Jumat, 09 Maret 2012

GUARDIAN ANGEL (2)

LOVE CAT ^_^


            Minggu pagi Alin sudah bersenandung ria. Ia berjalan menuruni tangga menuju ruang keluarga yang berada dilantai bawah sambil membawa sebuah kertas karton yang sudah digambar dan segelas air putih, lalu meletakkanya diatas meja.
            “Telepon dulu Dessy, ah” ia kembali menuju kamarnya untuk menelepon.
Seekor kucing yang sedang asyik main disitu tiba-tiba tanpa sengaja menumpahkan minuman dan mengenai kertas karton Alin.
“Kyaaaaa” teriak Alin yang terkejut melihat kertas kartonnya yang sudah ia gambar basah karena tumpahan air karena kucingnya. Padahal, ia pergi kekamarnya sebentar untuk mengambil Hp-nya.
 “Ada apa, non?” tanya seorang pembantu yang khawatir mendengar teriakan Ali.
“USIR KUCING INI PERGI! LIHAT, GARA-GARA KUCING ITU TUGASKU JADI BERANTAKAN. PADAHAL, BESOK SUDAH HARUS DIKUMPUL!!!” teriak Alin dengan penuh emosi. Kucing itu tampak merasa bersalah dan tanpa sadar ia menghilang entah kemana.

            Alin tampak sibuk menggambar ulang tabel periodik unsur kimia. Sedangkan pembantunya sibuk mencari Dolta, kucing Persia berwarna putih yang sudah merusak tugas Alin.
“Kenapa dari tadi mondar-mandir sih, bik? Pusing tau gak liatinnya”. Pembantu itu berhenti mondar-mandir.
Ia tampak ragu, “Umm.. bibi pergi kepasar dulu, non. Bahan makanannya udah pada abis”.
Alin hanya mengangguk dan kembali menggambar tabel periodik unsurnya. 
“Yak, bentar lagi selesai”. Tak lama, Alin pun berhenti. Ia menggerakkan seluruh badannya yang pegal. Lalu, meneguk habis jus jeruknya.
“Waktunya jalan-jalan dengan Dolta” katanya senang dan segera meringkas semua peralatan kedalam kamar, lalu mencari-cari Dolta.
“Dolta, kamu dimana? Jalan-jalan, yuk!”. Alin mencari Dolta ke seluruh pelosok rumahnya. Namun, tetap tidak ketemu.
Alin menepuk dahinya, “Astaga, aku lupa. Tadi aku habis memarahinya gara-gara dia sudah merusak tugasku. Aduh, giaman nih? Pasti dia merasa bersalah sehingga kabur dari rumah”.
Alin terlihat panik. Ia tidak mau kehilangan kucingnya lagi. Dulu, Dolta juga pernah kabur dari rumah gara-gara Alin memarahinya gara-gara kucing itu merusak gaun putih kesayangannya. Tapi, akhirnya kucing itu ketemu di bawah pohon. Dan sekarang, ia tidak mau kehilangan kucing itu untuk kedua kalinya.
“Miaaww…” kucing itu berjalan menyebrangi jalan menuju rumah yang berada tepat didepan rumahnya. Alin terdiam. Lalu langsung berlari menuju rumah yang berada di depan rumahnya.
Alin hanya berdiri diam mematung didepan pintu rumah orang itu. Ia terlihat ragu untuk mengetuk pintu rumah itu.
“Tok..tok…tok”. Tak ada jawaban.
“Tok..tok..”. Tetap tak ada jawaban.
“Toktoktoktoktoktok….”ia terus mengetuk pintu itu sampai seorang cowok akhirnya membuka pintu itu. Alin tampak tekejut melihat cowok yang keluar tu ternyata Aldi, teman sebangkunya yang resek itu.
“HEI, LOE TAU GAK INI APA? INI RUMAH MASIH PUNYA PENGHUNINYA TAU, GAK!!! BERISIK TAU!!! BLAAMMM” ia menutup pintu itu dengan keras tepat didepan wajah Alin.
Wajah Alin berubah merah. Tapi, ia kembali mengetok pintu itu sampai cowok itu kembali membuka pintu untuk kedua kalinya.
 “Loe… Hei, kayaknya kita pernah ketemu. Dimana, ya?” ia memperhatikan Alin dari ujung kaki sampai keujung rambut. Alin hanya bisa tercengang mendengarnya.
“Bukannya kita satu kelas. Malahan satu bangku” katanya dalam hati.
Baru saja Alin ingin berbicara, tapi Andi sudah mendahuluinya.
“Oh, ya, loe kan yang waktu itu nabrak gue sampai kue ultah buat adik gue hancur berantakan. Dan loe gak mau tanggung jawab, kan?”.
Alin hanya terdiam. Mencoba untuk mengingat-ingat kejadian itu.
           
Alin baru saja tiba dari Bandara Soekarno-Hatta, lalu turun dari pesawat. Celana jeans, baju sweater, dan kacamata hitam yang ia kenakan membuat sepupunya yang berada tak jauh darinya sama sekali tidak mengenalinya. Ia hanya bisa tersenyum dan langsung menghampirinya. “Dedek” panggilnya dari kejauhan. Namun, tanpa sengaja ia menabrak seorang laki-laki yang kira-kira seumuran dirinya sambil membawa kue ulang tahun.”Oppss… Sorry. I didn’t mean”. Kue ulang tahun yang dibawa laki-laki itu tampak hancur berantakan di lantai.“What?Loe harus ganti rugi, dong!”katanya penuh emosi. “How much money should I change?” sambil mengambil beberapa lembar uang ratusan ribu yang ada di dompetnya dan memberikannya pada cowok itu. “Gue gak butuh uang ini. Loe pikir segampang itu, hah! Pokoknya loe harus ikut gue sekarang” katanya sambil menarik Alin secara paksa. “Lepaskan!!! Sakit tau” ia mencoba untuk melepaskan diri dari cengkraman tangan cowok itu. Tapi ia terlalu kuat untuk dilawan. Lalu ia menginjak kaki cowok itu keras-keras sampai-sampai cowok itu merintih kesakitan dan langsung kabur. “Aww…Liat aja loe,nanti” Ia masih sempat mendengar teriakan cowok itu. Tapi ia tak peduli dan tetap pergi meninggalkannya.

“Astaga”gumam Alin sambil menepuk dahinya. Kini ia benar-benar merasa malu menampakkan mukanya dihadapan cowok itu.
“Pantesan aja dia cuek sama aku” katanya dalam hati.
“Gue bener, kan?”tanyanya dengan nada  meyakinkan.
“Dan sekarang, loe datang kerumah gue bawa masalah apalagi, hah?”tanyanya lagi dengan nada mengejek sambil melipat tangannya.
Alin mencoba menarik napasnya perlahan dan menghembuskannya pelan.
”Oke, soal dibandara aku minta maaf. ‘Bener-bener minta maaf’. Tapi, aku kesini cuma ingin mencari kucingku yang nyasar kesini. Sumpah, deh, aku gak mau lagi cari masalah sama kamu” kata Alin dengan nada memohon.
Ekspresi wajah Aldi menunjukkan kalau ia masih tidak percaya.
“Ni anak harus diomongin kayak gimana lagi, ya? Aduh, sumpah deh, aku gak betah lama-lama disini”katanya dalam hati.
Sepertinya, Aldi bisa membaca pikirannya. Ia pun mulai angkat bicara.
”Baiklah, yang pertama, loe gak usah sok deh pake aku-kamu. Pake loe-gue aja. Yang kedua,  loe tetep harus ganti rugi tentang masalah kita dibandara. Dan… tunggu bentar” ia masuk kedalam rumahnya. Tak lama ia kembali sambil membawa seekor kucing.
 “Nih, kucing loe! Jangan bawa dia kesini lagi. Soalnya, pembantu gue alergi sama bulu kucing” lalu  ia memberikan kucing itu pada Alin.
“Thank you” katanya senang dan mulai beranjak pergi.
 Namun, baru saja ia balik badan, Aldi kembali melanjutkan pidatonya yang membuat langkahnya terehenti.
“..dan sebagai ganti ruginya, loe mesti temenin gue jalan-jalan malam ini. Nanti malam gue jemput. See you tonight. Blaammm” ia kembali membanting pintu itu dengan keras.
Alin kembali mematung didepan rumah itu. Kali ini, Alin tidak tau apa yang harus ia lakukan.

~~~~~~~~
             “Ting..tong…” bel rumahnya berbunyi. Alin bisa menebak siapa yang datang kerumahnya malam ini.
“Hufftt… ternyata dia serius” katanya sedih.
Mau tidak mau, ia keluar dari kamarnya dan segera membuka pintu depan. Saat ia membuka pintu, matanya terpana melihat cowok yang ada didepannya. Ia memakai baju kemeja kotak-kotak warna merah hitam yang tidak ia kancing sehingga baju kaos warna hitam yang ada didalamnya terlihat dengan setelan celana jeans.
“Gila, loe mau kemana pakai baju begituan?” tanya Alin yang masih shock melihat penampilan Aldi.
Aldi terlihat tidak peduli dan langsung melempar sebuah kantong pada Alin. Alin menangkapnya dengan gelagapan dan langsung melihat isinya. Alin tampak terpana melihat baju gaun berlengan panjang warna biru dengan motif butterfly dan sepatu high heels warna hitam yang ada dalam kantong itu.
“Jangan bilang loe suruh gue pakai…” Aldi hanya mengangkat bahunya.
“Baiklah” Alin masuk kedalam rumahnya dengan lemas. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Tak lama, ia kembali lagi dengan pakaian yang dibawa Aldi tadi. Seketika Aldi tampak terpana dengan penampilan Alin sampai-sampai Alin harus menginjak kaki Aldi karena ia paling tidak tahan dilihatin seperti itu.
“Oke, kita pergi sekarang” ajak Alin dan berjalan mendahului Aldi.

~~~~~~~~
Selama didalam mobil, mereka tidak berbicara sepatah kata pun sampai mereka tiba disebuah kafe yang tidak asing lagi buat Alin.
 “Turun!” satu kata keluar dari mulut Aldi telah membuatnya tersadar dari lamunannya. Mereka pun turun dari mobil.
 Alin kembali mematung didepan kafe itu.
 “Loe kenapa? Kenapa loe dari tadi bengong?” tanya Aldi bingung.
Alin hanya menggeleng. Matanya mulai memanas dan badannya gemetaran. Tanpa sadar, Aldi menggenggam tangan Alin.
”Don’t make face like that”bisiknya ke telinga Alin.
Alin tersenyum mendengarnya. “Aku suka kutipan itu. Kamu penggemar Detective Conan juga, ya?” tanya Alin sambil tersenyum.
“Loe emang aneh, deh. Tadi sedih, sekarang senyum”.
Alin hanya semakin senyam-senyum nggak jelas dan langsung melangkah masuk. “Masuk, yuk! Dingin tau di luar terus”.
Aldi hanya geleng-geleng dan ikut masuk kedalamnya. Suasana didalam tampak ramai-ramai. Aldi menghampiri Alin yang sedari tadi sudah menunggunya didalam dan langsung menyeret menghampiri cewek yang berulang tahun.
“Happy birthday, ya. Ini kado untukmu” Aldi memberi cewek itu kado. Lalu segera memperkenalkan Alin. Baru saja ia ingin memperkenalkan Alin pada temannya itu, ternyata Alin sudah menghilang.
“Arrghh… tuh anak kemana, sih?” lalu ia langsung keliling kafe mencari Alin.

~~~~~~~~
            Alin berjalan menyusuri trotoar dengan lesu tanpa menggunakan alas kaki. High heelsnya ia jinjing di tangan kirinya. Sedangkan tas tangannya ia pegang di tangan kanan. Ia berjalan tanpa tujuan. Terus berjalan sampai ia melihat ada seorang anak lelaki jalanan datang menghampirinya.
“Kak, minta duit, mbak. Saya lapar, belum makan dari kemarin”.
“Adik lapar, ya? Kebetulan kakak juga lapar. Kita makan sama-sama, yuk diwarung nasi goreng ada disana” kata Alin sambil menunjuk ke arah warung nasi yang ada diseberang jalan. Anak itu mengangguk senang dan mengikuti Alin ke warung nasi goreng.

~~~~~~~~
            “Cewek itu sembunyi dimana, sih? Apa benar dia disini. Tapi, lama amat dia didalam” tanya Aldi dalam hati.
Aldi sekarang berdiri didepan toilet cewek. Banyak orang yang melihatnya. Ada yang cari perhatian, ada yang menatapnya dengan tatapan aneh, ada juga yang bergidik ngeri melihatnya. Tapi, Aldi terlihat tak peduli bagaimana orang-orang itu memandangnya. Ia terus menunggu sampai kafe itu sepi.
“Sedang apa loe disini?”tanya cewek yang berulang tahun itu.
“Umm… lagi nungguin seseorang. Kayaknya dia tadi nyasar” jawab Aldi.
“Kenapa gak di telpon aja?”usul cewek itu.
“Nah, itu dia. Gue lupa minta no. hp dia. Lagian tuh anak kemana sih?” kata Aldi dalam hati. Tapi, Aldi tidak mau mengatakannya.
 Cewek itu tampak menunggu jawaban dari Aldi. Tapi, seseorang menghampirinya dan mengajaknya pulang. Aldi hanya tersenyum dan tetap menunggu Alin, berharap ia akan datang.

~~~~~~~~
            “Astaga, sudah jam 11 lewat. Kira-kira dia masih nungguin aku gak, ya?”gumam Alin sambil terus berlari kearah kafe.
Ia tampak khawatir. Namun, ia berhenti sebentar.
“Kira-kira jalannya kemana, ya? Aduh aku benar-benar lupa” kata Alin lalu kembali berlari tak tentu arah.
Ia terus berlari dan akhirnya sampai juga di kafe itu. Alin berhenti sebentar di depan kafe untuk mengatur nafasnya. Lalu langsung masuk kedalam kafe mencari Aldi.
“Hufft...Kafe sudah sepi. Dia pasti sudah pulang”ujarnya kecewa.
 Akhirnya ia keluar kafe dan terduduk lemas didepan kafe. “Terus, aku pulang pakai apa?”tanyanya.
“Dasar, gak tanggung jawab. Udah jauh-jauh ngajak aku kesini, eh pulangnya sendiri-sendiri. Dasar cowok GAK PUNYA PERASAAN”teriaknya keras. Tanpa terasa air matanya mengalir deras dipipinya. Ia pun akhirnya menangis sambil memeluk lututnya.
“Siapa yang salah? Siapa yang GAK PUNYA HATI? Gue ini orangnya bertanggung jawab, tau”tiba-tiba terdengar suara dari belakang punggungnya. Alin bisa merasakan tangan Aldi menyentuh bahunya hangat.
 “Sudahlah, jangan menangis lagi. Gue gak akan ninggalin loe sendirian disini” ia memakaikan jaket pada Alin dan memberinya sapu tangan.
 Alin bangkit sambil menghapus air matanya. Lalu menatap tajam kearah Aldi dan memukul bahunya.
“Loe kemana aja, sih! Gue nyariin loe tau. Gue pikir loe udah pulang. Gue pikir loe tega ninggalin gue disini sendiri. Gue pikir…” ia berhenti memukul bahu Aldi dan kini ia menangis di bahu Aldi.
Aldi ingin menghiburnya, tapi tangannya berhenti saat ia ingin mengelus punggung Alin. Ia menurunkan tangannya dan membiarkan Alin menangis dibahunya.

~~~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar