Jumat, 07 Maret 2014

GUARDIAN ANGEL (EPILOG)

EPILOG


“Ini, tolong bawa dia ke mobil gue. Gue masih mau ke dalam. Masih ada urusan yang belum aku selesaikan,” ujar Aldi cepat sambil memberikan Alin pada Bintang.
Bintang mengangguk tanda mengerti. Ia segera melakukan apa yang diperintah Aldi. Aldi segera berlari menuju rumah sakit. Namun, baru beberapa meter ia berlari, ia berbalik.
“Gue gak lama. Cuma 5 menit aja. Tolong jaga dia baik-baik, ya!” teriak Aldi.
Bintang kembali mengangguk. Aldi meneruskan langkahnya masuk kerumah sakit. Ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengan Fakhri.
‘Tok…tok..’
“Masuk,”  perintah Fakhri dari dalam ruangannya. Perlahan ia melihat bayangan hitam masuk kedalam ruangannya sampai orang itu menghidupkan lampu dan Fakhri bisa melihat jelas kedatangan Aldi.
“Loe? Kenapa kesini? Umm… baiklah, akan aku jelaskan semuanya,” cerocos Fakhri sebelum Aldi sempat berbicara.
“Kenapa loe ngelakuin itu pada Alin? Bukankah kamu sangat menyukainya?” tanyanya garang. Entah mengapa emosinya langsung naik ke ubun-ubun saat melihat Fakhri. Apalagi, saat melihat keadaan Alin yang mengenaskan tadi.
“Gue udah tau loe pasti mau nanyain itu. Itu karena, gue gak tega melihat dia menderita. Gue lebih gak tega lagi melihat dia menangisi kepergian gue nanti,” jelas Fakhri.
“Jadi, loe tega ngeliat dia menangis seharian diluar sendirian sampai kedinginan. Loe tega, hah?” nada suaranya meninggi.
“Itu juga yang gue sesalin,” Fakhri tertunduk lesu. Ia tidak berani mengangkat kepalanya mendengar kata-kata Aldi tadi. “Lalu, apa yang harus gue lakukan untuk menebus semua kesalahan gue?” tanya Fakhri.
“Terserah, loe! Loe bisakan buat dia bahagia walau hanya sebentar aja? Ini juga demi kebaikan loe. Jangan sampai loe pergi dengan meninggalkan penyesalan.”
“Baiklah,” kata Fakhri akhirnya. “Tapi, mengapa loe mau melakukan ini semua?”
Aldi menyerngit,”Maksudnya?”
“Kenapa loe melakukan ini semua demi Alin? Padahal, aku dengar dari Alin kamu itu sering gangguin dia, jahatin dia. Tapi, dibelakangnya, kamu begitu baik dan selalu melindunginya. Mengapa?”
Aldi menghela napasnya kuat-kuat. Seharusnya ini adalah sesuatu yang mudah. Tapi, entah mengapa, ini menjadi hal yang paling sulit untuk dikatakan.
“Itu… itu karena, dia mirip dengan seseorang yang pernah aku sayangi, yang pernah menjadi bagian dalam hidupku. Dia mirip dengan adik angkatku,” jelas Aldi.
“Benarkah?” Fakhri mengangguk-angguk mengerti. Dia diam beberapa saat. “Tapi, mengapa kamu menganggap dia itu adik angkatmu? Mungkin saja kamu salah orang, kan?” tanya Fakhri, membuat Aldi ragu.
“Itu juga yang aku pikirkan kemarin kemarin. Tapi, saat pertama kali aku melihatnya, suaranya, cara ia memperkenalkan diri, sikapnya, dan matanya, begitu mirip dengan adik angkatku.”
“Tapi, bukankah dia sudah meninggal?” tiba-tiba wajah Aldi berubah. “Maaf, aku tidak sengaja. Aku tahu ini dari papamu. Tapi, aku tidak bisa menahan rasa ingin tahuku.”
Aldi kembali menghela napas.
“Aku sering mengingat hal itu pada diriku. Tapi, entah mengapa, sebagian dari diriku menolak kenyataan itu.”
Fakhri turun dari ranjangnya. Ia menepuk bahu Aldi pelan, seakan-akan dengan begitu beban yang ada dipundaknya berkurang.
“Gue harap loe benar. Hanya itukah alasanmu?”
“Tidak,” Aldi menggeleng. “Semenjak dia pergi dari rumahku, didalam hatiku, aku berjanji akan menjadi malaikat pelindungnya. Yah, aku akan menjadi malaikat pelindungnya walau nyawa sekalipun taruhannya. Karena, aku ingin dia tahu betapa aku sangat mencintainya.”

~~~~~~~~


~SELESAI~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar