hancur dan
muka yang menyedihkan tampak kewalahan mengurusi anak-anak itu.
“Tapi, seru juga, ya! Hitung-hitung
sebagai hiburan buat kita”seru Riri.
~~~~~~~~
Alin memandang pemandangan pasar malam
itu dari bianglala yang sedang ia naiki tanpa ekspresi. Ia sama sekali tidak
ingin menoleh kearah Aldi.
“Lin, loe kenapa, lin?”tanya Aldi
melihat Alin sedari tadi hanya diam saja.
Alin menggeleng dan Ia kembali
membongkar isi kotak itu. Saat ia sedang mengambil foto-foto, selembar surat
jatuh. Alin mengambil surat dan membacanya. Aldi menatap surat itu bingung. Ia
tidak tahu ada surat didalam kotak itu.
Dear
Alin,
Hai
Alin. Apa kabar? Semoga kamu sehat selalu seperti yang aku harapkan. Mungkin,
saat kamu membaca surat ini, aku sudah pergi jauh dari dunia ini dan tak akan
pernah kembali.
Mungkin tidak banyak yang ingin aku tulis. Namun, banyak sekali
yang ingin aku sampaikan. Oke, kita langsung ke initinya saja, ya!
Pertama-tama, aku ingin meminta maaf padamu karena telah berbuat kasar waktu
itu padamu. Aku juga ingin
minta maaf karena sudah membohongimu selama ini. Sebenarnya, aku sudah lama
menderita sakit ini. Penyakit pasaran, namun sangat membahayakan. Kanker.
Namun, sakit yang ku derita tidak sesakit saat aku membayangkan akan
meninggalkan dunia ini. Andai saja waktu bisa kuputar ulang, aku ingin bersama
orang-orang yang aku cintai lebih lama lagi. Kedua, aku ingin mengatakan
sesuatu padamu yang selama ini aku pendam. Ingin sekali aku menyampaikannya.
Tapi, aku tidak mau melihatmu lebih sedih lagi melihat kepergianku.’Aku
menyukaimu’. Entah sejak kapan aku memiliki perasaan seperti itu. Apa mungkin
semenjak aku menolakmu? Namun, aku senang kita masih tetap dekat.
“Kamu
pernah nembak dia?”suara Aldi mengagetkan Alin. Ternyata, dia ikut baca juga.
“Bukan
urusan loe!”jawab Alin singkat, kemudian melanjutkan bacanya.
Ketiga, aku ingin bilang pada Aldi, tolong jaga Alin baik-baik,
ya! Jangan perlakukan dia seperti musuhmu. Awalnya, aku kira dia itu pacarmu.
Tapi, waktu lihat kalian bertengkar di sekolah waktu itu, aku cukup lega karena
dia bukan siapa-siapa kamu. Tapi, mengapa aku merasa diri kalian itu adalah dua
orang yang sudah berteman lam sekali. Apa mungkin itu hanya pikiranku saja, ya?
Sudahlah, tak usah dipikirkan. Setidaknya, aku senang karena bisa menyampaikan
semua isi hatiku padamu.
Oke, cukup sampai disini dulu surat terakhir dariku. Semoga
kalian semua bisa merelakan kepergianku ini. Selamat tinggal semua! Selamat
tinggal, Alin!
Sahabat yang mencintaimu
Muhammad Fakhri
Alin
meletakkan kembali surat dan fotonya kedalam kotak. Aldi memandang Alin
bingung. Bahkan, ia sama sekali tidak marah karena Aldi telah membohonginya.
“Mungkin dia punya alasan tersendiri
untuk merahasiakannya dariku”kata Alin seperti bisa membaca pikiran Aldi.
~~~~~~~~
Devi berjalan menghampiri Reza yang sedang
duduk di kursi taman yang berada tidak jauh dari pasar malam dan memberikannya
sebotol minuman.
“Nih, loe pasti capek”kata Devi.
Reza menerima minuman itu dengan ragu.
Tidak biasanya Devi sedikitpun bersikap baik padanya. Ia menatap curiga Devi.
“Loe kasih apa minuman gue? Jangan-jangan
loe kasih racun, ya?” tuding Reza.
Devi menatap sebal Reza,”Nih anak gak
tau terimakasih, ya! Syukur-syukur gue udah mau kasih loe minum. Ya udah, kalau
loe gak mau, gue buang aja”Devi menarik lagi minuman dari tangan Reza. Namun,
Reza lebih cepat dari Devi.
“Ya, jangan dong! Gue haus nih!”kata
Reza akhirnya.
Devi geleng-geleng. Mereka berdua duduk
berjauhan di bangku itu. Sambil minum, Devi melirik Reza diam-diam sambil
menunggu reaksi Reza selanjutnya.
“Terus, mana uangnya? Gue kan udah
ngelakuin apa yang loe minta”
Devi hampir tersedak mendengarnya.
Kata-kata itulah yang dinantikan Devi.
“Umm… gini, Za! Sebenarnya, dompet
gue… umm… ketinggalan”ucap Devi.
“Serius, DEV?”tanya Reza tak percaya. “Loe
bercanda, kan? Dev… Loe kenapa gak bilang dari awal sih kalo loe itu gak bawa uang.
Kan gue gak perlu capek-capek nurutin kemauan gila loe tadi”omel Reza.
“Sorry, gue kira tadi dompet gue
ketinggalan di motor. Tapi, pas periksa gak ada. Ya, gue gak tau bakal jadi
kayak gini”kata Devi dengan nada bersalah.
“Rese’ loe!”seru Reza sebal sambil
berangkat dari bangkunya.
“Huh… orang tadi udah minta maaf.
Tapi, ngeliat loe kayak gitu, rasa bersalah gue jadi hilang”gumam Devi. Tapi,
masih bisa di dengar Reza.
“Oh ya! Loe kan emang manusia gak
punya hati. Sesuai dengan nama loe, devil”balas
Reza sengit.
“Berisik loe tulang! Harusnya loe itu
intropeksi diri. Badan loe aja udah kayak tiang, kenapa mesti ngurusin hati
orang, sih!”balas Devi tidak mau kalah.
“Ya udah deh! Males banget gue ngeladeni
cewek kayak loe. Sebagai ganti rugi, gue pinjam hp loe. Loe bawa hp, kan?”kata
Reza akhirnya.
“Bawa sih… tapi…..”
“Kenapa lagi? Jangan bilang loe gak
punya pulsa?”tebak Reza.
Devi mengangguk pasrah. Reza mengacak
rambutnya frustasi.
“Kalo seharian ama loe terus, gue bisa
gila tau gak. Mending kita kerumah Dessy sekarang minta bantuan”usul Reza.
“Tadi udah. Tapi, Dessy gak ada
dirumah. Dia nginap kerumah temannya. Orangtuanya juga lagi ke luar kota”kata
Devi putus asa. Memikirkan kunci motornya sudah cukup stress, ditambah lagi di
temani cowok rese.
“Gak ada cara lain. Kita terpaksa
mencari Alin dan Aldi sampai ketemu. Gue gak mau jalan kaki kerumah. Bisa patah
nih kaki”usul Reza dan Devi mengangguk setuju.
~~~~~~~~
Vivi menghempaskan tubuhnya ketempat
tidurnya yang empuk. Hari ini dia sangat lelah. Bukan hanya lelah lahir, tapi
lelah batin juga. Sudah acara kencannya rusak, dibatalkan lagi. Ingin rasanya
ia bercerita pada yang Alin, tapi Alin sedang pergi. Dwi, dia juga sedang
kencan dengan pacarnya. Temannya yang lain juga. Dirumahnya hanya ada ayahnya
yang sedang asyik nongkrong di depan televisi dan ayuknya yang sedang tidur
nyenyak dikamarnya sendiri. Ibunya sedang mengurus pasien-pasiennya yang sedang
melakukan persalinan. Ibunya seorang dokter bidan dan memiliki tempat
persalinan sendiri yang berada tepat di samping rumahnya. Jadi, wajar saja jika
hampir setiap hari ia mendengar suara tangis bayi.
‘Oeeekkk… oeekk’suara bayi terdengar
membuatnya semakin bete.
“Oh MY GOD, bisakah hariku berjalan
dengan tenang?”teriak Vivi sebal sambil menutup telinganya dengan bantal.
~~~~~~~~
“Za, berhenti, dong! capek nih”kata
Devi sambil memijit-mijit kakinya yang pegal.
Reza memutar bola matanya malas.
“Segitu doang kemapuan loe? Cemen banget! Dasar anak mami”maki Reza. Padahal,
ia sendiri terlihat sangat capek.
“Terserah loe, deh! Cari aja Alin
sana. Gue di sini aja dulu”Devi meneguk habis sisa minumannya tadi. “Ya, habis”gerutu
Devi. “Mana lapar lagi”tambahnya.
Reza benar-benar tidak tahan lagi
mendengar ocehan Devi. Ia memandang sekelilingnya seperti sedang mencari
sesuatu. Ia menghilang dari hadapan Devi sebentar, lalu kembali dengan membawa
sebuah gitar yang entah dari mana ia dapat.
“Suara loe gak jelek, kan?”tanya Reza pada Devi.
“Ya enggaklah. Suara gue bagus, kok! Memangnya
kenapa?”tanya Devi.
“Ikut gue”seru Reza sambil menarik paksa Devi.
Mereka berdua berdiri di tempat yang pengunjungnya tidak
terlalu ramai. Sambil mengambil kursi-yang entah darimana Reza dapat-Reza
mengutak-atik gitar untuk mengaturnya.
Devi berjalan mendekati Reza dengan kesal.
“Mau loe apa, sih?”bisik Devi.
“Nyanyi. Anggap saja ini sebagai balasan karena sudah
menyuruhku menjadi badut tadi”ujar Reza.
“Nyanyi?”kata Devi setengah menjerit. Ia berusaha
mengatur nafasnya agar emosinya tidak meledak lagi. “Oke, loe maunya gue nyanyi
apa?”tanya Devi dengan nada lebih lembut, namun ekspresi wajahnya seperti mau
marah.
“Terserah loe. Tapi, jangan yang susah-suasah ya”jawab
Reza.
Devi terlihat sedang berpikir. “Oke, kalau lagu ‘Could It
Be’ dari Raisa?”
Reza mengangguk setuju dan mulai memetik senar-senar
gitar.
~~~~~~~~
“Ya ampun, mereka so sweet banget, ya”ujar Dessy senang.
Cika dan Riri mengangguk setuju.
Mereka berdua sibuk merekam dengan hp mereka masing-masing. Dari hp Dessy,
terdengar suara nada dering masuk.
“Dari siapa?”tanya Cika.
Dessy melihat layar hp-nya. “Alin.
Pasti dia mau titip sesuatu”
“Ya udah, angkat aja. Jangan
dibiarin”kata Riri.
Dessy mengangguk dan mengangkatnya.
Setelah ia selesai berbicara dan menutup teleponnya, Dessy langsung bergegas
pergi.
“Mau kemana?”tanya Riri bingung.
“Mau ke tempat Alin. Katanya ada
sesuatu yang harus aku ambil”ujar Dessy.
“Sendirian?”tanya Cika ragu.
Dessy terdiam. Lalu, ia mengangguk
ragu.
“Serius? Kamu kelihatan ragu dan
takut”kata Riri.
Dessy menganggul lagi. “Iya, sih!
Tapi, kata Alin dia ada disekitar sini”
“Ya udah, hati-hati, ya”ingat Cika.
Dessy mengancungkan jempolnya. Ia
berlari masuk kedalam kerumunan para pengunjung pasar malam. Cika dan Riri
kembali pada kegiatan awalnya. Suara tepuk tangan penonton terdengar saat Dessy
kembali dengan membawa barang yang bisa mereka tebak itu adalah punya dua orang
yang mereka kenal.
~~~~~~~~
Devi dan Reza kembali duduk di kursi taman yang tadi
mereka duduki sambil meneguk sebotol minuman yang tadi mereka beli. Uang yang
mereka dapatkan lumayan banyak. Reza tampak sibuk menghitung uang itu, kemudian
membaginya menjadi dua. Satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Devi.
“Lumayan deh untuk ongkos pulang”seru Devi sambil
menerima uang dari Reza. Ia membuka tasnya dan meletakkannya. Sesaat, ia
terpaku menatap isi tasnya. Kemudian, ia mengeluarkan uang beserta dompet dari
dalam tasnya.
“Kok dompet gue ada disini?”kata Devi bingung. “Dan,
dompet siapa ini?”
Reza menatap dompet yang di pegang Devi.
“Loh, itukan punya gue. Loe yang ngambil, ya?”
Devi menggeleng cepat. “Yee… mana gue tahu dompet loe ada
disini. Gue juga baru lihat kali. Lagipula, males banget gue ngambil dompet
loe”
“Bilang aja loe yang ngambil. Dasar pencuri!”ejek Reza.
Devi berangkat dari tempat duduknya dan ia lempar dompet
Reza ke mukanya. Hp Reza pun ia lempar
pada Reza. Untung saja Reza bisa menangkapnya. Mereka berdua tidak tahu kalau
Ririlah yang tadi menaruhnya kedalam tas Devi secara diam-diam saat mereka
membeli minuman.
“Ambil aja semua barang milik loe. Gue gak butuh”bentak
Devi. Ia membalikkan badannya membelakangi Reza. “Andai saja aku bersama Bagas,
bukan Reza”pintanya dengan nada berharap sambil menutup kedua matanya.
Devi membuka matanya perlahan berharap ia bisa melihat
Bagas di depannya. Tapi, ia ragu. Tidak mungkin Bagas bisa muncul begitu saja
di depannya. Tapi, dugaanya salah. Bagas ada di depannya. Lebih tepat di depan
matanya, walaupun jarak mereka jauh. Dan lebih mengagetkan lagi, ia melihat
Bagas berjalan ke arahnya. Sesaat Devi terpaku di tempat. Namun, semenit
kemudian Devi seperti cacing kepanasan. Ia terlihat panik. Reza yang melihatnya
menjadi bingung dengan sikap Devi. Tanpa pikir panjang lagi, ia langsung
bersembunyi di belakang kursi yang di duduki Reza.
“Loe kenapa, Dev?”tanya Reza melihat sikap Devi yang
aneh.
“Udah, deh! Loe jangan berisik. Lihat ke depan aja dan
anggap saja gue gak ada dan tidak melakukan apa-apa. Oke!”sahut Devi hampir
berbisik.
Reza menuruti kata-kata Devi. Bukan karena ia kasihan
atau apa, tapi sebenarnya ia sangat penasaran. Melihat kedepan mencoba mencari
sesuatu. Pandangannya tertuju pada seseorang yang sepertinya pernah ia lihat.
“Sepertinya gue kenal orang itu”kata Reza sambil melirik
ke arah Devi, melihat perubahannya. Namun, Devi bergeming. “Kalau tidak salah,
di sekolah” tambah Reza. “Oh ya, bukankah dia pemain basket di sekolah kita,
ya?”
Devi memandang Reza gemas. “Mau apalagi nih anak”
“Hei, Gas”panggil Reza. Ia bisa melihat kalau Devi sangat
salting.
Orang yang dipanggil Reza itu menghampirinya.
“Kakak manggil aku, ya?”tanya cowok itu .
Reza mengangguk. “Gini BAGAS…”Reza sengaja menekankan
kata Bagas supaya Devi tambah salting. “Tolongin gue angkatin nih kursi.
Kayaknya ada sesuatu deh dibawah”
Devi benar-benar gemas. Ingin rasanya ia keluar dari situ
dan menendang Reza sekuat mungkin. Tapi, tidak bia ia lakukan.
“Baiklah, kak”kata Bagas.
Mereka berdua mulai mengangkat kursi itu. Devi yang ada
di belakangnya terlihat panik.
“Bagaimana ini?”tanyanya pada dirinya sendiri.
Mereka berdua mengangkat kursi itu dan meindahkannya.
Reza terlihat senang sekali, tapi kesenangannya menjadi melihat karena ia
melihat sesuatu yang tidak ia harapkan.
~~~~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar