Disebuah
hutan yang lebat dan gelap, terlihat seorang perempuan berlari-lari sambil
menyeret-nyeret kakinya. Ia kelihatan sangat lelah dan tidak punya tenaga lagi
untuk lari. Lalu, dia memutuskan untuk beristirahat dibawaah pohon yang besar.
Baru sebentar ia duduk, tiba-tiba ada seseorang datang dari belakang dan
mencengkram bahunya sambil mengguncang-guncang tubuhnya.
“Alin, bangun!!! Sudah pagi” teriak orang itu.
Perempuan yang dipanggil Alin
bangun sambil mengucek-ngucek kedua matanya dan mengelap keringat yang
membasahi sekujur tubuhnya. Wajahnya tampak pucat dan ketakutan seperti orang
yang habis dikejar hantu.
Cuma
mimpi, batin
Alin sambil menghela nafas.
“Buruan, katanya mau pergi camping
sama teman-temanmu” kata Lina, adik Alin. Perbedaan umur mereka hanya 1 tahun.
Umur Lina sekarang 15 tahun dan baru mau masuk sma. Sedangkan umur Alin 16
tahun dan baru naik kekelas XI. Namun, perbedaan umur mereka yang selisih 1
tahun tidak membuat hubungan kakak-adik mereka berantakan. Mereka sangat akrab,
walaupun seringkali mereka berdua seperti anjing dan kucing.
“Astaga, aku sampai lupa. Jam
berapa sekarang, Lin?” tanya Alin pada Lina. Tangan Lina bergerak mengambil jam
beker yang ada di meja belajar kakaknya dan memberikan pada kakaknya.
“HAH??? UDAH JAM 8. KENAPA NGGAK
NGEBANGUNIN KAKAK DARI TADI?” teriak Alin sambil marah-marah pada Lina.
“Stop...stop, mendingan kakak
mandi, terus beres-beres. Katanya udah telat”saran Lina
Tanpa pikir panjang, Alin mengambil
handuk dan langsung pergi kekamar mandi.
~~JJJ~~
“Ini jam berapa? Janjinya jam 8 sudah pergi. Tapi, jam 9 kamu baru
sampai disini, Lin. Kamu ini bagaimana, sih....” Resti mulai mengoceh. Alin hanya
bisa pasrah mendengarnya.
“Sudahlah, Res. Daripada kita
ikutan dengerin pidatomu yang bakalan panjang, mending kita pergi sekarang.
Ntar keburu siang, lho” kata Santi berusaha membela Alin dari pidato panjang
Resti. Alin menatap Santi dengan tatapan penuh terima kasih karena telah
menyelamatkannya dari lautan panjang pidato Resti. Santi tersenyum, sedangkan Tata
hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku teman-temannya.
“Yuk, kita pergi!” ajak Santi
diikuti oleh Alin, Resti dan Tata.
Mereka mulai meluncurkan sepedanya
ketempat hutan yang pernah mereka lihat saat mereka pergi ke rumah pamannya
Tata.
“Akhirnya, kita bisa bebas dari
tugas-tugas sekolah dan ulangan” Resti mengayuh sepedanya dengan semangat. Diantara
teman-teman Alin, Resti adalah anak yang paling ceria. Walaupun otaknya tidak
terlalu pintar, tapi semester ini dia bisa masuk 10 besar. Itu pun berkat
bantuan teman-temannya yang sudah kewalahan untuk mengubahnya menjadi giat
belajar.
“Hehehe... iya. aku juga bersyukur
karena tugas mengajarmu sudah selesai” kata Santi.
“Benar banget. Harusnya kamu harus
berterima kasih, Res. Soalnya berkat Ibu guru Santi, kamu bisa masuk 10 besar.
Kalau nggak, nilai-nilaimu bakalan anjlok semua, tuh” tambah Alin.
Tahun ini, Santi mendapatkan
peringkat 1. Dia orangnya pintar, baik, tapi tidak sombong kebanyakan
orang-orang zaman sekarang. Alin juga lumayan pintar. Kali ini dia bisa masuk 3
besar. Sedangkan Tata masuk 5 besar. Banyak teman-teman mereka yang iri dengan
grup mereka karena berisi orang-orang pintar, tapi bukan berarti mereka bisa
sombong karena kepintaran mereka. Mereka juga sering membantu teman-teman
mereka yang kesulitan dalam mengerjakan soal.
Alin mengayuh sepedanya sambil
bersiul riang tanpa mengetahui kalau didepannya adalah tebing yang curam.
Santi, Tata dan Resti pun tidak menyadarinya. Saat berada diujung tebing,
mereka baru menyadarinya. Alin berusaha mengerem sepedanya, namun terlambat.
Begitu juga temannya yang lain. Saat mereka kehilangan kendali, tanpa sengaja
Alin menabrak batu besar yang ada didepannya dan ia langsung terlempar kedalam
hutan yang lebat dan gelap. Sedangkan Santi, Tata dan Resti ditabrak oleh Alin
yang berada paling ujung ikut terlempar kedalam hutan. Mereka semua pingsan.
Beberapa jam kemudian, Alin bangun.
Ia melihat keadaan yang ada disekelilingnya.
“Aku dimana?” tanya Alin dalam
hati.
Krakk...krakkk... terdengar bunyi
ranting kering diinjak. Alin menjadi takut. Ia ingin lari, tapi seluruh
tubuhnya sakit-sakit. Ia pun berusaha sembunyi dibalik alang-alang yang ada
didekatnya. Dengan susah payah ia merayap secara pelan-pelan agar tidak
mengeluarkan bunyi sedikit pun. Baru saja ia hampir sampai ketempat
persembunyiannya, Alin melihat ada orang yang berbaring dibalik alang-alang
dengan posisi tubuh membelakanginya.
“Kyaaaaaaaa!!!” teriak Alin
ketakutan.
Orang yang ada didepan Alin
terlonjak kaget dan menoleh kearah Alin. Bersamaan dengan itu, terdengar suara
langkah kaki yang berlari-lari ke arah Alin. Cepat-cepat Alin menutp mulutnya
dan terlonjak kaget melihat orang yang ada didepannya.
“TATA!!! Ya ampun, aku kirain kamu
mayat yang di buang. Hufftt... bikin kaget aja” Alin mengelus-ngelus dadanya
lega.
“Alin, Tata, ternyata kalian pada main
petak umpet disini” kata Resti sambil memeluk teman-temannya.
Santi datang dan berlari ikut
memeluk teman-temannya. “Aku kirain kalian udah pada mati dimakan binatang buas
dihutan ini” kata Santi dengan nada khawatir.
“Husstt... jangan ngomong
sembarangan. Emangnya kamu mau dimakan binatang buas?” tanya Resti sambil
mencubit pipi Santi.
“Aduh, sakit tau. Ya enggak lah.
Siapa lagi yang mau dimakan binatang buas” Santi mengelus-ngelus pipinya sakit.
Alin dan Tata tersenyum. Santi
membalas cubitan Resti dengan lebih keras. Tapi, Resti berhasil menghindar.
“Kita dimana? Pulang sekarang,
yuk!” ajak Tata. Tata yang sedari tadi diam sejak Alin datang kerumahnya sampai
mereka terperangkap dihutan asing ini baru mulai angkat bicara. Yang lain mulai
tersadar kalau mereka berada ditempat asing.
“Nggak tau. Tapi, gimana mau
pulang, jalan keluarnya aja kita nggak tau. Lagian, badanku sakit semua nih.
Masih butuh istirahat” ujar Alin sambil mengurut-urut pundaknya yang sakit.
“Aku punya ide!” Resti menjentikkan
jarinya sambil tersenyum senang.
“Apaan? Bagus nggak idenya?” tanya
Santi sangsi.
“Yee... jangan ngeremehin.
Gini-gini aku juga punya banyak ide” Resti jadi manyun.
“Terus, apa idenya?” tanya Alin.
“Kita kemping aja disini. Lumayan
jugakan tempatnya” Resti tersenyum sambil menunggu persetujuan dari
teman-temannya.
“Bagus juga idemu. Tumben otaknya
jalan” Santi menjetikkan jarinya, setuju dengan ide Resti. Alin dan Tata juga tidak
keberatan dengan idenya Resti.
“Ok, sekarang kita bagi tugas.
Santi dan Tata mendirikan tenda. Aku dan Resti pergi mencari kayu bakar” Alin
bangkit dari tempat ia berbaring dan menarik tangan Resti untuk mencari kayu.
“Katanya sakit, kok bisa jalan?”
tanya Tata bingung.
“Itu tadi, sekarang nggak lagi”
Alin tersenyum nakal pada teman-temannya.
“Huuu... dasar, tuti, tukang tipu”
Resti menjitak kepala Alin. Namun Alin bisa menepis serangan Resti.
Mereka berdua mulai memasuki hutan
dan mengambil banyak kayu. Tanpa sadar Alin memasuki kawasan hutan yang paling
dalam dan hampir mencapai ujung hutan. Baru saja Alin melangkahkan kakinya,
tiba-tiba seorang kakek sudah berdiri dihadapannya. Alin terlonjak kaget dan
mundur beberapa langkah.
“Kenapa kalian disini?” tanya kakek
itu dengan nada kesal.
Alin dan Resti saling berpandangan.
Bingung karena kakek yang ada didepannya datang secara mendadak dan langsung
memarahi mereka.
“Kami hanya...auw....” cepat-cepat
Resti menginjak kaki Alin supaya anak itu tidak banyak bicara. Alin mengerang
kesakitan.
“Kalian tau tidak, ini adalah hutan
terlarang. Untuk anak seumuran kalian tidak baik berkeliaran dihutan ini.
Sebaiknya kalian pergi dari sini” bentak kakek itu sambil mendorong pundak
Resti dan Alin. Mereka pun jatuh, begitu juga dengan kayu-kayu yang mereka
kumpul. Resti dan Alin segera memungut kayu-kayu itu dan membersihkan kotoran
yang melekat dibaju mereka. Baru saja Alin melakukan pembelaan, ternyata kakek
itu sudah tidak ada ditempat.
“Loh, kakek tadi kemana, ya?” tanya
Alin sambil celingak-celinguk mencari kakek tadi. Tapi hasilnya nihil. Hanya
ada dia dan Resti di hutan itu.
“Sudahlah, lin. Mending kita balik
aja ketenda. Kasihan Santi dan Tata udah nungguin kita” Resti menarik tangan
Alin untuk kembali tenda.
~~JJJ~~
Malam semakin larut. Dinginnya
angin malam mulai menusuk rusuk mereka. Api unggun menari-nari mengikuti
gerakan angin malam. Nyanyian jangkrik tampak memecah kesunyian hutan itu.
Bintang-bintang tanpa bulan menghiasi langit, membuat suasana hutan itu tidak
terlalu mencekam. Santi dan Tata masuk kedalam tenda dan membangunkan Alin dan
Resti untuk gantian jaga malam. Alin dan Resti bangun walaupun mereka berdua
masih mengantuk, sedangkan Santi dan Tata pergi tidur karena sudah tidak tahan
lagi melawan kantuknya. Alin keluar dari tenda, diikuti oleh Resti yang
tampaknya masih setengah sadar karena dia tidak menyadari kalau didepannya ada
tiang.
“Auuw...” Resti mengelus-ngelus
jidatnya yang tampak benjol.
“Hahaha... makanya kalau jalan
pakai mata, bukan sambil tidur... hahahaha...”kata Alin yang masih tertawa
sambil memegangi perutnya.
“Yee... kalau jalan pakai kaki,
bukan pakai mata”protes Resti.
“Nah, itu dia maksudku. Jalannya
pakai mata, ngelihatnya pakai mata...hahaha” Alin masih saja tertawa.
“Bagus, ketawa aja terus. Senangkan
kalau ngelihat orang lain susah”kata Resti manyun.
“Iya, iya, maaf. Habis, kamu itu
lucu banget waktu kamu jalan sambil merem, hehehe...”
Namun, Resti lebih memilih tidak
memperdulikan kata-kata Alin dan langsung duduk didepan api unggun untuk
menghangatkan diri.
“Hihihihihi....” terdengar suara
dari dalam hutan. Resti dan Alin terlonjak kaget.
“Suara apaan, tuh?” tanya Resti.
“Hihihihihi....” lagi-lagi suara
aneh itu terdengar dari dalam hutan. Bulu kuduk Resti jadi merinding. Alin yang
dari tadi ada di sebelahnya tampak biasa saja. Resti jadi bingung dengan sikap
Alin. Mungkinkah Alin tidak tahu atau dia hanya berpura-pura tidak tahu supaya
ia kelihatan tidak takut. Namun, sikap Alin malah membuat Resti semakin
bingung. Tiba-tiba saja Alin berdiri dan berjalan sambil mengendap-endap kearah
pohon yang tidak jauh dari tempat mereka duduk. Langsung saja Resti
mengikutinya. Ia takut ditinggal sendirian disana, walaupun didalam tenda masih
ada Santi dan Tata yang sudah terbang ke alam mimpi.
“Mau kemana?” tanya Resti setengah
berbisik.
“Sssttt.... jangan berisik”kata
Alin sambil menempelkan jari telunjuknya dibibirnya.
Resti terdiam. Begitu juga dengan
Alin. Mereka berhenti dibalik pohon yang tampak rindang. Suasana hutan malah
semakin mencekam ditambah lagi dengan gelapnya hutan itu membuat mereka tidak
dapat melihat apapun kecuali langit yang ada diatas mereka dan pohon yang ada
didepan mereka.
“Kreeseekk....” terdengar suara
langkah kaki menginjak daun kering. Alin berjalan menuju sumber suara dan
memasang posisi kuda-kuda.
“Buuk!!!” kaki Alin mendarat tepat
diperut seseorang dengan mulus.
“Auww” teriak seseorang mengerang
kesakitan karena ditendang Alin. Sepertinya suara laki-laki karena terdengar
berat. Samar-samar Alin melihat ada dua laki-laki didepannya. Yang satu
memegang perutnya. Yang satu lagi membantu temannya yang kesakitan.
“Ngapain kalian disini?
Jangan-jangan tadi itu suara kalian buat menakuti kita, iya kan?” tuding Alin
sambil menunjuk kearah Resti dan dirinya.
“Hei, kalau ngomong jangan suka
asal, ya. Tadi kamu tendang temanku, sekarang kamu malah nuduh kita yang
macam-macam. Kalian sendiri kenapa disini? Mau ngerjain kami?”
“Siapa yang mau ngerjain kalian.
Kami disini mau mencari pelaku yang ngisengin kita tadi. Kalau kalian?”Alin
balik bertanya.
“Sama! Kami melihat disini ada
orang. Kami pikir kalian yang menakut-nakuti kami”
Bersamaan
dengan itu, mereka melihat sorot lampu mobil masuk menelusuri hutan. Alin
melirik jam tangannya. Hari menunjukkan pukul 02.00. Namun mereka tampak
bingung mengapa mobil itu bisa masuk kedalam hutan terlarang. Tanpa basa-basi,
mereka mengikuti mobil itu menelusuri hingga ke ujung hutan. Sesampainya
disana, mereka melihat perkebunan yang luas. Karena suasana hutan yang gelap,
jadi mereka tidak mengetahui tanaman apa yang ditanam dikebun itu. Tapi, mereka
bisa melihat ada 2 mobil pick-up yang mereka lihat tadi dan 4 orang laki-laki
sedang membawa hasil perkebunan tersebut ke mobil tersebut. Tanpa mereka sadari
ada 2 orang laki-laki berbadan besar sedang mengawasi mereka dari belakang.
Namun, Alin menyadarinya karena ia melihat ada bayangan hitam berjalan
mendekati mereka. Saat Alin menoleh kebelakang, laki-laki tersebut sudah akan
siap menangkap mereka. Tanpa pikir panjang, Alin menarik tangan Resti dan
mengajaknya lari menerobos 2 laki-laki
tersebut. 2 laki-laki yang bersama Alin tadi ikut lari. Alin terus berlari
tanpa menngetahui bahwa Resti terperosok kedalam lubang sedalam 2 meter. Alin
sudah merasa tidak sanggup lagi untuk lari dan memutuskan untuk istirahat
dibawah pohon besar. Baru sebentar ia duduk, tiba-tiba ada seseorang yang
menepuk bahunya. Alin tersontak kaget. Cepata-cepat orang itu membekap mulut Alin
dan menyeret tubuhnya ke balik pohon. Tak lama, 2 laki-laki berbadan besar datang
sambil celingak-celinguk mencari mereka. Setelah mereka merasa tidak ada orang
yang mereka cari, barulah 2 laki-laki tersebut pergi meninggalkan tempat itu.
Orang itu pun melepas tangannya.
“Deja
vu! Ini sama banget dengan mimpiku kemarin malam” kata Alin dalam hati. Namun
Alin baru menyadari kalau ia tidak lagi bersama Resti. Alin menoleh ke arah
orang yang membekapnya tadi. Ternyata laki-laki yang bersamanya tadi. Tapi, ia
sendirian.
“Dimana
temanmu yang satu lagi?” tanya Resti penasaran.
“Oh,
orang yang kamu tendang, tadi dia lagi nolongin temanmu...”
“Emangnya
Resti kenapa?” tanya Alin, khawatir dengan keadaan Resti.
“Tadi
dia terperosok kedalam lubang. Oh iya, perkenalkan namaku Fakhri. Namamu
siapa?” Fakhri mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
“Alin!”jawab
Alin singkat sambil membalas uluran tangan Fakhri.
“Sekarang
kita balik ketenda untuk memberitahu teman-teman kamu apa yang terjadi. Kalau
Resti, dia aman kok dengan Rian”ujar Fakhri.
~~JJJ~~
“Resti,
kamu baik-baik aja, kan?” tanya Alin. Mereka langsung memeluk Resti. Yang
dipeluk hanya tersenyum, senang melihat teman-temannya khawatir dan peduli
padanya.
“Terus,
apa misi kita selanjutnya?”tanya Rian pada Fakhri.
“Menangkap
penjahat-penjahat itu”kata Fakhri sambil tersenyum.
Fakhri
berjalan ketempat dimana Resti tadi jatuh. Disitu, Fakhri dan Rian menutupi lubang
tersebut dengan daun kering. Perangkap-perangkap lain sudah dipasan oleh Alin
cs. Setelah semua perangkap terpasang, waktunya untuk mereka menangkap penjahat
tersebut. Resti dan Rian mengundang para penjahat masuk keperangkap mereka.
Sita dan Tata tetap berada disana menunggu mangsa masuk keperangkap. Alin dan
Fakhri mengempes ban mobil yang membawa hasil perkebunan tersebut.
“Ini
daun apa?”tanya Alin yang sempat mengambil daun itu saat mereka mengempes ban
mobil tersebut.
“Itu
daun ganja!”
Resti
cs sudah berhasil menangkap penjahat-penjahat tersebut dan sudah mengikatnya
supaya mereka tidak bisa kabur. Namun, sebagian ada yang lari dengan mobil
berisi ganja. Untunglah tadi Alin dan Fakhri sempat mengempes ban mobil
tersebut sehingga mobil tersebut tidak bisa berjalan. Tak lama, mobil polisi
datang dan menangkap para penjahat.
“Kok
bisa ada polisi?”tanya Tata bingung.
Fakhri
mengeluarkan ponselnya. Ia sempat menelpon polisi saat Alin sedang membangunkan
temannya yang sedang terlelap.
“Terima
kasih karena adik-adik telah membantu kami menangkap penjahat ini. Sebenarnya
mereka adalah buronan yang sudah lama kami cari. Dulu, mereka sempat kami
tangkap. Namun, mereka kabur dan membuka ladang perkebunan ganja. Sekali lagi
kami ucapkan terima kasih!”. Polisi beserta penjahat-penjahat pergi
meninggalkan hutan. Kini, hanya mereka ber-enam yang ada dihutan terlarang itu.
“Kita
camping bareng, yuk!”ajak Santi pada Fakhri dan Rian.
“Boleh
juga! Yuk”
Mereka
kembali ke tenda mereka saat matahari mulai menampakkan diri dari balik awan.
Kini, mereka sudah tahu mengapa hutan itu disebut hutan terlarang dan darimana
suara-suara aneh tadi malam.
~~JJJ~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar