Jumat, 09 Maret 2012

GUARDIAN ANGEL (1)

AWAL YANG KACAU


10 tahun kemudian…



            “Tap…tap…tap…” terdengar suara derap kaki berjalan menuju kelas 11 A. Seorang perempuan yang merupakan siswi SMA Garuda Internasional ini perlahan membuka pintu ruangan kelas itu. Semua orang yang ada didalam kelas itu, termasuk guru yang sedang mengajar pun berhenti melihat kedatangan siswi itu. Dia terlihat cantik dengan pakaian seragam putih lengan panjang dan rok kotak-kotak berwarna biru. Kaos kaki putihnya yang panjang sampai lutut dengan sepatu kets berwarna hitam menghiasi kakinya yang agak panjang. Rambutnya yang panjang ia kucir kuda dan dihiasi pita. kini semua orang mulai menatapnya.
“Okey… ladies and gentlemen, today  we are a new student coming  from perth.  Please come in and introduce yourself in front of them” kata Miss Erma sambil membimbing siswi itu masuk kedalam.
“Thanks, miss” katanya sambil tersenyum dan mulai memperkenalkan diri.
“Hi everybody. My name is Alinda  Jovanka.  I moved from Perth high school. Glad to see you all here. Since I was new here, so I ask all of your help.Thank you ". Ia mengedarkan seluruh pandangannya kesemua kelas. Tatapan matanya berhenti pada seorang cowok yang terlihat cuek dengan kedatangannya.
“Sombong sekali cowok itu” batinnya.
"There is questionOh sorry, seems to be no question session. Since I only have a little time, so now you have to sit. Please  occupy the empty chair next to it" Miss Erma menunjuk bangku kosong yang ada di sebelah laki-laki belagu itu.
“Okey” dengan berat hati ia berjalan menuju bangku kosong itu dan menghempaskan diri di kursi sambil sibuk mengeluarkan buku bahasa inggris. Namun, ia lupa membawa buku cetaknya.
“Oh my God! I forgot to bring it” gumamnya. Namun, gumamannya terdengar oleh Miss Erma.
“What’s up, Alinda? Do you have a problem?” Tanya Miss Erma bingung.
“Umm… Sorry, miss. I forgot to bring a book” jawabnya.
 Oh, no. Hari pertama masuk sekolah udah bikin kesalahan, batinnya kesal sambil menahan malu karena semua orang yang ada dikelas menatapnya dengan tatapan bingung, kecuali orang yang ada disebelahnya. Tentu saja.
 “You can borrow with Aldi. He sit together with you” jelas Miss Erma. Ia mengangguk dan menoleh kearah cowok yang yang bernama Aldi itu.
“Hai, can you share it to me?” ia menunjuk buku yang sedang dibaca Aldi.
Aldi bergeming dari duduknya. Ia menopang kepalanya dengan tangan kirinya yang menutupi telinganya. Alinda menahan kekesalannya dan mulai menyenggol tangan kiri Aldi.
“Apaan,sih?” bentak Aldi kesal karena Alin membuatnya terkejut.
“Umm... bisakah kamu meminjamiku buku itu?” takut-takut Alin menunjuk buku yang dipegang Aldi. Aldi mendengus, lalu ia memberikan buku itu pada Alin tanpa berkata sepatah kata pun. Sekilas ia melihat headset terpasang ditelinga Aldi.
“Thank’s” walau sedikit kesal apakah dia mendengarnya atau tidak, tapi ia berusaha untuk tetap tersenyum pada Aldi yang dari tadi memasang muka jutek+cuek padanya.
”Okey… Bla..bla…bla…” Miss Erma memulai kesibukannya dengan mengajar muridnya. Semuanya pun mulai memperhatikannya Miss Erma.

~~~~~~~~

            “Hai, Alin…” sapa seorang cewek yang duduk tepat dibelakang Alin pada Alin yang sedang sibuk mengerjakan tugas kimia yang diberikan Pak Yadi. Alin menatap cewek itu bingung.
“Ini beneran Alin, kan?” tanyanya ragu.
Alin terdiam, tampak berpikir keras, lalu tersenyum.
“Umm… Dessy? Dessy Maria Septa, kan?”tebaknya.
Cewek yang dipanggil Dessy mengangguk senang.
“Kamu masih ingat aku”
“Tentu. Siapa yang tidak ingat kamu. Cewek yang paling imut yang pernah aku kenal” puji Alin.
“Haha… Lebay, deh! Nggak segitunya kali. Oh, ya, kenalkan ini Cika. Cika, ini Alin. Teman SMP-ku dulu” Dessy memperkenalkan cewek berambut ikal yang ada disampingnya yang dari tadi berdiri diam. Ia terlihat agak canggung.
“Alinda Jovanka” Alin mengulurkan tangannya pada Cika.
“Cika Jessica” sambil membalas uluran tangan Alin.
“Oh, ya, kenapa kamu pindah kesini. Padahal, sekolah di Australia bagus, loh! Lagian, kamu dapat beasiswa kan disana?” kata Cika memulai pembicaraan.
“Tau darimana?” tanya Alin bingung.
“Nggak tau, sih. Tapi, udah banyak kok orang yang tau. Kamu disini dapat beasiswa, juga kan?”.  Alin mengangguk.
“Aku nggak habis pikir, deh! Padahal kamu kan…hmmpf..” belum sempat Dessy menyelesaikan kata-katanya, Alin sudah membekap mulutnya dan menyeretnya keluar dari kelas.
Alin menatap jam tangan yang melingkar ditangannya, “Kekantin, yuk! Udah lapar, nih”.
“Tapi kan belum waktunya” kata Dessy.
“Nggak apa-apa. Kok! Bentar lagi bel-nya bunyi” kata Cika yang mengerti maksud Alin.
Tak lama, bel pun berbunyi. Tampak gerombolan murid-murid mulai keluar dari tiap pintu kelas dan langsung pergi ke kantin. Mereka pun langsung ngacir ke kantin karena tidak mau tidak kebagian tempat. Walaupun kantin di sekolah ini luas, tapi murid-murid yang sekolah disini banyak. Oleh karena itu, bagi yang terlambat ke kantin, tidak bisa dijamin mereka akan kebagian tempat. Untung saja mereka cepat-cepat ke kantin, jadi mereka bisa kebagian banyak tempat. Alin dan Cika duduk saling berhadapan, sedangkan Dessy sedang memesan makanan buat mereka. Tak lama, Avi kembali dengan nampan yang berisi 3 mangkok mie ayam dan 3 gelas jus jeruk dan duduk disamping Cika.
“Terus, kenapa kamu pindah kesini?” Dessy memulai pertanyaannya yang sempat dipotong.
Alin hanya diam sambil asyik menyantap mie ayamnya.
“Iih, Alin nggak seru, ah! Ayo dong, kasih tau” bujuk Dessy. Mukanya mulai berubah cemberut karena dari tadi Alin hanya diam saja.
“Ya, udah, deh kalo nggak mau kasih tau”. Alin hanya tersenyum melihat tingkah Dessy.
“Iya deh, aku  kasih taunya nanti. Sekarang, kita makan dulu ya, ‘BAWEL’” ia menekankan kata ‘bawel’ untuk Dessy.
Dessy hanya tersenyum sambil mengancungkan jempolnya tanda setuju. Lalu melanjutkan makan mereka.
“Boleh gabung, nggak?”
Alin mendongak dan melihat 4 cewek. 2 orang cewek mempunyai wajah dan rambut yang agak mirip. Tinggi mereka berdua kurang lebih 170 cm. Namun jelas sekali mereka bukan kembar karena yang satunya berwajah mulus, namun kulitnya agak coklat. Sedangkan yang satu lagi kulitnya agak putih, namun ada sedikit jerawat dan komedo di wajahnya. Lalu, cewek yang lainnya, satunya berambut agak keriting. Tingginya hanya sebahu tinggi cewek yang agak mirip itu. yang satunya lagi berambut lurus, badannya agak berisi dan tingginya hampir sama dengan cewek berambut keriting tadi.
“Kita boleh ikut gabung, gak?” tanya cewek yang badannya agak berisi itu.
Alin melihat sekelilingnya sudah dipenuh dengan orang. Yang kosong hanya bangku yang ada didekat mereka.
“Hanya ada 3 kursi kosong. Gimana, nih?” kata Cika.
“No problem! Kalau kalian mau, kita sempit-sempitan aja disini” Alin menggeser tempat duduknya dan menepuk-nepuknya untuk menyuruh mereka duduk. Mereka pun langgsung duduk.
“Hai, aku Riri Alfarizy, senang berkenalan denganmu” cewek yang berambut agak keriting yang duduk disamping Alin mengulurkan tangannya. Alin membalas uluran tangannya dan tersenyum.
“Yang ini Olivia Aliana. Tapi, kami memanggilnya Vivi. Yang ini Rahma Oktriyanti dan Devita Ananda” ia menunjuk kearah cewek yang badannya agak berisi, cewek tinggi berkulit putih, dan cewek berkulit coklat secara berurutan. Mereka mengulurkan tangan mereka sambil tersenyum. 
“Thank’s yah buat semuanya. Aku senang bisa berkenalan dengan kalian” kata Alin.
 “Sama-sama” kata mereka kompak

~~~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar