10 tahun kemudian…
“Tap…tap…tap…”
terdengar suara derap kaki berjalan menuju kelas 11 A. Seorang perempuan yang merupakan
siswi SMA Garuda Internasional ini perlahan membuka pintu ruangan kelas itu.
Semua orang yang ada didalam kelas itu, termasuk guru yang sedang mengajar pun
berhenti melihat kedatangan siswi itu. Dia terlihat cantik dengan pakaian
seragam putih lengan panjang dan rok kotak-kotak berwarna biru. Kaos kaki
putihnya yang panjang sampai lutut dengan sepatu kets berwarna hitam menghiasi
kakinya yang agak panjang. Rambutnya yang panjang ia kucir kuda dan dihiasi
pita. kini semua orang mulai menatapnya.
“Okey… ladies and gentlemen, today we are a new student coming from perth. Please come
in and introduce yourself in front of them” kata Miss Erma sambil membimbing siswi itu
masuk kedalam.
“Thanks, miss” katanya sambil tersenyum dan
mulai memperkenalkan diri.
“Hi everybody. My name is Alinda Jovanka. I moved
from Perth high school. Glad to see you all
here. Since I was new here, so I ask all of
your help.Thank you ". Ia
mengedarkan seluruh pandangannya kesemua kelas. Tatapan matanya berhenti pada
seorang cowok yang terlihat cuek dengan kedatangannya.
“Sombong sekali cowok itu” batinnya.
"There is question? Oh sorry, seems to be
no question session. Since I only have a little
time, so now you have to sit. Please occupy the
empty chair next to it" Miss Erma menunjuk bangku
kosong yang ada di sebelah laki-laki belagu itu.
“Okey” dengan berat hati ia berjalan menuju
bangku kosong itu dan menghempaskan diri di kursi sambil sibuk mengeluarkan
buku bahasa inggris. Namun, ia lupa membawa buku cetaknya.
“Oh my God! I forgot to bring it” gumamnya.
Namun, gumamannya terdengar oleh Miss Erma.
“What’s up, Alinda? Do you have a problem?”
Tanya Miss Erma bingung.
“Umm… Sorry, miss. I forgot to bring a book”
jawabnya.
Oh, no. Hari pertama masuk sekolah udah
bikin kesalahan, batinnya kesal sambil menahan malu karena semua orang yang
ada dikelas menatapnya dengan tatapan bingung, kecuali orang yang ada
disebelahnya. Tentu saja.
“You can
borrow with Aldi. He sit together with you” jelas Miss Erma. Ia mengangguk dan
menoleh kearah cowok yang yang bernama Aldi itu.
“Hai, can you share it to me?” ia menunjuk buku
yang sedang dibaca Aldi.
Aldi bergeming dari duduknya. Ia menopang
kepalanya dengan tangan kirinya yang menutupi telinganya. Alinda menahan
kekesalannya dan mulai menyenggol tangan kiri Aldi.
“Apaan,sih?” bentak Aldi kesal karena Alin
membuatnya terkejut.
“Umm... bisakah kamu meminjamiku buku itu?”
takut-takut Alin menunjuk buku yang dipegang Aldi. Aldi mendengus, lalu ia
memberikan buku itu pada Alin tanpa berkata sepatah kata pun. Sekilas ia
melihat headset terpasang ditelinga Aldi.
“Thank’s” walau sedikit kesal apakah dia
mendengarnya atau tidak, tapi ia berusaha untuk tetap tersenyum pada Aldi yang dari
tadi memasang muka jutek+cuek padanya.
”Okey… Bla..bla…bla…” Miss Erma memulai
kesibukannya dengan mengajar muridnya. Semuanya pun mulai memperhatikannya Miss
Erma.
~~~~~~~~
“Hai, Alin…” sapa
seorang cewek yang duduk tepat dibelakang Alin pada Alin yang sedang sibuk
mengerjakan tugas kimia yang diberikan Pak Yadi. Alin menatap cewek itu
bingung.
“Ini beneran Alin, kan?” tanyanya ragu.
Alin terdiam, tampak berpikir keras, lalu
tersenyum.
“Umm… Dessy? Dessy Maria Septa, kan?”tebaknya.
Cewek yang dipanggil Dessy mengangguk senang.
“Kamu masih ingat aku”
“Tentu. Siapa yang tidak ingat kamu. Cewek yang
paling imut yang pernah aku kenal” puji Alin.
“Haha… Lebay, deh! Nggak segitunya kali. Oh,
ya, kenalkan ini Cika. Cika, ini Alin. Teman SMP-ku dulu” Dessy memperkenalkan
cewek berambut ikal yang ada disampingnya yang dari tadi berdiri diam. Ia
terlihat agak canggung.
“Alinda Jovanka” Alin mengulurkan tangannya
pada Cika.
“Cika Jessica” sambil membalas uluran tangan
Alin.
“Oh, ya, kenapa kamu pindah kesini. Padahal,
sekolah di Australia bagus, loh! Lagian, kamu dapat beasiswa kan disana?” kata
Cika memulai pembicaraan.
“Tau darimana?” tanya Alin bingung.
“Nggak tau, sih. Tapi, udah banyak kok orang
yang tau. Kamu disini dapat beasiswa, juga kan?”. Alin mengangguk.
“Aku nggak habis pikir, deh! Padahal kamu kan…hmmpf..”
belum sempat Dessy menyelesaikan kata-katanya, Alin sudah membekap mulutnya dan
menyeretnya keluar dari kelas.
Alin menatap jam tangan yang melingkar
ditangannya, “Kekantin, yuk! Udah lapar, nih”.
“Tapi kan belum waktunya” kata Dessy.
“Nggak apa-apa. Kok! Bentar lagi bel-nya bunyi”
kata Cika yang mengerti maksud Alin.
Tak lama, bel pun berbunyi. Tampak gerombolan
murid-murid mulai keluar dari tiap pintu kelas dan langsung pergi ke kantin.
Mereka pun langsung ngacir ke kantin karena tidak mau tidak kebagian tempat.
Walaupun kantin di sekolah ini luas, tapi murid-murid yang sekolah disini
banyak. Oleh karena itu, bagi yang terlambat ke kantin, tidak bisa dijamin
mereka akan kebagian tempat. Untung saja mereka cepat-cepat ke kantin, jadi
mereka bisa kebagian banyak tempat. Alin dan Cika duduk saling berhadapan,
sedangkan Dessy sedang memesan makanan buat mereka. Tak lama, Avi kembali
dengan nampan yang berisi 3 mangkok mie ayam dan 3 gelas jus jeruk dan duduk
disamping Cika.
“Terus, kenapa kamu pindah kesini?” Dessy
memulai pertanyaannya yang sempat dipotong.
Alin hanya diam sambil asyik menyantap mie
ayamnya.
“Iih, Alin nggak seru, ah! Ayo dong, kasih tau”
bujuk Dessy. Mukanya mulai berubah cemberut karena dari tadi Alin hanya diam
saja.
“Ya, udah, deh kalo nggak mau kasih tau”. Alin
hanya tersenyum melihat tingkah Dessy.
“Iya deh, aku
kasih taunya nanti. Sekarang, kita makan dulu ya, ‘BAWEL’” ia menekankan
kata ‘bawel’ untuk Dessy.
Dessy hanya tersenyum sambil mengancungkan
jempolnya tanda setuju. Lalu melanjutkan makan mereka.
“Boleh gabung, nggak?”
Alin mendongak dan melihat 4 cewek. 2 orang
cewek mempunyai wajah dan rambut yang agak mirip. Tinggi mereka berdua kurang
lebih 170 cm. Namun jelas sekali mereka bukan kembar karena yang satunya
berwajah mulus, namun kulitnya agak coklat. Sedangkan yang satu lagi kulitnya
agak putih, namun ada sedikit jerawat dan komedo di wajahnya. Lalu, cewek yang
lainnya, satunya berambut agak keriting. Tingginya hanya sebahu tinggi cewek
yang agak mirip itu. yang satunya lagi berambut lurus, badannya agak berisi dan
tingginya hampir sama dengan cewek berambut keriting tadi.
“Kita boleh ikut gabung, gak?” tanya cewek yang
badannya agak berisi itu.
Alin melihat sekelilingnya sudah dipenuh dengan
orang. Yang kosong hanya bangku yang ada didekat mereka.
“Hanya ada 3 kursi kosong. Gimana, nih?” kata
Cika.
“No problem! Kalau kalian mau, kita sempit-sempitan
aja disini” Alin menggeser tempat duduknya dan menepuk-nepuknya untuk menyuruh
mereka duduk. Mereka pun langgsung duduk.
“Hai, aku Riri Alfarizy, senang berkenalan
denganmu” cewek yang berambut agak keriting yang duduk disamping Alin
mengulurkan tangannya. Alin membalas uluran tangannya dan tersenyum.
“Yang ini Olivia Aliana. Tapi, kami
memanggilnya Vivi. Yang ini Rahma Oktriyanti dan Devita Ananda” ia menunjuk
kearah cewek yang badannya agak berisi, cewek tinggi berkulit putih, dan cewek
berkulit coklat secara berurutan. Mereka mengulurkan tangan mereka sambil
tersenyum.
“Thank’s yah buat semuanya. Aku senang bisa berkenalan
dengan kalian” kata Alin.
“Sama-sama”
kata mereka kompak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar