“Hufft… selesai!” katanya senang. Ia
mengelap dahinya yang berkeringat, lalu
berbalik kearah pintu.
“Kyaaa… Astaghfirullah,
kirain siapa! Kamu ngagetin aja, Lin” Dessy mengelus –elus dadanya yang tadi
hampir copot gara-gara melihat penampilan Alin yang seperti kuntilanak.
Penampilan Alin tampak acak-acakan. Rambutnya yang lurus dan panjang
(yang biasanya selalu ia kucir) kini terurai berantakan. Matanya bengkak.
Ditambah lagi bulatan hitam dibawah matanya alias mata panda. Hidungnya pun
merah seperti badut. Bajunya yang biasanya ia masuk, kini tidak ia masukan dan
tampak kusut.
“Kamu kenapa, Lin? Penampilanmu kok jadi menakutkan. Kamu enggak seperti
biasanya, deh” kata Dessy prihatin melihat Alin yang sekarang.
Alin hanya menggeleng dan langsung berlari memeluk Dessy. Lalu, menangis
dipelukan Dessy. Dessy mengelus punggung Alin pelan sambil berusaha
menghiburnya.
“Cup…cup..cup… udah dong! Jangan nangis! Masa’ datang-datang kesekolah
langsung nangis. Ada masalah apa?”. Tapi, Alin tetap menangis.
“Udah, deh! Jangan nangis! Aku gak punya uang buat beli permen atau
balon” kata Dessy iseng. Tapi, cukup berhasil untuk membuat Alin berhenti
menangis.
Alin melepaskan pelukannya dan menatap Dessy dengan sebal. “Kamu kira
aku anak kecil. Gak perlu beli yang begituan. Beli es krim aja”
“Oleh karena itu, aku kan sudah bilang ‘jangankan beli es krim, beli
permen aja gak sanggup’ tau” kata Dessy.
“Ya udah, aku lanjut nangis aja” kata Alin sambil berpura-pura menangis
lagi.
“Iya, deh! Pulang sekolah aku traktir deh beli es krim” kata Dessy
mengalah.
“Es krim? Ikutan dong! Aku juga mau” kata Cika dari arah pintu.
“Kami juga mau” tambah Rahma dan Riri.
“Kyaaa… Kenapa kalian jadi ikut-ikutan, sih! Beli aja es krimnya sendiri”
protes Dessy.
“Apa? Ada yang mau traktir es krim, ya? Ikut-ikut” tambah Vivi, diikuti
Devi dari belakang.
“Arrrghhh… iya, deh! Hari ini aku traktir kalian es krim. Tapi, ingat
ya! Cuma hari ini aja” Dessy menatap mereka sebal, lalu berjalan ketempat
duduknya.
“Asyik….” Kata mereka ber-enam kompak.
“Umm… Btw, tolong temani aku ke toilet, Vivi” pinta Alin.
“Yuk” Vivi berjalan ketempat duduknya yang berada di depan Alin,
meletakkan tasnya, lalu berjalan ke arah toilet.
Sambil menunggu Alin yang berada di dalam toilet, Vivi mengambil headsetnya yang berada di kantong
rompinya, lalu segera memasang ke Ipod-nya. Ia memejamkan matanya saat lagu itu
mulai terdengar di telinganya. Tanpa sadar, ia sudah menari riang di depan
toilet tanpa tahu kalau dari tadi ada seseorang yang melihatnya menari-nari.
Saat lagu itu habis, ia membuka matanya sampai ada sebuah suara yang
mengagetkannya.
“Waw… tarianmu cukup bagus. Gue kasih tepuk tangan buat loe.
Plok..plok..plok..”pujinya sambil bertepuk tangan.
Vivi membalikkan badannya dan tercengang melihat cowok yang merupakan
kakak kelasnya ternyata sedang melihat dengan mata terpana sambil tersenyum
manis kearahnya.
“Maaf” katanya malu dan langsung berlari ke dalam toilet menyusul Alin.
Mukanya sekarang sudah merah seperti kepiting rebus.
Cowok itu hanya tersenyum melihat tingkah Vivi yang malu-malu itu.
~~~~~~~~
Alin dan teman-temannya (Dessy, Cika, Riri, Rahma dan Devi) tampak
bingung melihat tingkah Vivi saat ini. Dari ia balik ke toilet sampai sekarang
mereka makan di kantin pun ia masih senyam-senyum gak jelas.
“Psst..psst… Lin, Vivi kenapa? Kok dia kayak orang gila sekarang” bisik Dessy
ketelinga Alin yang duduk disamping kirinya dengan penasaran.
“Iya! Apa mungkin dia kerasukan hantu penjaga toilet. Makanya, dia jadi
kayak orang gila sekarang” tambah Devi yang duduk disamping kiri Alin.
“Husshh… sembarangan aja kalo ngomong. Aku juga tidak tau. Waktu dia
masuk toilet, dia udah kayak orang autis gitu” jawab Alin.
“Uhuk..uhukk.. kayaknya ada yang ngomongin aku, ya! Lihat ni, aku jadi
tersedak” Vivi segera meminum air mineral yang ada didekatnya dan langsung
meneguk habis minuman itu.
“Hei, itu kan minumanku. Kenapa dihabisin?” Rahma menatap sedih botol
minumannya yang sudah tidak ada isinya lagi.
“Oppss… sorry. Kalau gitu, aku beli baru lagi, ya” Vivi bangkit dari
tempat duduknya untuk membeli air minum buat Rahma.
“Tuh, kan. Lihat deh tingkahnya. Aneh banget, kan!” kata Dessy pelan.
“Bener, kan! Dia pasti kerasukan hantu toilet” tambah Devi lagi.
“Iiihh, Devi bawel amat, sih! Mana ada hantu di toilet. Kalau pun ada,
dia gak akan keluar kalo pagi. Hantu kan takut matahari” komentar Alin.
“Oh, iya ya! Terus, tuh anak kenapa?” tanya Devi masih penasaran.
“Iya, Vivi kok aneh, ya?” tanya Riri yang ternyata sama penasaran dengan
Devi dan Dessy.
Alin hanya mengangkat bahunya tidak tahu. Ia juga sama penasarannya
dengan Dessy, Devi dan Riri.
“Pulang sekolah aja kita tanyain. Kalau sekarang, mungkin tuh anak makin
gila, deh” usul Cika.
“Setuju” kata mereka kompak.
“Ssst… dia datang tuh” kata Rahma. Yang lain langsung melanjutkan makan
mereka saat Vivi sudah mendekati meja mereka.
“Nih, minumannya. Maaf, ya, sebelumnya” kata Vivi tampak bersalah.
“Gak apa-apa. Udah, lanjut makan lagi”
~~~~~~~~
Suasana kelas XI A cukup hening,
walaupun kelas mereka tidak ada gurunya. Mereka tampak sedang sibuk mengerjakan
tugas yang diberikan guru piket. Alin tampak kebingungan mengerjakan tugasnya.
Sesekali ia melirik bangku kosong yang ada di sebelahnya.
“Tuh anak kenapa gak masuk, ya?” tanyanya dalam hati dan kembali
mengerjakan tugasnya. Tiba-tiba ada seseorang yang mendorong-dorong kursinya
dari belakang. Alin pun menoleh ke belakang.
“Temani aku ke toilet, dong. Kebelet, nih” kata Dessy.
“Kebetulan. Ada yang mau ikut?” tawar Alin.
“Ikutan” Devi segera membereskan buku-bukunya.
“Aku juga” kata Cika.
“Boleh ikutan, gak?” tanya Vivi.
Mereka berlima saling berhadapan, lalu kembali menghadap Vivi.
“Kayaknya udah kebanyakan, deh! Maaf, ya” Dessy tampak merasa bersalah.
“Yaa… gak apa-apa, deh” lalu Vivi kembali melanjutkan tugasnya. Ia
tampak sedikit kecewa.
“Gak marah, kan?” tanya Alin.
Vivi hanya menggeleng. Pandangannya tidak lepas dari bukunya. Mereka
masih berdiri di tempat membuat Vivi semakin gemas.
“Katanya udah kebelet. Buruan ke toilet atau nggak aku bakalab marah,
nih” ancam Vivi. Mereka pun langsung ngacir ke toilet.
~~~~~~~~
“Lihat gak Vivi tadi. Dia aneh kan?” kata Devi memulai topik.
“Yeee… nih anak mulai lagi. Emangnya apanya yang aneh?” tanya Alin
penasaran.
“Itu, tuh. Biasanya dia gak pernah mau diajak ke toilet. Bau lah, ini
lah, itu lah, pokoknya banyak banget deh alasannya. Sekarang, semenjak kejadian
tadi pagi, ia jadi sering ke toilet kan?” jelas Devi.
“Bener juga, ya. Hari ini aja dia udah 3 kali bolak-balik toilet. Eh,
kok aku baru sadar, ya?” tanya Cika bingung.
“Masa’, sih?” Alin semakin penasaran.
“Kayaknya ada something deh tuh anak di toilet. Masa’ kamu tidak tau?
Kan kamu ke toiletnya bareng dia” ujar Dessy.
“Udah di bilangin aku juga bingung. Tapi, yang aku ingat… waktu aku lagi
cuci muka, tiba-tiba di langsung masuk toilet dan ikutan cuci muka. Terus
bercermin sambil senyam-senyum sendiri. Padahal, dia ngotot gak mau masuk
toilet”
“Nah, berarti memang ada sesuatu deh” tebak Devi. Yang lain hanya
mengangguk setuju.
“Mmm… Btw, ada yang tau gak kenapa Aldi gak masuk hari ini?” tanya Alin
tiba-tiba. Devi, Dessy dan Cika saling bertatapan bingung, lalu menghadap Alin.
“Kenapa kamu tanyain dia? Kamu suka ya sama dia?” goda Devi.
Muka Alin langsung berubah merah. “Eng…enggak, kok. Siapa lagi yang suka
sama orang yang pelit, dingin dan gak berperasaan. Lagian, gak ada salahnya kan
aku nanyain dia. Dia kan teman sebangkuku” ejar Alin sambil membuang muka.
“Beneran?”goda Dessy sambil menyenggol sikut Alin. Lalu mereka masuk
kedalam toilet.
Alin terlihat tidak peduli. Ia langsung berjalan menuju wastafel dan
mencuci mukanya. Ia menatap cermin yang ada didepannya sambil merapikan
kucirnya. Matanya masih bengkak, namun tidak terlalu kentara dibandingkan tadi
pagi. Ia masih memikirkan kejadian tadi malam saat ia pergi ke kafe bersama
Aldi.
Alin berjalan memasuki kafe di
susul oleh Aldi yang langsung menghampirinya dan menggenggam tangannya erat,
lalu menyeretnya ke tempat orang yang berulang tahun. Ketika mereka menghampiri
cewek yang ulang tahun itu, Alin tampak terkejut melihatnya. Ia sangat mengenal
cewek itu. Namanya Lidya Putri Almira, sahabatnya di smp dulu. Namun, yang
bikin dia shock adalah cowok yang ada disamping Lidya, Muhammad Fakhri. Mereka
terlihat sangat mesra. Tanpa Aldi sadari, Alin sudah berlari keluar kafe dengan
pipi basah. Alin terus berlari dan berlari hingga ia tidak tau apa nama tempat
tersebut. Ia mulai berjalan menyusuri trotoar di bawah sinar rembulan yang
mulai menghilang ditelan awan. Lalu…
“Aww… Basah tau” protes Alin sambil mengibas roknya yang terkena air.
“Salah sendiri. Ngelamun mulu dari tadi” balas Dessy.
“Siapa yang ngelamun?” elak Alin padahal jelas sekali ia berbohong.
“Ya ampun… kamu tau gak Cika udah dari tadi tau manggil-manggil kamu”
kata Devi. Lalu mereka melangkah keluar dari toilet.
“Atau jangan-jangan… kamu mikirin Aldi ya dari tadi” goda Cika.
“Apa? Mikirin Aldi? Gak sempet kali” kata Alin dengan nada ketus.
“Bilang aja iya. Gak apa-apa, kok!” tambah Devi sambil mendorong Alin
yang berjalan didepannya.
Alin yang terdorong kedepan tanpa sengaja mendorong Cika yang ada
didepannya sehingga Cika jatuh dan orang yang ia tabrak pun ikutan jatuh.
“Aww… sorry” kata Cika dan berusaha bangkit. Tapi kakinya keseleo,
sehingga ia kembali jatuh.
“Apa loe baik-baik aja?” tanya orang itu dengan nada khawatir. Ia
mengulurkan tangannya untuk membantu Cika berdiri. Cika menyambut uluran
tangannya dan segera berdiri. Namun, karena kakinya keseleo, ia kembali
terjatuh. Tapi, orang itu segera menangkapnya sebelum Cika jatuh. Cika
mendongak dan terkejut melihat siapa orang itu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar