Selasa, 30 Desember 2014

MISTERI HUTAN TERLARANG



            Disebuah hutan yang lebat dan gelap, terlihat seorang perempuan berlari-lari sambil menyeret-nyeret kakinya. Ia kelihatan sangat lelah dan tidak punya tenaga lagi untuk lari. Lalu, dia memutuskan untuk beristirahat dibawaah pohon yang besar. Baru sebentar ia duduk, tiba-tiba ada seseorang datang dari belakang dan mencengkram bahunya sambil mengguncang-guncang tubuhnya.
 “Alin, bangun!!! Sudah pagi” teriak orang itu.
Perempuan yang dipanggil Alin bangun sambil mengucek-ngucek kedua matanya dan mengelap keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Wajahnya tampak pucat dan ketakutan seperti orang yang habis dikejar hantu.
Cuma mimpi, batin Alin sambil menghela nafas.
“Buruan, katanya mau pergi camping sama teman-temanmu” kata Lina, adik Alin. Perbedaan umur mereka hanya 1 tahun. Umur Lina sekarang 15 tahun dan baru mau masuk sma. Sedangkan umur Alin 16 tahun dan baru naik kekelas XI. Namun, perbedaan umur mereka yang selisih 1 tahun tidak membuat hubungan kakak-adik mereka berantakan. Mereka sangat akrab, walaupun seringkali mereka berdua seperti anjing dan kucing.
“Astaga, aku sampai lupa. Jam berapa sekarang, Lin?” tanya Alin pada Lina. Tangan Lina bergerak mengambil jam beker yang ada di meja belajar kakaknya dan memberikan pada kakaknya.
“HAH??? UDAH JAM 8. KENAPA NGGAK NGEBANGUNIN KAKAK DARI TADI?” teriak Alin sambil marah-marah pada Lina.
“Stop...stop, mendingan kakak mandi, terus beres-beres. Katanya udah telat”saran Lina
Tanpa pikir panjang, Alin mengambil handuk dan langsung pergi kekamar mandi.
~~JJJ~~
            “Ini  jam berapa? Janjinya  jam 8 sudah pergi. Tapi, jam 9 kamu baru sampai disini, Lin. Kamu ini bagaimana, sih....” Resti mulai mengoceh. Alin hanya bisa pasrah mendengarnya.
“Sudahlah, Res. Daripada kita ikutan dengerin pidatomu yang bakalan panjang, mending kita pergi sekarang. Ntar keburu siang, lho” kata Santi berusaha membela Alin dari pidato panjang Resti. Alin menatap Santi dengan tatapan penuh terima kasih karena telah menyelamatkannya dari lautan panjang pidato Resti. Santi tersenyum, sedangkan Tata hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku teman-temannya.
“Yuk, kita pergi!” ajak Santi diikuti oleh Alin, Resti dan Tata.
Mereka mulai meluncurkan sepedanya ketempat hutan yang pernah mereka lihat saat mereka pergi ke rumah pamannya Tata.
“Akhirnya, kita bisa bebas dari tugas-tugas sekolah dan ulangan” Resti mengayuh sepedanya dengan semangat. Diantara teman-teman Alin, Resti adalah anak yang paling ceria. Walaupun otaknya tidak terlalu pintar, tapi semester ini dia bisa masuk 10 besar. Itu pun berkat bantuan teman-temannya yang sudah kewalahan untuk mengubahnya menjadi giat belajar.
“Hehehe... iya. aku juga bersyukur karena tugas mengajarmu sudah selesai” kata Santi.
“Benar banget. Harusnya kamu harus berterima kasih, Res. Soalnya berkat Ibu guru Santi, kamu bisa masuk 10 besar. Kalau nggak, nilai-nilaimu bakalan anjlok semua, tuh” tambah Alin.
Tahun ini, Santi mendapatkan peringkat 1. Dia orangnya pintar, baik, tapi tidak sombong kebanyakan orang-orang zaman sekarang. Alin juga lumayan pintar. Kali ini dia bisa masuk 3 besar. Sedangkan Tata masuk 5 besar. Banyak teman-teman mereka yang iri dengan grup mereka karena berisi orang-orang pintar, tapi bukan berarti mereka bisa sombong karena kepintaran mereka. Mereka juga sering membantu teman-teman mereka yang kesulitan dalam mengerjakan soal.
Alin mengayuh sepedanya sambil bersiul riang tanpa mengetahui kalau didepannya adalah tebing yang curam. Santi, Tata dan Resti pun tidak menyadarinya. Saat berada diujung tebing, mereka baru menyadarinya. Alin berusaha mengerem sepedanya, namun terlambat. Begitu juga temannya yang lain. Saat mereka kehilangan kendali, tanpa sengaja Alin menabrak batu besar yang ada didepannya dan ia langsung terlempar kedalam hutan yang lebat dan gelap. Sedangkan Santi, Tata dan Resti ditabrak oleh Alin yang berada paling ujung ikut terlempar kedalam hutan. Mereka semua pingsan.
Beberapa jam kemudian, Alin bangun. Ia melihat keadaan yang ada disekelilingnya.
“Aku dimana?” tanya Alin dalam hati.
Krakk...krakkk... terdengar bunyi ranting kering diinjak. Alin menjadi takut. Ia ingin lari, tapi seluruh tubuhnya sakit-sakit. Ia pun berusaha sembunyi dibalik alang-alang yang ada didekatnya. Dengan susah payah ia merayap secara pelan-pelan agar tidak mengeluarkan bunyi sedikit pun. Baru saja ia hampir sampai ketempat persembunyiannya, Alin melihat ada orang yang berbaring dibalik alang-alang dengan posisi tubuh membelakanginya.
“Kyaaaaaaaa!!!” teriak Alin ketakutan.
Orang yang ada didepan Alin terlonjak kaget dan menoleh kearah Alin. Bersamaan dengan itu, terdengar suara langkah kaki yang berlari-lari ke arah Alin. Cepat-cepat Alin menutp mulutnya dan terlonjak kaget melihat orang yang ada didepannya.
“TATA!!! Ya ampun, aku kirain kamu mayat yang di buang. Hufftt... bikin kaget aja” Alin mengelus-ngelus dadanya lega.
“Alin, Tata, ternyata kalian pada main petak umpet disini” kata Resti sambil memeluk teman-temannya.
Santi datang dan berlari ikut memeluk teman-temannya. “Aku kirain kalian udah pada mati dimakan binatang buas dihutan ini” kata Santi dengan nada khawatir.
“Husstt... jangan ngomong sembarangan. Emangnya kamu mau dimakan binatang buas?” tanya Resti sambil mencubit pipi Santi.
“Aduh, sakit tau. Ya enggak lah. Siapa lagi yang mau dimakan binatang buas” Santi mengelus-ngelus pipinya sakit.
Alin dan Tata tersenyum. Santi membalas cubitan Resti dengan lebih keras. Tapi, Resti berhasil menghindar.
“Kita dimana? Pulang sekarang, yuk!” ajak Tata. Tata yang sedari tadi diam sejak Alin datang kerumahnya sampai mereka terperangkap dihutan asing ini baru mulai angkat bicara. Yang lain mulai tersadar kalau mereka berada ditempat asing.
“Nggak tau. Tapi, gimana mau pulang, jalan keluarnya aja kita nggak tau. Lagian, badanku sakit semua nih. Masih butuh istirahat” ujar Alin sambil mengurut-urut pundaknya yang sakit.
“Aku punya ide!” Resti menjentikkan jarinya sambil tersenyum senang.
“Apaan? Bagus nggak idenya?” tanya Santi sangsi.
“Yee... jangan ngeremehin. Gini-gini aku juga punya banyak ide” Resti jadi manyun.
“Terus, apa idenya?” tanya Alin.
“Kita kemping aja disini. Lumayan jugakan tempatnya” Resti tersenyum sambil menunggu persetujuan dari teman-temannya.
“Bagus juga idemu. Tumben otaknya jalan” Santi menjetikkan jarinya, setuju dengan ide Resti. Alin dan Tata juga tidak keberatan dengan idenya Resti.
“Ok, sekarang kita bagi tugas. Santi dan Tata mendirikan tenda. Aku dan Resti pergi mencari kayu bakar” Alin bangkit dari tempat ia berbaring dan menarik tangan Resti untuk mencari kayu.
“Katanya sakit, kok bisa jalan?” tanya Tata bingung.
“Itu tadi, sekarang nggak lagi” Alin tersenyum nakal pada teman-temannya.
“Huuu... dasar, tuti, tukang tipu” Resti menjitak kepala Alin. Namun Alin bisa menepis serangan Resti.
Mereka berdua mulai memasuki hutan dan mengambil banyak kayu. Tanpa sadar Alin memasuki kawasan hutan yang paling dalam dan hampir mencapai ujung hutan. Baru saja Alin melangkahkan kakinya, tiba-tiba seorang kakek sudah berdiri dihadapannya. Alin terlonjak kaget dan mundur beberapa langkah.
“Kenapa kalian disini?” tanya kakek itu dengan nada kesal.
Alin dan Resti saling berpandangan. Bingung karena kakek yang ada didepannya datang secara mendadak dan langsung memarahi mereka.
“Kami hanya...auw....” cepat-cepat Resti menginjak kaki Alin supaya anak itu tidak banyak bicara. Alin mengerang kesakitan.
“Kalian tau tidak, ini adalah hutan terlarang. Untuk anak seumuran kalian tidak baik berkeliaran dihutan ini. Sebaiknya kalian pergi dari sini” bentak kakek itu sambil mendorong pundak Resti dan Alin. Mereka pun jatuh, begitu juga dengan kayu-kayu yang mereka kumpul. Resti dan Alin segera memungut kayu-kayu itu dan membersihkan kotoran yang melekat dibaju mereka. Baru saja Alin melakukan pembelaan, ternyata kakek itu sudah tidak ada ditempat.
“Loh, kakek tadi kemana, ya?” tanya Alin sambil celingak-celinguk mencari kakek tadi. Tapi hasilnya nihil. Hanya ada dia dan Resti di hutan itu.
“Sudahlah, lin. Mending kita balik aja ketenda. Kasihan Santi dan Tata udah nungguin kita” Resti menarik tangan Alin untuk kembali tenda.
 ~~JJJ~~
Malam semakin larut. Dinginnya angin malam mulai menusuk rusuk mereka. Api unggun menari-nari mengikuti gerakan angin malam. Nyanyian jangkrik tampak memecah kesunyian hutan itu. Bintang-bintang tanpa bulan menghiasi langit, membuat suasana hutan itu tidak terlalu mencekam. Santi dan Tata masuk kedalam tenda dan membangunkan Alin dan Resti untuk gantian jaga malam. Alin dan Resti bangun walaupun mereka berdua masih mengantuk, sedangkan Santi dan Tata pergi tidur karena sudah tidak tahan lagi melawan kantuknya. Alin keluar dari tenda, diikuti oleh Resti yang tampaknya masih setengah sadar karena dia tidak menyadari kalau didepannya ada tiang.
“Auuw...” Resti mengelus-ngelus jidatnya yang tampak benjol.
“Hahaha... makanya kalau jalan pakai mata, bukan sambil tidur... hahahaha...”kata Alin yang masih tertawa sambil memegangi perutnya.
“Yee... kalau jalan pakai kaki, bukan pakai mata”protes Resti.
“Nah, itu dia maksudku. Jalannya pakai mata, ngelihatnya pakai mata...hahaha” Alin masih saja tertawa.
“Bagus, ketawa aja terus. Senangkan kalau ngelihat orang lain susah”kata Resti manyun.
“Iya, iya, maaf. Habis, kamu itu lucu banget waktu kamu jalan sambil merem, hehehe...”
Namun, Resti lebih memilih tidak memperdulikan kata-kata Alin dan langsung duduk didepan api unggun untuk menghangatkan diri.
“Hihihihihi....” terdengar suara dari dalam hutan. Resti dan Alin terlonjak kaget.
“Suara apaan, tuh?” tanya Resti.
“Hihihihihi....” lagi-lagi suara aneh itu terdengar dari dalam hutan. Bulu kuduk Resti jadi merinding. Alin yang dari tadi ada di sebelahnya tampak biasa saja. Resti jadi bingung dengan sikap Alin. Mungkinkah Alin tidak tahu atau dia hanya berpura-pura tidak tahu supaya ia kelihatan tidak takut. Namun, sikap Alin malah membuat Resti semakin bingung. Tiba-tiba saja Alin berdiri dan berjalan sambil mengendap-endap kearah pohon yang tidak jauh dari tempat mereka duduk. Langsung saja Resti mengikutinya. Ia takut ditinggal sendirian disana, walaupun didalam tenda masih ada Santi dan Tata yang sudah terbang ke alam mimpi.
“Mau kemana?” tanya Resti setengah berbisik.
“Sssttt.... jangan berisik”kata Alin sambil menempelkan jari telunjuknya dibibirnya.
Resti terdiam. Begitu juga dengan Alin. Mereka berhenti dibalik pohon yang tampak rindang. Suasana hutan malah semakin mencekam ditambah lagi dengan gelapnya hutan itu membuat mereka tidak dapat melihat apapun kecuali langit yang ada diatas mereka dan pohon yang ada didepan mereka.
“Kreeseekk....” terdengar suara langkah kaki menginjak daun kering. Alin berjalan menuju sumber suara dan memasang posisi kuda-kuda.
“Buuk!!!” kaki Alin mendarat tepat diperut seseorang dengan mulus.
“Auww” teriak seseorang mengerang kesakitan karena ditendang Alin. Sepertinya suara laki-laki karena terdengar berat. Samar-samar Alin melihat ada dua laki-laki didepannya. Yang satu memegang perutnya. Yang satu lagi membantu temannya yang kesakitan.
“Ngapain kalian disini? Jangan-jangan tadi itu suara kalian buat menakuti kita, iya kan?” tuding Alin sambil menunjuk kearah Resti dan dirinya.
“Hei, kalau ngomong jangan suka asal, ya. Tadi kamu tendang temanku, sekarang kamu malah nuduh kita yang macam-macam. Kalian sendiri kenapa disini? Mau ngerjain kami?”
“Siapa yang mau ngerjain kalian. Kami disini mau mencari pelaku yang ngisengin kita tadi. Kalau kalian?”Alin balik bertanya.
“Sama! Kami melihat disini ada orang. Kami pikir kalian yang menakut-nakuti kami”
            Bersamaan dengan itu, mereka melihat sorot lampu mobil masuk menelusuri hutan. Alin melirik jam tangannya. Hari menunjukkan pukul 02.00. Namun mereka tampak bingung mengapa mobil itu bisa masuk kedalam hutan terlarang. Tanpa basa-basi, mereka mengikuti mobil itu menelusuri hingga ke ujung hutan. Sesampainya disana, mereka melihat perkebunan yang luas. Karena suasana hutan yang gelap, jadi mereka tidak mengetahui tanaman apa yang ditanam dikebun itu. Tapi, mereka bisa melihat ada 2 mobil pick-up yang mereka lihat tadi dan 4 orang laki-laki sedang membawa hasil perkebunan tersebut ke mobil tersebut. Tanpa mereka sadari ada 2 orang laki-laki berbadan besar sedang mengawasi mereka dari belakang. Namun, Alin menyadarinya karena ia melihat ada bayangan hitam berjalan mendekati mereka. Saat Alin menoleh kebelakang, laki-laki tersebut sudah akan siap menangkap mereka. Tanpa pikir panjang, Alin menarik tangan Resti dan mengajaknya lari menerobos 2  laki-laki tersebut. 2 laki-laki yang bersama Alin tadi ikut lari. Alin terus berlari tanpa menngetahui bahwa Resti terperosok kedalam lubang sedalam 2 meter. Alin sudah merasa tidak sanggup lagi untuk lari dan memutuskan untuk istirahat dibawah pohon besar. Baru sebentar ia duduk, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya. Alin tersontak kaget. Cepata-cepat orang itu membekap mulut Alin dan menyeret tubuhnya ke balik pohon. Tak lama, 2 laki-laki berbadan besar datang sambil celingak-celinguk mencari mereka. Setelah mereka merasa tidak ada orang yang mereka cari, barulah 2 laki-laki tersebut pergi meninggalkan tempat itu. Orang itu pun melepas tangannya.
            “Deja vu! Ini sama banget dengan mimpiku kemarin malam” kata Alin dalam hati. Namun Alin baru menyadari kalau ia tidak lagi bersama Resti. Alin menoleh ke arah orang yang membekapnya tadi. Ternyata laki-laki yang bersamanya tadi. Tapi, ia sendirian.
            “Dimana temanmu yang satu lagi?” tanya Resti penasaran.
            “Oh, orang yang kamu tendang, tadi dia lagi nolongin temanmu...”
            “Emangnya Resti kenapa?” tanya Alin, khawatir dengan keadaan Resti.
            “Tadi dia terperosok kedalam lubang. Oh iya, perkenalkan namaku Fakhri. Namamu siapa?” Fakhri mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
            “Alin!”jawab Alin singkat sambil membalas uluran tangan Fakhri.
            “Sekarang kita balik ketenda untuk memberitahu teman-teman kamu apa yang terjadi. Kalau Resti, dia aman kok dengan Rian”ujar Fakhri.
            ~~JJJ~~
            “Resti, kamu baik-baik aja, kan?” tanya Alin. Mereka langsung memeluk Resti. Yang dipeluk hanya tersenyum, senang melihat teman-temannya khawatir dan peduli padanya.
            “Terus, apa misi kita selanjutnya?”tanya Rian pada Fakhri.
            “Menangkap penjahat-penjahat itu”kata Fakhri sambil tersenyum.
            Fakhri berjalan ketempat dimana Resti tadi jatuh. Disitu, Fakhri dan Rian menutupi lubang tersebut dengan daun kering. Perangkap-perangkap lain sudah dipasan oleh Alin cs. Setelah semua perangkap terpasang, waktunya untuk mereka menangkap penjahat tersebut. Resti dan Rian mengundang para penjahat masuk keperangkap mereka. Sita dan Tata tetap berada disana menunggu mangsa masuk keperangkap. Alin dan Fakhri mengempes ban mobil yang membawa hasil perkebunan tersebut.
            “Ini daun apa?”tanya Alin yang sempat mengambil daun itu saat mereka mengempes ban mobil tersebut.
            “Itu daun ganja!”
            Resti cs sudah berhasil menangkap penjahat-penjahat tersebut dan sudah mengikatnya supaya mereka tidak bisa kabur. Namun, sebagian ada yang lari dengan mobil berisi ganja. Untunglah tadi Alin dan Fakhri sempat mengempes ban mobil tersebut sehingga mobil tersebut tidak bisa berjalan. Tak lama, mobil polisi datang dan menangkap para penjahat.
            “Kok bisa ada polisi?”tanya Tata bingung.
            Fakhri mengeluarkan ponselnya. Ia sempat menelpon polisi saat Alin sedang membangunkan temannya yang sedang terlelap.
            “Terima kasih karena adik-adik telah membantu kami menangkap penjahat ini. Sebenarnya mereka adalah buronan yang sudah lama kami cari. Dulu, mereka sempat kami tangkap. Namun, mereka kabur dan membuka ladang perkebunan ganja. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih!”. Polisi beserta penjahat-penjahat pergi meninggalkan hutan. Kini, hanya mereka ber-enam yang ada dihutan terlarang itu.
            “Kita camping bareng, yuk!”ajak Santi pada Fakhri dan Rian.
            “Boleh juga! Yuk”
            Mereka kembali ke tenda mereka saat matahari mulai menampakkan diri dari balik awan. Kini, mereka sudah tahu mengapa hutan itu disebut hutan terlarang dan darimana suara-suara aneh tadi malam.
~~JJJ~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar