“Apa loe baik-baik aja?” tanya orang itu sambil mengulurkan tangannya
untuk membantu Cika berdiri. Cika menyambut uluran tangannya dan segera
berdiri. Namun, karena kakinya keseleo, ia kembali terjatuh. Tapi, orang itu
segera menangkapnya sebelum Cika jatuh. Cika mendongak dan terkejut siapa orang
itu.
“Robby, sedang apa kamu disini? Dan..” Cika melihat sekelilingnya. SEPI.
Tak ada siapapun kecuali dia dan Robby.
“Mereka kemana, sih?” tanya Cika dalam hati.
“Hello, loe baik-baik aja kan?” tanya Robby sambil mengibas-ngibas
tangannya didepan wajah Cika.
Cika segera tersadar dari lamunannya, “Iiih... Lepaskan aku” Cika melepaskan
diri dari Robby dan mencoba untuk berjalan. Tapi kakinya terlalu sakit sehingga
ia kembali terjatuh.
“Sini gue bantu. Gak usah banyak protes” Robby langsung memapah Cika.
Lalu berjalan ke kelas mereka. Cika hanya bisa diam melihat perlakuan Robby padanya.
“Psst… kayaknya mereka udah pergi, deh” kata Devi pelan sambil berjalan
perlahan keluar toilet.
“Devi, kamu jahat banget, sih! Kasihan kan Cika. Keliatannya dia gak
suka sama Robby” kata Alin.
“Gak apa-apa. Lagian salah dia sendiri kenapa jatuh nabrak orang” kata
Devi membela diri.
“Yeee… salah kamu juga tau kenapa pakai acara dorong-dorong” kata Dessy
yang hanya dibalas cengiran oleh Devi.
~~~~~~~~
“Teet…teeet…teeetttt….” Bel pulang berbunyi. Semua siswa/i SMA Garuda
Internasional mulai berjalan memadati koridor sekolah. Alin, Dessy, Devi dan
Riri berjalan keluar kelas mendahului Cika, Vivi dan Rahma. Mereka segera
berjalan menuju tempat parkir. Cika, Dessy, Rahma dan Vivi berjalan mengambil
motor mereka. Sedangkan Alin, Dessy dan Riri menunggu mereka di depan parkiran.
Lalu mereka, Cika, Devi, Rahma dan Vivi menghampiri Alin cs. Alin segera naik
ke motor Devi, Dessy dengan Vivi, Cika dengan Riri, dan Rahma sendirian. Mereka
segera memacu motor mereka ke kafe yang tak jauh dari sekolah. Kafe itu bernama
“Dream High Caffe” yang merupakan kepunyaan keluarga Dessy. Design kafenya
cukup unik. Dinding luar kafe di cat warna abu-abu. Didalamnya, di cat warna
ungu dengan hiasan lampu warna-warni
berbentuk love di tiap-tiap dinding membuat suasana didalam kafe yang agak
gelap lebih berwarna. Lalu, hiasan pohon-pohon cemara yang ada tiap sudut kafe
dapat menyegarkan pandangan. Dulu, waktu Alin dan Dessy masih SMP, mereka
sering mengisi acara di kafe ini. Disini, Alin sering mengiringi Dessy
bernyanyi menggunakan piano yang sekarang terlihat sedikit berdebu saat mereka
bertujuh berjalan-jalan melihat isi kafe tersebut.
“Kok berdebu, Des? Udah lama gak dipakai, ya?” tanya Alin bingung.
“Iya. Terakhir di pakai waktu ada acara ulang tahunku yang ke-15. Terus,
gak ada yang mainan. Sering di bersihin, sih. Tapi, orang yang bertugas merawat
dan membersihkan piano ini lagi pulang kampung dari bulan kemarin. Jadi, yaa..
seperti ini lah” jelas Dessy. Alin berjalan menghampiri piano tersebut. Lalu
menekan satu persatu tuts piano tersebut.
“Mau main lagi? Udah banyak loh pengunjung kafe ini yang kangen sama
permainan pianomu” tawar Dessy.
“Boleh. Tapi, kamu juga ikut nyanyi, ya. Aku juga ingin sekali mendengar
kalian semua bernyanyi” usul Alin.
“Boleh… boleh. Siapa tau ada yang tertarik dengan penampilan kita, terus
kita jadi terkenal, deh” khayal Cika.
“Oke, aku main itu saja” Riri menunjuk drummer yang berada tak jauh dari
piano.
“Kalau aku, main gitar aja” pinta Cika.
“Mau tampil sekarang?” tanya Dessy. Yang lain mengangguk dan segera
mengambil posisi. Alin segera duduk di depan piano. Cika segera berlari
menghampiri gitar. Riri segera mengambil posisi di drummer. Sedangkan Dessy,
Devi, Rahma dan Vivi, segera mengambil mike mereka masing-masing.
“Test.. 1..2..3.. Oke, Asslamualaikum. Kembali lagi bersama saya Dessy
Maria Septa. Disini kami ingin bernyanyi untuk menghibur kalian semua yang mengunjungi
kafe ini. Disini kami ingin menyanyikan lagu Viera yang berjudul Bersamamu.
Oke, kalian pasti penasarankan dengan penampilan kami. Sekarang dengar dan
lihatlah penampilan kami. Semoga bisa menghibur kalian semua” Dessy mulai
mengambil posisinya disusul temannya yang lain.
Semua lampu kafe tiba-tiba mati, kecuali lampu yang menyoroti Alin yang
kini jarinya mulai menari-nari diatas tuts piano. Kemudian satu lampu menyoroti
Cika yang sedang menikmati permainan gitarnya. Lalu, menyoroti Riri, sang
drummer yang dengan santainya memukul drum dengan stick. Kemudian lampu itu
menyoroti para penyanyi. Devi dan Rahma mulai menyanyikan bait pertama lagu
bersamamu.
“BERSAMAMU”
Memandang wajahmu cerah
Membuatku tersenyum senang, indah dunia
Tentu saja kita pernah
Mengalami perbedaan, kita lalui
Kemudian berganti
Dessy dan Vivi.
Tapi aku merasa
Jatuh terlalu dalam, cintamu
Ku tak akan berubah
Ku tak ingin kau pergi, s’lamanya.. ohoo…
Dessy, Devi, Rahma dan
Vivi bernyanyi bersama.
Ku kan setia.. menjagamu, bersama dirimu.. dirimu.. ohoo..
Sampai nanti.. akan s’lalu, bersama dirimu…
Alin memejamkan
matanya dan mulai menghayati setiap nada dan bait lagu. Perlahan, air matanya
menetes saat ia kembali membuka matanya. Namun, jari-jarinya tetap menari
lincah diatas piano. Kembali Devi dan Rahma menyanyi.
Saat bersamamu kasih
Ku merasa bahagia, dalam pelukmu
Berganti lagi dengan
Dessy dan Vivi.
Tapi aku merasa
Jatuh terlalu dalam, cintamu
Ku tak akan berubah
Ku tak ingin kau pergi, s’lamanya.. ohoo…
Dessy, Devi, Rahma dan
Vivi bernyanyi bersama lagi.
Ku kan setia.. menjagamu, bersama dirimu.. dirimu.. ohoo..
Sampai nanti.. akan s’lalu, bersama dirimu…
Cika mulai menunjukkan
penampilannya dengan bernyanyi sambil bermain gitar pada bait lagu ini.
Seperti yang kau
katakan, akan selalu ada (kau akan selalu ada)
Menjaga memeluk diriku
dengan cintamu…dengan cintamu… uhuu…
“Semuanya” teriak Cika
tiba-tiba. Orang-orang pun mulai ikut bernyanyi bersama. Dessy, Devi, Cika,
Rahma dan Vivi mulai bernyanyi dengan penuh semangat. Riri pun asyik dengan
permainannya. Alin hanya tersenyum melihatnya.
Ku kan setia..
menjagamu, bersama dirimu.. dirimu.. ohoo..
Sampai nanti.. akan s’lalu, bersama dirimu…
Dessy mulai menarik
napasnya pelan, lalu menghembuskannya. Ini bagiannya menyanyi karena ia
mempunyai napas yang agak panjang.
Saat bersamamu kasih
(kasih)
Ku merasa bahagia, dalam pelukmu…..
“Plok…plok….plok…” semua yang ada didalam kafe bertepuk tangan saat
Dessy selesai bernyanyi. Alin menghapus air matanya dan langsung menghampiri
teman-temannya. Mereka berkumpul diatas panggung sambil ber-Hi Five ria. Kak Tina, yang merupakan
sepupu Dessy segera naik atas panggung dan mengambil alih pembicaraan.
“Wooww… That’s so amazing, Dessy cs. Kita berikan tepuk tangan buat
mereka sekali lagi” Kak Tina pun bertepuk tangan diikuti para pengunjung yang
ada di kafe.
“Penampilan kalian benar-benar menakjubkan. Bagaimana kita tambah 1 lagu
lagi. Gimana?” tanya Kak Tina.
Mereka semua mengangguk dan mulai mempersiapkan lagu kedua. Tapi…
“Aduh… aku kebelet, nih! Aku ke toilet dulu, ya” Cika turun dari
panggung.
“Aku juga ikut” kata Alin sambil menyusul Cika.
“Ya sudah, kalian berempat saja,
ya. Ntah mengapa, perutku tiba-tiba sakit. Aww…” rintih Devi sambil berlari
menyusul Cika dan Alin. Dessy mengangguk dan mulai menentukan lagunya. Kak Tina
ikut manggung sebagai pemain gitar. Musik pun berbunyi dan mereka mulai
menyanyikan lagu My Love dari Westlife.
~~~~~~~~
“Kalian tadi sembunyi dimana,
sih? Kok ninggalin aku sendirian diwc?” tanya Cika sambil mencuci tangannya di
wastafel.
“Tau, tuh! Devi nih yang iseng tadi” Alin menunjuk kearah Devi .
“Yee… gak sendirian kali. Berduaan sama Robby doang, kan! Lagian, kalian
berdua mesra amat, sih. Jadi… Aww.. sakit…” Devi mengelus-elus perutnya yang
sakit gara-gara di cubit Cika.
“Iih.. siapa yang mesra. Dia tuh yang sok cari perhatian” Cika mengelap
tangannya yang basah dengan tisu, lalu berjalan keluar toilet disusul Alin dan
Devi.
“Tapi, di kelas tadi, kalian dekat banget, ya. Sampai-sampai waktu aku
dan Devi manggil kamu, kamu tidak dengar. Malah, asyik ngobrol sama dia” goda
Alin.
Wajah Cika berubah merah. Kemudian…
“Bukk…” seseorang tanpa sengaja menabrak Cika dan menumpahkan minuman
yang dibawa orang ke Cika yang juga mengenai Alin.
“Oppsss… Sorry, yah, Lin. Ramdi gak sengaja tadi” cewek itu mengelap pakaian
Alin yang basah dengan tisu. Cewek itu ternyata Vina, anak kelas 11 B.
“Iya.. sorry, yah. Gue gak sengaja” kata Ramdi yang juga ikut mengelap
pakaian Alin yang basah dengan tisunya. Mereka tampak tak peduli dengan Cika
yang sekarang sudah sebal melihat mereka berdua lebih memperhatikan Alin.
“Umm.. gak apa-apa, kok. Eh, Cika tunggu” Alin meninggalkan Ramdi dan
Vina yang kini tersenyum sinis melihat Cika dan segera menyusul Cika dan Devi
yang pergi meninggalkannya begitu saja.
“Guys… tungguin, dong! Capek tau ngejer kalian berdua. Kalian marah ya
sama, aku?” tanya Alin yang tampak merasa bersalah.
“Enggak, kok! Aku Cuma sebal aja melihat mereka. Sepertinya mereka
sengaja melakukannya sama aku” ketus Cika sambil duduk di meja nomor 12.
Alin mengangguk setuju. “Tapi, karena apa?”
“Benar juga, ya! Apa yang membuat mereka sengaja melakukan itu padamu?”
tanya Devi yang ikut penasaran.
“aku juga tidak tau” kata Cika sambil membersihkan bajunya dengan tisu.
Terdengar bunyi tepuk tangan. Itu berarti Dessy cs sudah selesai
bernyanyi. Mereka berjalan menuruni panggung dan segera menghampiri Cika cs
yang duduk dimeja nomor 12. Dessy memanggil pelayannya untuk mengantarkan
pesanannya.
“Fiiuuhh… hari ini capek banget” kata Dessy sambil menyendokkan es
krimnya yang baru saja di antar.
“Cika, kenapa murung?” tanya Riri bingung.
“Itu, ada orang super resek yang… arrghh.. malas ah ngomonginnya. Hari
ini aku mau tenangin pikiranku dulu. Kalau mau tau, tanya aja sama Alin dan
Devi” Cika mulai menyendokkan es krimnya. Kini, mata mereka berempat beralih ke
Alin dan Devi. Mau tidak mau, Alin
menceritakan semua kejadian dari mereka keluar dari toilet sampai Alin pergi
menyusul Cika dan Devi. Mereka mengangguk-aguk.
“Ya udah, aku bakalan cari tau apa penyebabnya. Serahkan saja tugas ini
padaku dan Rahma” kata Devi sambil menepuk-nepuk dadanya dan pundak Rahma.
“Tinggi amat bahasamu” komentar Rahma yang disambut tawa oleh yang lain.
~~~~~~~~
Devi dan Rahma berlari menyusuri koridor sekolah dengan tergesa-gesa.
Mereka segera menghampiri Cika, Dessy, Alin, Riri dan Vivi yang sedang berjalan
menyusuri koridor tak jauh dari mereka sambil menatap mereka dengan bingung.
“Ada apa?” tanya Riri saat Devi dan Rahma sudah tiba di depan mereka.
Rahma mengatur nafasnya sebentar,”Kita punya berita bagus”
“Tentang apa?” tanya Vivi penasaran.
“Tentang kemarin waktu kita dikafe Dessy” jelas Devi.
“Truss…” Cika melipat tangannya.
“Cari tempat yang bagusan dikit napa? Gak elit disini” kata Devi sambil
berjalan masuk perpustakaan yang jaraknya paling dekat dengan mereka.
“Disini lebih gak elit lagi tau” protes Dessy.
“Sstt.. jangan berisik! Ini perpustakaan. Mending kalian ambil buku
terus duduk di pojok sana, tempat yang paling aman” perintah Riri. Yang lain
segera menuruti perintahnya dan langsung duduk di kursi pojok.
“Lalu, informasi apa saja yang kamu dapatkan tentang mereka?” tanya Cika
to the point. Matanya tak lepas dari
buku yang ia pegang.
“Dari informasi yang aku dapatkan, menurutku Robby dan Elda sepertinya
mempunyai hubungan khusus. Itu sebabnya, Vina dan Ramdi, yang merupakan sahabat
Elda sengaja melakukan hal itu padamu kemarin” jelas Devi.
“Hah?”kata mereka serempak. Semua orang yang ada di dalam perpustakaan
menatap mereka dengan sebal. Mereka segera meminta maaf dan kembali melihat
buku mereka yang mereka pegang masing-masing.
“Pantesan aja mereka sinis banget kalo lihat aku lagi sama Robby.
Padahal, jelas banget Robby yang dekat-dekat denganku” Cika menatap bukunya
sebal.
“Ya udah, ntar kita bilang sama Robby. Suruh dia jangan dekatin kamu
lagi” hibur Dessy.
“Gimana cara ngasih taunya? Aku gak mau begini terus” air mata Cika
mulai menitik pelan. Ia segera menghapusnya.
“Aku jadi kesal melihat tingkah mereka. Cika kan gak tau apa-apa. Gimana
sih mereka” cetus Rahma.
“Aku dengar mereka buat grup… apa ya?” kata Alin mulai bingung.
“Kenapa kita tidak membuat grup Iphone aja” usul Devi sambil menunjukkan
majalah yang ada gambar Iphone pada yang lain.
“Jangan Iphone, deh! Kurang bagus
kedengarannya. Ipad aja” kata Cika.
“Yee... Ipad sama Iphone masih saudara kali. Sama-sama apel” protes
Dessy.
“Apel? Nah, itu dia. Kenapa gak 7 AppLe aja?” wajah Devi tampak senang.
“Bagus juga, ya. 7 AppLe aja. Oke gak guys” kata Alin.
“Setuju” kata mereka kompak, lalu berlari keluar perpustakaan sebelum
ada yang mengusir mereka gara-gara mengganggu ketenangan orang-orang yang ada
di perpustakaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar